Menginap. (32)

14 9 5
                                    


Halo semuanya~

Welcome to new part~

Terimakasih sudah baca sejauh ini.

Btw siap2 ya lagi bentar konflik utama wehehe~

Thanks kalian sudah mau baca cerita yang banyak kekurangannya ini... demi apapun aku sangat mengapresiasi kalian. Jujur sekarang aku ga punya handphone dan promote nya kurang banget bahkan tidak pernah. Tapi Alhamdulillah bisa nyentuh 900 pembaca. Thanks a lot luv!.

--


Alin sudah boleh pulang dari rumah sakit yang baunya bikin mau metong. Bau obat khas RS amat dibenci oleh Alin. Kalian suka ga bau kayak rumah sakit? Bagi Alin rumah sakit merupakan tempat yang malah membuat orang jadi sakit. Segitu terkutuknya tempat itu bagi Alin.

Kalo orang normal. Pastilah kalo kena tusuk nginep beberapa hari. Atau malah ada yang sampe koma. Alin nih ya... saking abnormal nya hidupnya. Dokter sampe terheran-heran. Lukanya cukup dalam, tapi keringnya cepet banget.

Ia naik taksi dari RS Exelicity. Fyi aja nih ya... biar ga katro-katro banget kalian. RS Exelicity merupakan RS perusahaan EX. Udah itu doang sih.

"Raya kamu tau semua ini kan? kenapa lo ga bilang ke gue Ay?"

"Gue tau Do... tapi kalo gue bilang... gue takut nyakitin perasaan lo"

"Sekarang bahkan gue lebih sakit Ay. Setelah tau kebenaran lo dijodohin sama adek gue sendiri... gue hancur berkeping-keping Ay" lirih sang pria.

Percakapan kedua insan itu membuat Alin berdigik ngeri. Sakit banget pasti tau orang yang kita sayang mau dijodohkan sama adik kita sendiri. Miris banget hidup tuh orang. Dan bisa-bisanya mereka debat soal begituan di depan RS! Yang ada pasien tambah puyeng.

--

Alin tiba di apart nan mewah bernama The Diamond. Ia segera turun ketika sampai di lobi dan membayar taksi. Setelahnya, Alin naik ke lantai 4 dimana unitnya berada. Percayalah Alin memakai seragam olahraganya yang masih bernoda darah. Serem banget.. Beberapa diantara mereka memandang Alin terbagong-bagong.

Di ujung koridor. Terdapat unitnya. Ia melangkah sedikit cepat karena melihat seseorang berseragam sedang berdiri tepat di depan pintunya. Bisa tebak siapa?

Sara. Sara datang, tangan sebelah kananya menenteng plastik merah berisikan cemilan buat si pasien tak layak infus. Sumpah beberapa hari di Rs Alin sangat tidak layak di infus. Sehat, malah sempet-sempetnya open endors. Gila kan?!

"Sara? Lo bolos nyet?" cibir Alin menempelkan card bergambar bunga hidragea itu.

"Ho'oh. Asli bosen gue kalo sekolah. Kayak di neraka jahanam" balas Sara santai.

"Lah kok bosen sih? Kan itu neraka rumah lo" Alin tak ada akhlak mengambil bungkusan dengan cibiran.

"Setan lo!"

"Lo iblis!"

Gitu tuh kalo Ratu bully Vs Ratu kejahatan bersatu. ibarat setan di bumi selatan sama setan di bumi utara. Kalo disatuin ricuh!.

"Gue haid. Lo ada sempak baru?" tanya Sara sambil membuka sepatu bootsnya.

"Ga mau pake bekas gue aja? Itung-itung gue selebgram loh"

"Setan. ogah!" omel Sara kemudian duduk di kursi dapur Alin.

"Untuk nanti sih... gue mau nginep"

"Siapa yang kasi lo nginep nyet?"

"Yaelah semalem doang... gabut banget gue" jawab Sara enteng sambil menyeret toples kacang almond. Kemudian memasukkan satu demi satu kacang almond itu ke mulutnya yang dibalut bibir merah menyala.

"Yaudah... itung-itung gue ga ada kerjaan juga sih... tapi lo besok masuk nyet" Alin menimang sejenak.

"Gue udah bilang gue ga mau masuk. Udah kayak di neraka jahanam. Masa gue harus ulang sih?" ketus Sara sebal. Menurut kalian Sara atau Alin yang salah?

"Yaudah serah lo. gue juga besok mau bolos. Ga mau dikira abnormal"

"Emang lo abnormal kan? dikutuk. Idiot versi modern lo" ejek Sara mengeluarkan lidahnya sedikit. Sumpah ya mau kasi tau aja. Rambutnya yang kecoklatan dia gerai. Ditambah rambutnya tuh curly. Make up yang nyaris tak terlihat namun dimata Alin, make up itu sangat jelas. Mata bulat bewarna aster. Cantik sekali memang Sara.

"Setan kayak lo nggak dikutuk aja"

"Wahaha... eh ya btw gue tau kenapa nama kita sama" Sara berjalan perlahan menuju sofa yang mengarah ke jendela kaca besar.

"Kenapa?"

"Pola kematian kita sama. Itu alasan nama kita sama. Jadi dalam artian... kalo lo nemu pola kematian lo... gue juga nemu pola kematian gue. Sebaliknya gitu juga"

"Gilak lo serius?!" tanya Alin bersemangat. Ia berdiri di samping Sara yang menyilangkan tangannya di depan dadanya.

"Hmm.... gue udah tanya si arloji. Dan yeah... tuh arloji bisa lo tanyain loh. Harus banget pake perantara gue?" Sara membidik pandangannya ke arloji di pergelangan tangan Alin.

"Males gue. Gue tau bisa ditanyain. Tapi nanti kalo gue tanyain dan jawabannya ga gue harepin. Gue bakal kecewa" Alin duduk di kursi gantung berbahan rotan yang letaknya tepat di samping Sara. Ini adalah spot foto ter aestetic bagi Alin.

"Lo tau kenapa kita dikutuk?" Sara mengeluarkan vape nya kemudian menghisapnya.

"Karena kita bersalah?"

"Bisa jadi. Dan bisa jadi juga orang kayak kita nih... tukang bully tidak diizinkan bahagia oleh semesta. Karena apa? karena kita jahat. Kita udah ga pantes menjadi makhluk yang disebut manusia. Kita cocoknya disebut IBLIS" Sara menyemburkan asap vapenya. Alin termenung sejenak mendengar ucapan Sara. Iya... mereka hanyalah IBLIS!.

--

Malam pun tiba. Sara sudah menganti pakaian dengan meminjam piyama Alin yang masih baru. Ia terlalu jijik memakai bekas Alin. Keenan juga datang. Dari tadi ia hanya jadi tukang lawak diantara ciwi-ciwi yang terkutuk.

"Asli Kee... lo buka jasa lawak gih... sakit perut gue denger cerita lo" Sara memegang perutnya setelah diceritakan bagaimana awal Keenan berniat pelihara tikus.

"Ehh apanya yang lucu si Sar? Nge deep itu" protes Keenan tidak setuju. Niatnya Keenan ingin membuat mereka terenyuh dan prihatin padanya. Nyatanya... mereka tertawa seolah ia sedang melucu.

Awalnya para gadis melihat dengan serius. Tapi kata Keenan. Ia memelihara tikus karena kesepian. Ibunya meninggal. Ayahnya sibuk. Jadi tikus adalah pelariannya. Kalian kasian atau malah ngakak?

--

Keenan sudah pulang dari tadi. bukan pulang dengan sukarela sih. Lebih tepatnya Alin usir. Kasian banget emang nasib sang Drakeenan.

"Eh Lin.... lo tau ga kalo Algar kemaren disiram jus sama Mina?"

"Hah?!" Alin terkejut bukan main. Mina si kalem itu siram jus ke Algar? Ngaco sih.

"Iya... alasannya katanya Algar Php in dia... terus jadian sama lo" terang Sara.

"Gila tuh anak" Alin speachless. Astaga.... ia tidak menyangka saja Mina segitu teganya.

Setelah lama bergibah itu ini. Mereka berdua pun tertidur. Kedua insan yang hidupnya banyak rintangan. Mereka terkutuk. Semesta sedang menunjukkan betapa adilnya dia dengan mengutuk Alin dan Sara. Well.. apapun itu... semoga mereka bebas dari ikatan kutukan yang beberapa kali nyaris merenggut nyawanya.{}

Likes For Lives.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang