Tikus Putih (8)

35 12 0
                                    


"MU-NA-FIK!" kata Algar mengeja. Ia meneinggalkan Alin yang membatu ditempat. Hidup Alin semakin singkat. Beberapa hari dikurangi. Yap karena ia mengomel.

Amarilis Saffralin hari pertama gagal melakukan perubahan. Apa nasib Alin selanjutnya? {}

--

Seseorang siapapun tolong Alin, seseorang siapapun tolong dia. Dia hanyalah manusia yang terlalu dusta untuk menerima luka

-100 Likes 100 Lives

--

Alin menghembuskan nafasnya kasar. Pertengkarannya dengan Algar begitu menyebalkan. Tapi kalo dipikir-pikir lagi... Algar dendem? Issss gumush. Dia itu tipikal yang marah aja wajahnya keliatan adem. Alin Cuma sebel dia gagal berubah..

Alin sedang berada di koridor apartnya. Koridor yang warnanya warm gold dari lampu bersatu padu dengan warna putih . Cantik sekali. Lantainya dibuat motif kayu dari parket. Udara dingin menemani kita untuk sampai ke unit. Emang The Diamond se-nyaman itu parah!

"Leaaa!"

"LEAA!" teriak seorang anak sma berlari di koridor apartermen. Alin menatapnya sepintas, pergerakannya begitu cepat mengejar sosok bernama siapa tadi? Lea. 'Oh mungkin adiknya' gumam Alin dalam hati, sebenarnya ia bodo amat sih. Ya lagian ga ada urusannya sama Alin.

Srukk...srukkkk Alin berdigik ngeri sewaktu benda aneh menempel di tengkuknya. Sial. Apa ini? Berbulu-bulu gitu. Ngerti ga si ada perasaan aneh kalo benda berbulu tidak jelas nempel. Kayak penasaran tapi ga berani megang. Ya pokoknya gitu deh!

Alin menegak salivanya. Makhluk jenis apa yang nempel woy?! Ia memberanikan meraih benda eh ralat makhluk berbulu itu. ternyata..... tikus putih! Sialan info aja nih itu.. makhluk terkutuk bagi Alin setelah kecoa. "Kyakkkk" Alin menjerit. Tangannya tidak mampu bergerak. Serasa beku. Ia melempar tikus itu panik. Bagaimana makhluk langka seperti tikus putih bisa hinggap di tengkuknya coba?. Tikus itu dengan cepat berlari tunggang-langgang.

"LEAAA!" suara itu lagi, suara remaja yang lari-larian nyari si lea-lea siapa lah.

"Akhirnya ketemu" lanjutnya sembari menunduk. Alin mendapati bayangan pria itu di ujung koridor. Sementara Alin sendiri masih terlalu kaget untuk bergerak. Habisnya yah, rasanya tadi itu kayak geli-geli gimana gitu.

"Papih nyariin kamu tau Leaaa" oh jadi si Lea-lea dan si cowok SMA itu hubungannya bapak-anak? Oke sedikit dimengerti. Tapi yang tidak dimengerti oleh otak seluas samudra milik Alin adalah 'LEA ITU TIKUS PUTIH YANG TADI?' wah parah sinting tuh orang. Ga ada peliharaan yang lebih berfaedah apa? ayam kek. Kalo laper tinggal... maaf sadis. Gorok... masak sate, masak bumbu padang juga boleh tuh.

"Wahh. Pemandangan aneh apa ini gila?" tanya Alin sambil berkacak pinggang. Ia mendesah tak habis pikir.

"Heh lo!" teriak Alin. Anak Sma itu tentu mendengarnya, suaraya aja kayak pake toa.

"Gue?" ia menunjuk dirinya sendiri.

"Iya, lo bego!" ketus Alin.

"Kenapa?"

"Lo kalo punya peliharaan tuh yang bener! Masa tikus? Tengkuk gue tadi hampir digigit tuh sama tikus jelek lo."

"Tikus ini lebih cantik ya dari lo."

"RESE, ngomong apa lo barusan?!"

"Tikus ini lebih cantik dari lo." ucap remaja itu mengulang.

Alin mendekatinya. Memicingkan wajah kekanan-kekiri.

Likes For Lives.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang