'Selamat 100 likes. Sisa hidup 100 hari' Alin menatap arloji itu dengan tatapan mengerikan. "Ini... nyata?" tanyanya.{}
puter biar berasa yuk! Ini vibesnya Alin banget woylah.
─────────●━━━━━━
⇆ ◁ ❚❚ ▷ㅤ
Dunia memang tak adil, buktinya.. orang kaya memiliki tempat untuk segalanya.
-100 Likes 100 Lives.
--
Alin tidak bisa tidur semalaman. Kejadian sialan itu membuat otaknya menari-nari sedari tadi. terus memikirkan hal yang sama sampai pagi tiba. Lagian mengapa hidupnya aneh sekali? Ah sudahlah. Alin bangkit dari kasurnya, rambut berantakan dengan mata panda. Lengkap dengan wajah bengkak. Alin berjalan lemas menuju kamar mandinya.
"Astaga!" ia terkejut saat tidak sengaja melihat bayangannya dicermin.
"Gilee... muka gue bengkak, jelek banget." Katanya sambil menggeleng tidak habis pikir, pasalnya. Walau Alin baru bangun sekalipun. Ia tetap cantik, berbeda sekali dengan sekarang.
--
Selepas mandi, Alin memakai handuk kimononya. Ia duduk didepan cermin yang disekitarnya terdapat lampu. Tepat didepannya terdapat meja putih bersih, diatas meja itu ada beberapa alat make up Alin yang diletakkan ditempat transparan.
Alin mulai memoles wajah cantiknya. Pertama, ia menyemprot face mist. Setelahnya, Alin memakai blush kemudian tak lupa Alin memakai maskara juga lip balm. "Atta! Yeay! Ini baru Alin" katanya percaya diri.
Alin langsung melangkah menuju lemari. Alin memakai baju Sma Meltada yang serba merah maroon. Matanya tiba-tiba saja tertuju pada benda merah muda "Untuk gaya-gayaan ah" Alin kemudian memakai jam tangan pink yang didapatkannya kemarin. Iya.. dari paket aneh itu.
--
Sesudah semua ritual terlaksana. Alin langsung pergi kesekolah memakai mobil cabriolett putihnya. Seperti biasa sampai disekolah, semua pasang mata Sma Meltada melihat lekat-lekat kearah Alin. Memang, kecantikkan Alin patut diancungi jempol.
Sebenarnya mereka juga takut jika saja Alin tidak suka dengan tatapan itu. maka, Alin langsung menyeretnya kemudian membully tanpa ada rasa kasihan. Sayangnya, mereka tidak bisa menahan untuk tidak melihat Alin.
Kecantikkannya begitu sayang dilewatkan. Beberapa diantara mereka yang menghalangi jalan si ratu. Memberi Alin ruang untuk berjalan. tapi, tatapan mereka tidak bisa lepas dari seorang Amarilis Saffralin.
Brughhh saat semua orang memberi jalan tanpa sengaja anak kelas 10 Farra menabraknya. Alin tersenyum melihat kebelakang.
"Ma-maaf kak.."
"Lo mau gue bilang demi alek kaga ngapa-ngapa?" Alin mengelus puncak kepala adik kelasnya yang gemetaran, dan Alin bisa merasakan getaran hebat itu.
Alin langsung menjambak rambut Farra kemudian menyeretnya ke halaman belakang, halaman belakang adalah tempat ideal untuk membully, sepi. Hanya bekas-bekas kursi dan meja yang menjadi penghuni setia tempat itu. tempatnya juga gelap. Persis seperti gudang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Likes For Lives.
Teen Fictionblurb: {FOLLOW SEBELUM BACA!} Kalian tau apa itu hidup? Kalian tau kapan kalian mati? Kalian tau... hal apa yang membuat kalian mati? yah... tak ada yang tau kecuali Tuhan pastinya. Namun, Alin selebgram dengan kehidupan sempurna tiba-tiba terken...