Alin, tidak ada bedanya dengan uang receh, bermuka dua. Dan tidak berharga.
--------
pencet tommbol bintang sebelum baca.. hehhe...
----
Wanita berhati IBLIS memang tidak mengerti apa itu TULUS.
-100 Likes 100 Lives
--
Alin masuk ke kelas, sekarang pelejaran bahasa indonesia, pelajaran yang amat disukai oleh Alin. Entah kenapa, ia suka pelajaran satu ini. Guru sedang menjelaskan, Alin memperhatikan penjelasan itu dengan seksama, ia bahkan mecatat beberapa hal penting. Jujur, sebenarnya Alin tipikal orang yang belajar kalau ujian saja, hari lain? Bye-bye buku! Tapi syukurnya.... IQ nya tinnggi membuatnya mudah menyerap pelajaran.
"Oke... sekarang saya akan kasi kalian tugas kelompok yah..." SHIT! Alin paling benci sama namanya 'tugas kelompok' kalau bisa sendiri kenapa harus bergantung sama yang lain?. Alin mendenggus sebal. Matanya memutar tanda ia malas sekali. Pasalnya, Alin susah mencari teman sekelompok. Wajar, ia tidak punya teman. habisnya siapa yang mau temenan sama Ratu Bully?
"Oke, kalian aja yang pilih kelompoknya" lanjut pak insan menginruksi, semua murid berpandangan satu sama lain menargetkan siapa anggota kelompoknya. Sedangkan Alin? Ia terus mengumpat dalam hatinya.
"Satu kelompok 4 orang, bapak kasi LKS nya, silahkan duduk sama kelompok kalian masing-masing" Alin mendesah kemudian pergi ke toilet untuk mengulur waktu, itupun tanpa pamit. Tidak sopan sekali memang.
Di depan cermin toilet, Alin menyisir rambutnya dengan jari-jemarinya secara perlahan. Jari jemari lentik dengan warna kuku yang cantik. Yang biasanya begitu ahli membuat guratan luka di kulit kepala sesrorang. Setelahnya, ia meninggalkan toilet begitu saja. Tidak langsung ke kelas, Alin mampir ke kantin untuk membeli jus stoberi yang cepat sekali habisnya. Kalau istirahat bisa-bisa ga dapat, karenannya Alin membeli sekarang.
"Makasi Bi" kata Alin kemudian berbalik, berniat ke kelas. Sudah cukup waktu yang dia ulur, sekarang... tinggal memaksa salah satu kelompok untuk menerimanya. Lagian... biasanya Pak Insan setelah memberi LKS langsung ke ruang guru, jadi dengan paksaan dikit gapapalah. Gaada guru yang tau kelakuan murid yang katanya teladan tapi ternyata edan.
--
"Gue gabung" kata Alin duduk menyeret kursi disalah satu kelompok yang anggotanya masih 3.
"Oh iya Lin" sambut Tara dengan senyum.
"Gausah nyegir lo, gue tau lo kutuk gue dalem hati" balas Alin ketus sembali menyilangkan tangannya di depan dada.
"Sudah-sudah. Oh ya Lin,kita dapet tugas buat laporan tentang hutan. Lo ada masukan?" tanya Gilang. Si genius di kelas, peringkatnya dibawah Alin.
"Mana sini LKS nya"
"Nih" kata Tara memberi Alin LKS lengkap dengan double folio tempat mereka menulis jawaban.
"Biar gue yang kerjain" Alin berbalik berniat mengerjakan tugas itu sendiri. Beginian sih gampang bagi Alin.
"Lin... tapi ini kan tugas kelompok... samaan aja, kita tau lo pinter tapi..." Tara menahan tangan Alin untuk pergi. setelah mendengar kalimat Tara, Alin tersenyum. Tara langsung menunduk.. sial senyum itu! senyum yang Alin sunggingkan jika menemukan target baru.
"Oh ya... lo bener Tara... maaf yah. Tapi gue mau ke kursi dulu bentar"
"Oke Lin"
Tara menghembuskan nafasnya yang tadi sempat ia tahan. Demi tuhan ia takut sekali pada Alin. Tak lama, nenek lampir datang membawa jus stoberi yang tadi ia beli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Likes For Lives.
Fiksi Remajablurb: {FOLLOW SEBELUM BACA!} Kalian tau apa itu hidup? Kalian tau kapan kalian mati? Kalian tau... hal apa yang membuat kalian mati? yah... tak ada yang tau kecuali Tuhan pastinya. Namun, Alin selebgram dengan kehidupan sempurna tiba-tiba terken...