Special Part.

28 12 4
                                    


Hello~

Welcome to new part~

Happy reading~

Terimakasih sudah membaca sejauh ini~

Bigluv from Bigbee~

--

Sebelumnya aku mau jelasin. Kenapa aku sebut ini sebagai spesial part? Karena ini adalah kisah nyata antara aku sama mama aku. Tapi ada perubahan tokoh. Jadinya Alin sama kakaknya.

--

Dunia memang melelahkan, dunia memang menjadi tempat penyiksaan bagi beberapa orang. Diantara segelintir orang yang menderita karena semesta tidak berbaik hati. Memilih pergi. dengan sebuah tali gantung atau pisau bermata tajam.

Alin melajukan mobilnya dijalanan abu bercampur semburat cahaya kuning karena matahari begitu terik hari ini. Rasanya muak. Alin ingin memuntahkan segala penderitaannya. Andaikan bisa. Ia juga ingin mencabut duri yang menempel dengan sadis dihatinya.

Air mata sudah tidak berarti. Entah sebanyak apapun itu keluar. yang pergi tak akan pernah kembali. Ibarat daun yang berguguran dari rantingnya. Tak akan pernah menyatu... lagi. Kepergian sosok yang amat kita cintai memang bagaikan sebuah belati. Menancap dan tak pernah bisa dicabut. Entah serindu apapun kita. Kita hanya bisa bertemu dengannya dimimpi jika beruntung.

Alin memberhentikan mobilnya di depan danau yang airnya jernih. Disekitarnya terdapat pasak langit dengan hijaunya bertengger. Pohon pinus berjejer. Tupai berlompatan kesana kemari. Tak hanya itu. terdapat pohon kenari di sisi kanan dan kiri. Tempat ini seperti Hidden games yang tak banyak ditau namun memberi pemandangan yang amat indah.

--

5 tahun lalu.

Aliza kakak Alin menunduk mengambil beberapa biji kenari yang terjatuh dari pohonnya. Ia mengumpulkannya di plastik hitam yang sengaja disiapkan. Mengambil sedikit jatah tupai yang terjatuh. Dengan telaten mereka mengumpulkan biji demi biji kenari.

"Ambil sebelah sana juga" titah Aliza menunjuk sisi kanan.

"Ho'oh sudah" balas Alin kemudian lanjut mengambil biji kenari.

Sambil mengambuil biji-biji kenari itu. mereka membicarakan hal yang sama sekali tidak penting. Membahas bagaimana tupai memiliki anak, bagaimana masa kecil Aliza sewaktu Alin belum terlahir di dunia. Dan banyak yang lainnya. Bahasan mengenai 'Cinta' turut hadir ditengah perbincangan mereka.

Alin sedang jatuh cinta untuk pertama kalinya waktu itu. dengan pria berkacamata yang ia kenal semasa SMP. Aliza adalah teman curhat ideal bagi Alin. Walau jawabannya kadang 'nyelekit' tapi tetap saja Alin gemar membahas itu bersama kakaknya.

"Oh haha jadi intinya... kamu suka sama dia dan dia suka sama sahabat kamu? Ya tuhan kasian banget" Aliza terkikik sedangkan Alin cemberut lima senti sambil memungut biji kenari.

"Yaelah kak... dia belum tau aja pesona Alin" bantah Alin tidak terima. Aliza geleng-geleng kepala.

"Pesona? Pesona apaan haha...."

"Ya setidaknya yang dia suka kan pendiem. Tapi aku lucu ya bisa lah ya...?"

"Dih... badut aja lebih lucu dari kamu" Aliza tertawa terbahak-bahak. Senang sekali ia meledek adiknya yang sedang patah hati.

"Denger ya Alin... kalau kamu suka sama orang. Jadi sahabatnya. Karena, pacar bisa putus kalo sahabat ga bisa. Kamu pasti temenan sama dia seumur hidup" Aliza menasihati Alin yang masih awam untuk urusan cinta-cintaan. Lagipula... cinta pertama tidak akan berhasil bukan?. Katanya sih gitu.

Tapi, sejak wejangan itu dilontarkan Aliza. Mereka lebih dekat. bahkan hingga kini, Alin dan sang pria berkacamata masih akrab dan bersahabat dengan baik. Persahabatan yang terbentuk karena Aliza. Masih terlukis walau Aliza telah pergi.

--

Alin terseyum mengingat hal yang indah sekaligus menyakitkan itu. ia merogoh tasnya kemudian mengambil kantong plastik. Menapak tilas kejadian-kejadian lampau yan tak akan pernah bisa terulang, se-ingin apapun Alin mengulangnya.

Ia berjalan menuju sisi kanan padang rumput. Berniat mengambil beberapa biji kenari. Alin menunduk meraih biji-biji yang berserakan diantara bebatuan. Dulu saat ia menyukai pria berkacamata Aliza mendampinginya. Menemani segala keluh kesah Alin. Sekarang. Saat ia mencintai Algar. Tidak ada satupun orang yang ia ajak bercerita. Tidak ada dan tidak akan ada.

Alin meneteskan air matanya mengingat semua itu. hal yang terputar bagai sebuah kaset. Menyedihkan dan menyenangkan dalam satu waktu. Bersatu padu dengan elegan di relung hati Alin. Alin mulai terisak. Rasanya sakit sekali. Tolong semesta. Sampaikan salam pada Aliza bahwa Alin merindukannya. Sampai nyaris mati merindu.

--

Alin terdiam sejenak. Ia menyobek kertas bagian tengah, mengambil pena gel yang tersimpan rapi di kotak pensil hologramnya. Seragam Almeta yang bewarna biru tua sempurna menyentuh kerumput. ia duduk, kemudian menuliskan betapa merindunya hati ini terhadap sang bidadari bernama Aliza.

Untuk: Surga.

Teruntuk sang kesatria yang selalu menemani aku ketika dilanda duka, terimakasih telah hadir dalam duniaku walau tak dapat berhatan selamanya. Terimakasih telah melukiskan beberapa pengalaman indah yang tak akan pernah bisa terulang.

Teruntuk kamu sang bidadariku. Tetaplah menjadi bahagia disana, tanpa rasa sakit, tanpa rasa takut, tanpa rasa resah lagi.

Aku memang tak siap mengukir hari-hari dengan kerinduan yang tak berarti. Setidaknya aku tau pasti yang pergi tak akan pernah kembali, setidaknya aku tau... merindu hanya perasaan tiada arti.

Aku seperti mawar tanpa duri. Seperti tangan tanpa jari. Seperti rumah tanpa keladi. Semua sama, bagaikan kapal tanpa kendali. Aku kehilangan arah kelimpungan mencari jalan pulang untuk bertemu dengan mu.

Aku ingin menanyakan satu hal. Apakah kamu bahagia sekarang?

(Alin. 27-08-2021).

--

Alin tersenyum kemudian memasukkan sepucuk surat itu kedalam botol. Melemparnya kearah danau. Sampaikan salam Alin wahai semesta. Kami mengandalkanmu. Kisah Alin sang ratu bully. Adalah sepenggal kisah pilu yang akan diceritakan kepada kalian semua. Tolong siapkan hati.{}

PART INI TERUNTUK MAMA AKU YANG SUDAH BERISTIRAHAT DENGAN TENANG. PUISI DIATAS JUGA DARI AKU UNTUK MAMA. DAN DARI ALIN UNTUK KAKAKNYA. BANTU SAMPAIKAN SALAM KEPADA MEREKA BERDUA DENGAN MENSUPORT CERITA INI.

Likes For Lives.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang