CHAPTER LXX

399 55 32
                                    

70

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

70

Jangan lupa beri vote kalian ya, chuuu ~











Dengan kran air yang masih terus menyala, Kana berdiri, mencoba tenang dengan terus mengatur napas. Kontraksi palsu. Sepertinya ia kembali mengalami hal itu. Pasalnya sebelum ini Kana sudah pernah merasakannya.

Mungkin karena pengalaman pertama kehamilan, saat terjadi keduanya langsung panik dan Mew sigap membawanya ke rumah sakit. Tapi ternyata kata dokter, hal ini umum terjadi jika kehamilan sudah masuk ke trimester ketiga. Perutnya hanya kram paling tidak 30 detik sampai dua menit. Katanya sih, hitung-hitung melatih diri untuk menghadapi kontraksi yang sesungguhnya karena sudah semakin dekat dengan waktu persalinan. Ini bukan sesuatu yang mengkhawatirkan.



Napas Kana semakin lama semakin teratur sampai akhirnya ia bisa mencelos lega ketika perutnya mulai terasa rileks seperti sebelumnya.
Ternyata benar, kata dokter ia tidak boleh panik, karena nantinya akan hilang sendiri.

Omong-omong, usia kandungan Kana sudah berada di minggu ke 34, kurang lebih dua sampai tiga minggu lagi ia akan memasuki masa persalinan. Dan setiap membayangkannya, entah kenapa Kana lebih cenderung merasa takut daripada antusias.



Kana tidak dapat menampik kalau dirinya selalu terbayang dengan tes DNA yang telah Mew janjikan, dimana semua ketakutannya akan terjawab saat anak ini lahir nanti. Mungkin Mew bisa memegang prinsip bahwa apapun hasil tesnya, ia akan menerima dan tak merasa terganggu. Tapi Kana?

Jujur saja Kana tidak yakin dengan itu. Kana punya masalah psikologis yang cukup serius. Saat sedang tenang ia memang bisa berpikir dengan jernih. Tapi saat ketakutan dan delusinya datang, Kana begitu mudah kehilangan kendali diri. Trauma itu selalu mudah menguasai dan Kana akan kembali terbayang dengan wajah pria yang paling ia benci seumur hidupnya. Kana takut. Kana sangat takut tidak bisa menjadi orang tua yang baik bagi anaknya kalau ternyata pemberi benih anak itu bukan Mew Suppasit.



Mengenai trauma itu, untuk saat ini Kana bahkan memiliki beberapa botol obat penenang yang tersimpan di laci nakasnya. Awalnya, saat-saat pertama setelah ia menikah dan baru saja kehilangan Joss, Kana sering sekali mengkonsumsi obat itu.

KarmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang