Angka Enol (24)

31 10 17
                                    


Welcome to new part~

Hope y'all enjoy~

Thanks sudah baca sejauh ini~

Komennya dund?~

Vote nya~

Follow nya~

--


Dunia begitu busuk. Sudahlah jangan tahan sosok seperti Alin pergi dari dunia ini. Dia begitu brengsek.

--

 Alin menatap punggung Algar yang telah pergi jauh. "Brengsek" gumamnya. Kemudian, Alin melihat arloji pink bertuliskan 'Sisa hidup 15 hari' Damn! Kenapa ia tidak bisa berhenti berbuat jahat?. Memang, kebiasaan susah diubah. Alin berdecak kemudian menjauh dari belakang sekolah.

Alin melangkah cepat menuju Loteng. Jika kalian berfikir dia akan bunuh diri. Kalian salah besar! Ia hanya ingin jauh dari manusia. Dia tidak ingin menjadi Iblis penggoda yang membuat seseorang masuk NERAKA!.

Rasa takut kembali menghampiri Alin. Tuhan... tidakkah kau izinkan seorang Amarilis Saffralin bebas dari rasa takut?. Pucat. Bibir Alin persis seperti orang mati. Dia seperti cangkang yang kosong. Jiwanya sedang di neraka. Dia merasa kesakitan. Hatinya sakit. Tak bisa digambarkan lewat kata.

Bukan sakit fisik. Lebih kearah... sakit JIWA! Ding dong ding dong.... suara speaker sekolah berbunyi. Alin memasang telinganya baik-baik. "Para anggota club festival. Diharapkan berkumpul di ruang Club sekarang. Sekali lagi, para anggota Club Festival, diharapkan berkumpul di ruang Club sekarang". 

Suara itu menggetarkan jiwa Alin membuat ia ingin merutuk. Sial! Alin lupa kalau sekarang ada rapat. Bergegas, Alin menuju ruang Club.

--

Ruang serba hijau itu telah didatangi oleh Alin. Dia duduk di salah satu kursi rapat meja melingkar.

"Maaf telat" katanya.

"Gapapa Lin santai" balas Mina sambil merapikan jadwal.

"Oh ya... kalian pasti udah tau kalo kita mau adain turnamen kekeluargaan sama Meltada pekan depan"

Lah... wait Meltada? Sial bisa mampus Alin! Kalo ada yang nyebarin Alin jahat bagaimana? Bisa berakhir keidupannya di Sma Almeta.

"Meltada?" tanya Alin memastikan. Please... katakan padanya dia salah dengar!

"Iya" balas Algar singkat.

"Oh lo kan pindahan dari Meltada yah? Bagus dong" Mina antusias. Bagus? Ini adalah kutukan baru bagi Alin! Suwer.

"Tema festival kekeluargaan kali ini adalah... bunga Lili" Algar menerangkan. Ia membolak-balikkan lembaran yang berisi jadwal kegiatan.

"Bunga Lili karena bunga Lili digambarkan sebagai tanda persahabatan. Karenanya kita memilih bunga Lili" Ia menjelaskan dengan sangat hati-hati.

"Ini juga bukan turnamen biasa Gar. Tapi dari pihak Almeta akan menampilkan dance, tari jaipong, balet, teater. Dan pihak Meltada menampilkan paduan suara" Mina selaku wakil ketua ambil alih.

"Dan sebagai tuan rumah..." Algar memutus pembicaraan. Memandang Mina.

"Acara ini harus sempurna!" mereka berdua bicara serempak. Yatuhan. Ke uwuan apa lagi ini? Alin tidak kuat, dia cemburu. Semua anggota club menyenggol satu sama lain karena Algar dan Mina memang sering dijodoh-jodohkan.

--

Keenan sedang jalan-jalan dihari yang cerah. Dia tuh seperti pengangguran tau gak. Kerjaannya mondar mandir mondar mandir kayak setrika. Brakkk.... ia menabrak Alin yang baru keluar dari ruang club.

"Lesu aja atuh neng" Keenan menoyor bahunya ke Alin.

"Aduh Kee... pusing gue cium bau lo.Kayak bau sapi" Alin memegang kepalanya seolah berkata 'Aroma mu sudah mematikan saraf otak ku'

"Ye gapapa bau sapi... yang penting jangan bau babi" Keenan menjauhi Alin. Setidaknya dia sadar diri, bau badannya tidak bisa di toleransi.

"Lo bau banget tapi"

"Gue lupa mandi tadi" ia nyengir kuda.

"Bisa-bisanya orang lupa mandi" Alin menggelengkan kepala heran. Yatuhan kalo lupa bawa buku sih bisa ya... ini lupa mandi!.

"Semalem kan gue mimpi mandi, eh gue kira nyata" Keenan menerangkan yang nampaknya hanya sekedar gurauan. Tapi nyata woy! Dia ga lagi bercanda.

"SINTING!" ucap Alin melangkah lebih cepat dibandingkan Keenan. Kalo Alin sudah ketemu Keenan. Pasti deh dijamin kata-kata penutup pembicaraan mereka adalah SINTING!

--

Alin menyisir rambutnya di depan kaca kamar mandi. ia menyisir menggunakan jemarinya. Sumpah ia baru menyadari dirinya persis seperti zombie sekarang. Setelah selesai berkaca, Alin langsung meninggalkan area kamar mandi.

Ia berdiri di taman sekolah yang menghadap ke kolam ikan . Sma Almeta memang sangat megah. Di dalamnya bahkan terdapat kolam ikan yang besar. Jarang siswa akan duduk disini. karena tempatnya serasa lembab.

Tau mengapa Alin se-menderita ini? Pertama Hannah. Hannah meninggal karena Alin mengutuknya dengan mengeluarkan kata-kata jahat seolah ia adalah manusia paling menjijikan. Bahkan lebih hina dari pada bangkai membusuk.

Kedua Farra. Ingat ketika Alin totalitas menunggunya untuk membully?. Alin menjambaknya, memukulnya seolah itu adalah samsak yang tepat bagi Alin. Kulit Farra yang pucat bahkan sudah seperti orang penyakitan tidak jarang Alin gambar dengan bekas luka.

Terakhir, Anita... ibu Farra memaafkan Alin. Setelah kejahatannya. Setelah kemunafikannya. Seseorang memaafkan Alin. Percayalah dimaafkan oleh orang yang sudah kamu buat menderita jauh lebih sakit dari pada dimaki serbibu cacian.

Lantas bisakah Alin bahagia jika semua itu telah terukir indah di jiwanya? Jika rasa penyesalan tergambar nyata di relung hatinya? TIDAK!.

"Alin?" suara familiar itu mendatangi telinga Alin. Refleks Alin menoleh. Itu Algar.

"Ngapain lo disini?" ketusnya.

"Lo kenapa sih? Lo diem, lo pucet, lo persis kayak orang mati sumpah"

"Memang.... jiwa gue sudah mati dan sedang berendam di lautan lava yang disebut neraka"

"Lo ngomong jangan ngaco napa sih!" Algar sedikit membentak.

"Lo yang jangan ngaco! Lo kenapa sih Gar? gue mau pergi lo dateng. Gue dateng lo malah sama cewek lain. Lo bego lo... lo ga peka!" cerca Alin seolah menumpahkan seluruh keluh kesahnya kepada Algar.

"Gue peka kok... gue tau lo suka sama gue"

"Oh lo peka... Cuma ga mau sama gue? Gitu ya" ujar Alin tersenyum perih. Lagian ini saat tidak tepat mengatakan perasaannya. Tapi ia bingung kayak pengen marah tapi ujung-ujungnya malah kebablasan.

"Lo kayak angka enol di hidup gue... tapi lo juga sahabat gue"

"Enol..." beo Alin. Mngutmangut.

"Oke Gar kalo gitu... lo ga usah ngomong ma gue lagi! Setidaknya jangan egois!"

"Ga! gue malah mau buat lo jatuh cinta sama gue. Se cinta-cintanya. Lo harus cinta sama gue sampai lo rela mati demi gue. Walaupun saat semua itu sudah terjadi. Gue ga jamin gue bisa kasi rasa yang sama." ujar Algar tersenyum miring.

"Brengsek..."tanggap Alin memandang Algar dengan matanya yang sayu. Apalagi ini? Luka baru kah?{}

:

:

:

:

Thanks udah baca~

Bagaimana?~

Hope y'all enjoy!.

See u hari Rabu~

Likes For Lives.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang