Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
54
Janganlupaberi vote kalian ya, chuuu ~
•
•
•
"Apa yang kau lakukan sialan?!"
Sentakan keras itu terdengar bertepatan dengan ditutupnya pintu kamar. Kana yang sejak tadi tengah berdiri menatap lurus keluar pintu balkon itu sontak terperanjat di tempat. Disana, ia melihat Bright tengah berjalan cepat menuju titik dimana ia berdiri, membuat tangan Kana semakin gemetar memegangi ponsel yang menempel di telinga.
Sesuai dengan apa yang seharusnya terjadi, dalam satu gerakan Bright menarik tangan Kana. Ia belum mengambil alih ponsel itu dan malah lebih dulu melempar tubuh Kana hingga tersungkur di lantai setelah sukses menabrak nakas di dekatnya.
Sakit.
Rasanya begitu ngilu saat tulang-tulang punggungnya menghantam kuat pintu-pintu laci yang teksturnya tidak rata disana. Kana dengan cepat beringsut, tubuhnya meringkuk ketika mendapati Bright yang terlihat semakin geram di depannya.
Lantas satu tangan Bright dengan kuat merebut paksa ponsel di genggaman Kana. Gerak tarikan itu sempat terhenti sesaat karena nyatanya Kana berusaha mempertahankan benda itu untuk tetap berada di tangannya. Kana tidak mau melepaskannya dan itu jelas membuat amarah Bright memuncak begitu saja.
Reflek, secara kasar Bright menyentak tangan itu, membuat rintihan pelan keluar begitu saja dari sela bibir si laki-laki manis. "Bright maaf, jangan—"
Jantung Kana semakin berdetak tak karuan ketika Bright berhasil melepaskan benda itu dari tangannya. Tanpa mengulur waktu sambungan telepon itu diputus sepihak oleh pria yang kini berdiri menjulang di depannya. Dari sorot matanya pun Kana mampu menilai bahwa Bright semarah itu ketika ia memperhatikan layar ponsel ditangannya lamat-lamat.
Picingan mata dengan alis menukik tajam yang sejak tadi entah kemana lama kelamaan akhirnya kembali terlihat, diiringi dengan seulas senyum yang berhasil mengintimidasi Kana dalam sekejap. Bright kemudian merendahkan tubuhnya, mendaratkan satu lututnya tepat di depan Kana yang masih duduk menekuk kaki disana. "Nomor darurat negara ini 911 Kana, siapa yang kau hubungi?"
