CHAPTER XII

860 128 18
                                    

12

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

12

Jangan lupa beri vote kalian ya, chuuu ~











Hari ini, tidak sesuai perkiraan. Kana kira ia akan mendapat kabar dari Max perihal dimana ia akan bertemu untuk memberikan ponsel yang tertinggal itu. Tapi nyatanya, pagi tadi Kana malah mendapat kabar bahwa Max memiliki keperluan lain, pertemuan mereka diundur, alhasil seharian penuh Kana kembali melakukan kegiataannya sebagai manusia tanpa kerjaan seperti biasa.

Tapi bukan Kana namanya kalau hanya berdiam dirumah menikmati sesi rebahan sambil menonton serial drama dari aktor kesukaannya. Anak itu tidak pernah betah dengan aktivitas monoton seperti itu, dan seperti inilah yang ia lakukan sore ini.



Berdiri di depan pintu kedai milik seseorang, siapa lagi kalau bukan Joss Wayar.

Kana menarik napas, kemudian mendorong pintunya, menimbulkan suara dentingan dari lonceng yang menggantung disana. Tidak ada alasan sebenarnya ia datang kesana, Kana tidak berniat memalak pekerjaan pada Joss seperti biasanya. Ia hanya merasa terlalu lama tidak bertemu dosen kesayangannya itu, sekedar ingin melepas rindu mungkin.

Rindu untuk mengusik, tentu saja.



Baru saja berjarak beberapa langkah dari pintu, langkah kaki Kana tiba-tiba terhenti. Kedai itu sepi, bahkan terlampau sepi karena kini ia hanya terpaku pada dua orang yang tengah duduk disalah satu meja, sibuk membicarakan sesuatu yang tidak tercapai oleh pendengarannya. Keningnya sontak berkerut, ia tidak tau ternyata dua orang itu saling mengenal.

Bukan Kana namanya kalau tidak penasaran mereka sedang apa, rasa hati ingin sekali menghampiri tapi ia tau keduanya sama-sama tidak menyenangkan ketika diganggu. Apalagi salah satunya, si perempuan dengan rambut panjang berwarna hitam legam yang tengah duduk dengan menyilangkan salah satu kakinya. Meski sudah kenal cukup lama, tetap saja hubungan mereka tidak begitu dekat.



Tapi bagaimanpun juga ia sudah jauh-jauh ke kedai itu dengan susah payah mengumpulkan niatnya untuk bangkit dari ranjang; akan sia-sia kalau ia memilih pergi dari sana hanya karena melihat dua orang yang tengah berbincang.

KarmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang