Selingkuh (41)

26 9 10
                                    

Hawooo~

Terimakasiw udh baca sejauh ini SHAAYYY~

--

Suara ketukan ditengah kegelapan malam membuat Alin berdigik ngeri. Siapa yang mengetuk jendelanya padahal unit Alin di lantai 4? Apa ini mirip seperti urban legend-urban legend yang sering Alin dengar dari penghuni The Diamond?.

Konon, waktu The Diamond belum terkenal. Terdapat seseorang pria bertubuh jakung yang bunuh diri dari Loteng. Jadi, ia sering gentayangan disekitar gedung. Tapi.... Alin sama sekali tidak pernah berfikir bahwa kisah itu nyata. Lebih-lebih mendatanginya!.

Alin membuka gordennya yang akan memperlihatkan indahnya langit malam ditemani gedung pencakar langit yang bertengger gagah. Perlahan.... ia melihat bayangan pria berdiri dengan kantong plastik bening yang berisikan cairan kemerah-merahan.

Apa itu? pria tinggi itu membawa bungkusan darah?! Alin menegak salivanya ia membuka gordennya dengan cepat disertai mata tertutup. Takut jikalau hantu yang muncul di hadapannya memiliki wajah yang mengerikan seperti hantu muka rata?.

"Yaelah bukain gue!" suara itu membuat Alin membuka matanya.

"Keenan!" ketus Alin. Bagaimana tidak? ia takut setengah mati tadi! sumpah!.

"Bukain buru dingin tau!"

"Ih siapa suruh lewat sana? Dibuatin pintu bagus-bagus juga" cerca Alin kemudian membukakan pintu geser dengan susah payah. Habisnya nih ya.... Alin ga pernah ke balkon. Jadi, pintunya ga dibuka. Eh malah sekarang seret!.

"Kalo ga bisa dibuka mampus gue.... gue balik gimana?!" tanya Keenan yang Alin sendiri tak ingin berfikir untuk menjawabnya. Lah.... caranya dia dateng gimana anjir?! Terbang?!. Lagian bantuin kek malah planga-plongo melihat Alin mengerang.

"Hiyaaaa" kata Alin mengeluarkan segenap tenaganya. Urat-uratnya terlihat nyata. Bahkan, urat lehernya juga keliatan!.

"Hiyaaa!" ujarnya lagi. Sumpah seret banget kalo kayak gini bisa keluar BAB nya. saking susahnya buka pintu!.

Melihat Alin yang nyawanya terbang entah kemana Keenan akhirnya turun tangan. Ia menaruh bungkusan yang Alin kira darah ternyata seblak itu dilantai. Kemudian, dengan tangan berotot nya ia dengan santai tanpa mengeluarkan effort membuka pintu geser itu.

Keenan menyipitkan matanya melihat Alin yang cengar-cengir. Habisnya, tadi Keenan kira tuh pintu berat banget sampe semua urat Alin keluar. eh ternyata keenan ga pake tangan dua aja bisa buka!. Kenapa ga dari tadi?!.

"Gue pinjem alat kebersihan dari loteng turun kesini makanya bisa lewat balkon" terang Keenan. Seolah membaca pikiran Alin yang takut kalo itu sebenarnya bukan Keenan. Paham kan?.

"Oh.... ngapain ngeribetin diri sendiri sih?" Alin berjalan menuju kasurnya. Syukur aja kamarnya lagi rapi. Kalo lagi kayak kapal pecah gimana? Rusak image nya.

"Bukan Keenan namanya kalo ga anti menstrim"

"Tengggg.... bukan Keeenan namanya kalo ga sinting!" Alin ngegas sambil membuat tangannya menjadi huruf x.

"Nih gue bawain seblak. Katanya cewe suka seblak?" tawar Keenan menyodorkan bungkusan seblak kearah Alin. Masalahnya, Alin ga pernah nyoba seblak. Tapi mumpung yang ngasi adalah gebetannya. So kenapa ga dimakan aja?.

"Suka banget gue" ucap Alin bohong.

--

Keenan memandang Alin yang dengan lahapnya memakan seblak bawaannya. Mulutnya penuh sampe celimotan sana-sini. Parah! Dulu Alin harus jaim waktu pedekate ke Algar. Kalo ke Keenan mah nyantuy. Dia bisa jadi dirinya sendiri seolah itu 'Another side'.

"Hufffftttt" Alin dengan semangat menyeruput mie di seblak nya. Keenan memandang Alin dengan memangku kedua telapak tangan di dagu.

"Awas nanti lo gendut" ujar Keenan dengan mata yang tak teralihkan pada mulut Alin yang penuh akan mie.

"Hokkkk..... ishhhh lo tuh" Alin keselek kemudian mengomel sejenak. 'Gendut'? Keenan tidak tau apa itu adalah hal yang paling menyinggung kaum perempuan?.

"Ishhhh selera makan gue ilang" katanya membanting garpu ke mangkong berisi kuah merah kekuning-kuningan.

"Ya.... maap.... gue ga tau kalo itu sensitif"

"Bego lo" Alin berkacak pinggang melongos. Hilang sudah rasa cinta nya pada seblak. Padahal tadi Alin suka banget. Tapi.... inget berat badan deh.

"Mau jalan-jalan ga?" ajak Keenan. Dalam hati Alin langsung menjerit 'Mauuuuu!'. Tapi namanya dia selingkuh dong? Kan dia masih pacar Algar.

"Hmmm kemana?" tanya Alin. Jujur, ia masih menghargai perasaan Algar. Lebih tepatnya Alin bingung dengan dirinya sendiri. Siapa yang dia suka? Algar atau Keenan?. Gini ya, di satu sisi dia ga mau kehilangan Algar. Satu sisi lagi dia mau liat Keenan terus. Jadi gimana?.

"Gue tau tempat bagus"

"Ya dimana?" Alin kepo. Habisnya ia mau jaga-jaga. Siapa tau tempat itu deket sama rumah Algar.

"Udah lo ikut aja besok"

"Call... setuju" Alin mengangguk kemudian bangkit membersihkan mangkok seblaknya.

"Gue ingin bahagia setidaknya sekali aja" pernyataan Keenan yang begitu tiba-tiba membuat Alin tertohok. Kenapa dengannya?.

"Maksud lo?" tanya Alin melanjutkan. Walaupun ia tau, ini akan menjadi deep talk.

"Ortu gue cerai Lin.... dan gue tinggal sama bokap. Tapi dia selalu nyalahin gue. Dia bilang.... gue adalah penyebab mereka bercerai" Keenan menunduk. Garis wajahnya terlihat bahwa ia sedang sedih. Alin duduk di dekatnya.

Mereka saat ini berada di sofa panjang. Di depan mereka terdapat sebuah meja kecil tempat Alin makan seblak tadi. Di samping kirinya, terdapat jendela besar yang menampakkan pemandangan menajubkan malam hari.

"Keee? You okay?" Alin mengusap pelan ruas jari Keenan.

"Sejak saat itu Lin... gue ga pernah bicara sama bokap gue.... gue seperti parasit di hidupnya"

Alin tidak mengerti harus apa. Biasanya Keenan adalah sosok yang penuh canda tawa. melihatnya seperti ini. Serasa berbeda.... Ketahuilah, jika orang sering membuat kita ketawa. Kemudian dia sedih seperti Keenan sekarang. Itu akan membuat kita sakit tak berdarah.

"Gue pengen ngomong sama bokap gue sekali aja.... gue pengen ceritain semuanya.. gue pengen manggil dia papa sekali aja" Keenan membasahi bibirnya kemudian memalingkan wajahnya dari Alin. Jaga-jaga, ia tidak mau air matanya terlihat.

Bukan karena gengsi terlihat lemah. Ia tau Alin sedang tidak baik-baik saja. Alin juga dibully seisi sekolah. Jadi, Keenan tidak mau hanya menjadi benalu di Alin. Hanya menjadi jamur yang menyakitkan. Ia tidak mau...

"Maaf.... gue ngomong ngaco" Keenan menaikkan kepalanya. Alin tau, butuh kekuatan ekstra untuk melakukan itu. Alin tau, di posisi Keenan tidak mudah karena Alin mengalaminya. Ibu Alin tidak pernah menganggap Alin ada. Bahkan sekarang Alin tidak tau ia masih hidup atau tidak.

"It's okay not to be okay" Alin merengkuh Keenan erat. Setidaknya, ia bisa merasakan sayatan belati di hati Keenan. Panah yang tertancap dengan anggun di hati Keenan.... turut menancap dihati Alin. Alin..... sudah jatuh cinta kepada Keenan.

--

Ding dong..... suara bel rumahnya membuat Alin beranjak. Sebenarnya, ia sedang tidak berminat menerima tamu. Please lah orang lagi kasmaran ganggu aja. Siapa sih?.

Alin langsung membuka pintu alih-alih harus melihat di monitor terlebih dahulu. Di depannya kini berdiri pria jakung dengan poni yang rapi. Ia memakai jaket abu bertuliskan. 'Basket' dengan celana cargo bewarna hitam. Algar.

"Algar?" sapa Alin lebih dahulu.

"Hai..." Algar tersenyum. Namun, ekspresi itu mendadak berubah. Ia melihat Keenan. Algar dengan cepat menutup pintu dari luar, menarik Alin agar mengikuti langkahnya.

"Pacar lo sebenarnya siapa sih? Gue atau Keenan? Gue berhak ya cemburu!" cerca Algar dengan sebelah tangannya yang mencekal tangan Alin keras. Siapa yang bakal Alin pilih?{}

Likes For Lives.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang