Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
78
Janganlupaberi vote kalian ya, chuuu ~
•
•
•
Sudah pukul sepuluh. Di atas ranjang, Mew menarik napas dalam-dalam, lalu menoleh ke arah kiri, ke tempat dimana Kana merebahkan dirinya menghadap ke sisi lain. Walaupun sudah memeluknya, Mew tau Kana masih berupaya menghindar darinya. Laki-laki manis itu belum bisa—atau lebih tepatnya belum ingin tersenyum.
Kana tidak pernah semarah ini sebelumnya, kalau biasanya Mew akan mudah mendapat maaf, kali ini ia kebingungan bagaimana cara meluluhkan hati suaminya itu. Lantas detik berikutnya Mew memilih untuk beringsut mendekat lalu memeluk tubuh Kana dari belakang.
Kana belum tidur, Mew tau itu. Kana pasti tengah menatap kosong keranjang bayi yang letaknya tak jauh dari sebelah kiri ranjang mereka, tepat di hadapan Kana.
Anak mereka sedang damai dalam tidurnya sekarang, ia sudah berhenti menangis setelah Mew susah payah menghibur dan menggendongnya. Kana benar-benar tidak mau menyentuhnya sejak tadi.
Lengan Mew yang melingkar di pinggang Kana kemudian mengerat, menjaga tubuh itu lebih kuat dengan telapak tangannya yang berusaha mencari tangan si laki-laki manis.
"Maaf." Bisiknya sebelum ia mengecup tengkuk itu. "Ini yang terakhir, aku janji."
Kana tidak bergerak disana. Ia hanya mendengarkan bagaimana Mew Suppasit dengan tulus mengucapkannya. Kana tau pria itu merasa bersalah dengannya, Mew tidak mencoba berargumen sama sekali, ia tidak melalukan pembelaan diri. Mew sadar akan kesalahannya.
"Maafkan aku."
Kana semakin hanyut dalam kata maaf yang Mew ucapkan. Ia kemudian memutar tubuhnya di dalam pelukan itu, sepenuhnya menghadap ke arah Mew. Bisa Kana lihat senyum itu disana. Mew mengecup puncak kepalanya cukup lama sebelum akhirnya kembali memepertemukan kedua sorot pandang itu.
"Aku akan berhenti melakukan bisnis kotor yang biasa ku lakukan, aku tidak akan terlibat dalam hal apapun yang melanggar hukum, dan—"
