Hello~
Welcome to new part~
Terimakasih sudah membaca sejauh ini bestiee~~~
Big luv from big bee~
--
Alin mengerang. Otaknya tiba-tiba mengingat sebuah hal dimana ia dulu mendorong Weni dari tangga. Jujur, saat ini Alin tidak berharap diselamatkan. Sudah sepantasnya manusia mendapat balas yang setimpal.
Kepala Alin serasa amat berat, ia mengumpulkan segenap tenaganya untuk duduk. Matanya kabur. "Alinnn" panggil sesorang yang dapat Alin yakini ia sedang berlari mendekat kearahnya. Tarra. Tarra datang membantunya bangkit.
"Lo gapapa? Yatuhan kok bisa jatuh? Nih minum dulu belom gue minum kok" Tarra dengan cekatan membuka air botolnya kemudian meminum kannya ke Alin.
"Thanks Tarr" keadaan Alin membaik. Tarra melihat bagian belakangnya. Dan ia sadari apa hal yang membuat Alin terjatuh. Tali tarik tambang. Alin trauma dengan tali itu. Tarra menghela nafasnya.
"Temen sekolah lo disini ga ada yang tau lo trauma sama tali?" tanya Tarra dengan raut panik. Alin membalasnya dengan menggeleng pelan. Sebenarnya Tarra juga tidak tau mengapa Alin trauma sama Tali. Tapi.... pernah sewaktu lomba tarik tambang di Meltada Alin tampak ketakutan. Itulah awal seisi Meltada tau. Ada yang tidak beres di tali tarik tambang bagi hidup Alin.
Selama ini.... Alin memikul beban itu sendiri. Ia tidak punya teman untuk menceritakan masalahnya. Alin adalah gadis rapuh yang hidup dengan penuh penyesalan.
--
Hari-hari yang sibuk dan melelahkan berlalu. Alin duduk di kursi ruangan hijau... ini adalah hari H festival. Hari yang disiapkan dari jauh-jauh hari. So, bisa dikatakan hari ini amat spesial. Dimana Meltada dan Almeta akan bersatu.
Mereka memakai baju olahraga bewarna biru muda dengan celana yang warnanya 3 tone lebih tua. Baju ini sangat ringan dipakai. Karenanya... semua anak Club Festival memakai baju olahraga. Mengingat mereka akan sangat sibuk nanti.
"Semua sudah siap. Nanti kalo anak Sma Meltada dateng inget ya.. kita harus nunjukin hormat" ucap Algar mengintruksi semua anggota. Mereka disini dari pagi buta. Jauh sebelum yang lain datang. Algar membagi walkie-talkie untuk setiap anggota.
"Nih... kalo ada kendala segera beritahu anggota ya pake ini" katanya bibirnya melengkung. Holly hell! Bisa ga si ga usah senyum? Lemah iman.
"Fighting!" teriak sema anggota setelah mereka menyatukan tangannya. Alin yang planga-plongo mikirin kematian. loncat karena kaget jadinya.
--
Sara berdiri di puncak gedung Almeta. Semua pada heboh mempersilahkan dia untuk tidak nekat dan turun saja "Nak... turun nak... bicarakan baik-baik" ucap Pak Kum mengintruksi dari bawah. Teriakan-teriakan lain seperti "Sara sadar sar" or "Sar turun!". Holly hell mereka bodoh ya? Orang berdiri disini aja udah dikira mau bundir. Tidak segampang itu ferguso! Sara juga mau taubat dulu biar masuk surga.
"Sar... hehhh...hehhhh" Alin berusaha bernafas. Rongga dadanya menyempit karena berlari kencang ke loteng.
"Bego lo ya?" cetus Sarra memaki setelah melihat Alin yang rupanya nyaris pingsan.
"Hehhhh... lo jangan... bundir" Alin berlari. Ia mendekap Sarra. Yatuhan! Padahal Sara berdiri disana Cuma mau liat pemandangan. Dia juga mau liat bus Sma Meltada udah dateng atau belom. Gila aja baru kayak gitu dituduh yang ngga-ngga.
"The hell... lo pikir gue bakal bundir?" Sara memandang Alin dari atas sampe bawah. Terlihat di kaos olahraganya ia benar-benar kehilangan banyak keringat lari kesini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Likes For Lives.
Teen Fictionblurb: {FOLLOW SEBELUM BACA!} Kalian tau apa itu hidup? Kalian tau kapan kalian mati? Kalian tau... hal apa yang membuat kalian mati? yah... tak ada yang tau kecuali Tuhan pastinya. Namun, Alin selebgram dengan kehidupan sempurna tiba-tiba terken...