Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
49
Janganlupaberi vote kalian ya, chuuu ~
•
•
•
Botol wine kosong itu Kana genggam erat di tangannya.
Sudah beberapa detik Kana berdiri di depan ranjang, menatap nyalang ke arah Bright yang tertidur di hadapannya. Sorot kebencian itu terlihat jelas dari kedua netra Kana. Menyedihkan sekali rasanya setelah seharian menangisi Mew ia harus kembali melihat Bright yang setengah mabuk pulang ke kamar hotel itu. Kana benci, ia benar-benar membenci Bright Vachirawit.
Laki-laki manis itu hingga detik ini masih belum bisa menerima kenyataan bahwa ia mungkin telah kehilangan Mew dan rasa sakit itu semakin bertambah dari satu penyesalan karena Kana tidak bisa berada di samping pria itu di waktu dimana paling membutuhkan dirinya.
Semua karena Bright Vachirawit. Bahkan hingga masalah-masalah terkecil yang terjadi saat ini semuanya karena ulah pria itu.
Kana sudah kehilangan Mew, itu artinya ia benar-benar sudah tak memiliki alasan apapun untuk bertahan hidup. Sejak sang ayah pergi meninggalkannya pun rasanya Kana sudah putus harapan, apalagi saat ini—saat ia tau Mew juga melakukan hal yang sama.
Kana masih memiliki niat untuk mengakhiri hidupnya. Hanya saja ia merasa dirinya tidak akan mati dengan tenang kalau Bright masih bisa bebas melakukan apapun setelah ini.
Ya, Kana ingin Bright pergi lebih dulu.
Kana berjalan ke sisi ranjang seraya mengeratkan genggamannya pada mulut botol wine di tangannya. Botol yang dibawa Bright saat pria itu pulang tadi sudah terasa berat bahkan saat tidak ada isinya, setidaknya masih ada harapan bahwa benda itu akan memberikan efek ketika Kana memecahkannya di kepala pria itu.
Beberapa detik berlalu. Setelah dirasa yakin dengan keputusannya, Kana kemudian memilih memejamkan mata seraya mengayunkan botol berat itu dengan tangan gemetarnya.
