New bab! maaf telat yah. karena kuota ga ada kemaren.
--
Kukuruyukkkkk..... suara ayam bersahut-sahutan yang menandakan pagi sudah tiba. Mereka ketiduran di ruang Club. Algar tersadar dari pingsannya.
"Hehhhh.." katanya kemudian duduk. Ia memijit pelipisnya sesaat. Otaknya belum sepenuhnya bekerja untuk mengingat kejadian tadi malam. Saat otaknya sudah stabil, Algar mengedarkan pandangan kemudian mendapati Alin yang tertidur pulas.
"Makasih ya" ucap Algar lembut, lengkap dengan senyum sambil menyibak rambut Alin yang menghalangi matanya.
"Alin.. Lin..." kembali, Algar membangunkan Alin, jika anak club datang. THE END sudah riwayat mereka.
"Al.. Hello?" Alin tak kunjung bangun jadi Algar menggoncang tubuhnya sedikit.
"Iya...?" Alin mengintip sedikit, ia ngantukkk sekali. Saat intipan sepintas itu menampilkan Algar, Alin langsung beranjak dari sofa tempatnya tidur.
"Bangun, buru deh. Soalnya nanti anak-anak club dateng" intrupsi Algar seraya bangkit dari duduknya.
"Eh iya Gar..." Alin menggosok matanya.
"Lo gapapa?" lanjut Alin.
"Gapapa. Makasih ya Al..." tuh kan AL. AL. AL aja terus, simple sih tapi hal simple itu justru lebih manjur dari gombalan.
Mereka langsung pergi meninggalkan Club untuk pergi ke rumah, mengganti pakaian dan lainnya.
--
Alin sampai di rumahnya, ia sudah mandi. Mengganti pakaian dan ritual lainnya. Tapi mirisnya, sekolah Almeta itu jauhhh banget dari rumah Alin, coba ga karena kutukan sialan! Ga bakal pindah dia ke Almeta. Eh salah, tambah satu alasan lagi. Coba ga karena Algar dia ga bakal sekolah jauh-jauh ke Almeta. Alin sedikit telat, dia panik menyelesaikan siap-siapnya. Lagian udah tau telat. Dia tetep mandi nya lamaaa banget. Ke Narnia dulu soalnya. Bercanda. ya Alin memang mandinya lamaaa banget, duluan metong baru dia selesai mandi. Kalian juga sama?
Drrt.... handphonenya getar, lantas ia mengangkat panggilan itu tanpa melihat siapa yang menelfonnya.
"Hallo?" kata nya panik sambil memakai keds.
"Pake mobil ga akan keburu, gue dah ada di lobi dari 15 lalu, cepetan!" titah suara berat yang amat sopan masuk ke telinga. Eh ini... suara.... ALGAR?! Udahlah mau death aja. Mendengar itu, Alin bergegas menuju kebawah.
--
Sesampainya disekolah, Alin diturunkan Algar di depan. Tau kenapa? 'Takut pada salah paham' monyet banget alasannya gaguna!. Dengan pipi yang di cembungkan. Alin melangkah masuk ke sekolah. Istilahnya gini loh. Tadi di terbangin langsung di buang jatuh se jatuh-jatuhnya. Runtuh se runtuh-runtuhnya.
"CK nyebelin banget dah. Mudahan tabrakan lo. sukur ganteng"
Omel Alin sambil mempercepat langkahnya, ga usah aja gitu nawarin kalo ujungnya di turunin.
Tinnnnnn .... suara itu membuyarkan pikiran Alin. Dibelakangnya sudah sangat dekat motor yang melaju kencang. KEMATIAN?
Brakkkk..... Alin tersungkur jatuh, ia terhempas seperti dorongan, semua menatapnya. Salah, menatap yang menolongnya. Mina. Mina berdarah di sekujur kakinya. Dan itu terlihat ME-NYA-KIT-KAN!. Alin panik. Ia merangkul Mina yang mengerang kesakitan. PMR datang membawa tandu. Semuanya panik. Termasuk... Algar, tapi tidak wajar Alin cemburu saat ini.
"Hati-hati dong lo!" Algar menatap Alin tajam. Terlihat guratan api dimatanya, tak ada bentakan. Tapi... itu begitu mengerikan karena Algar menekan setiap katanya. Alin tertunduk. Algar pergi menolong Mina, semua juga begitu. Tanpa disadari, air mata Alin merembes keluar.
--
Festival berlangsung tanpa kendala. Pentas teater begitu menyenangkan kecuali bagi Alin. Karena, dialah si tokoh jahat yang memiliki nama Selina di peran. Siapa penulisnya? Anonim? Who are you?.
Club festival kumpul, kecuali Mina yang dilarikan ke IGD.
"Good job guys!" Kata Algar mengajak tos semua anggotanya. Alin masih merasa bersalah, bersalah pada Mina, dan Algar. Karena, sebelum kecelakaan. Alin sempat mengutuk Algar. Tapi dialah yang kena. Memang benar kata orang. 'Kutukan itu ada untuk mereka yang mempercayainya' memang, terdengar fantasi. Tapi... itu nyata!.
Saat giliran Alin. Algar tersenyum,
"Ga mau tos?" tanya Algar yang tenyata sudah mengangkat tanannya di depan Alin, tapi Alin begitu sibuk dengan perasaan bersalahnya.
"Hah?... iya" kata Alin menyambut tangan Algar.
"Good job" Algar menyunggingkan senyum lagi dan lagi. Ohmaygaddd plis deh, lemah iman!.
--
Drrt. Pulangnya, Alin membuka chat karena ada chat masuk. Alin pulang malam hari ini, karena festivalnya berlangsung lama.
Nomor tak dikenal : Save gue Keenan.
Alin: Iya papih. Apa kabar Lea?
Keenan: Baik.
Keenan: send pict
Tau yang dikirim foto apa? foto si tikus bernama Lea lagi makan!. Au ah pusing. Ga ngerti lagi capek.
--
Alin pergi ke toserba, tak langsung pulang. Ia juga mampir ke taman, moodnya sangat anjlok sekarang.
"Huhhh" Alin membuang nafasnya sambil menyesap minuman yang tadi ia beli. Suara riuh tepuk tangan terdengar. Alin menengok. Ternyata ada pertunjukan badut. Sepintas senyum terbit di bibirnya. Tingkah badut dengan baju balon, wajah di cat putih, hidung tomat rambut kribo warna-warni amat menggemaskan. Dibawahnya terdapat kardus bertulis.
'Bayar 2k untuk foto, bayar seikhlasnya untuk liat pertunjukan paman badut' . disaat seperti ini Alin merasa dirinya begitu serakah. Ia cantik, kaya, pintar. Semua diambil olehnya. Tapi sayangnya Alin tak punya attitude. Hatinya serasa ter-iris sewaktu melihat paman badut mencari uang dengan susah payah.
Alin mendekati kerumunan. Ia menyumbang uang 100 ribu untuk paman badut, uang segini tidak ada apa-apanya bagi Alin. Tapi sangat berarti bagi paman badut.
Seulas senyum kembali terbit. Tapi... tunggu dia salfok ke belakang paman badut, itu... tas Algar! Alin membulatkan matanya. Lekat-lekat ia melihat paman badut. Dan ia salah. Ternyata bukan paman badut. Itu... Algar?{}
KAMU SEDANG MEMBACA
Likes For Lives.
Novela Juvenilblurb: {FOLLOW SEBELUM BACA!} Kalian tau apa itu hidup? Kalian tau kapan kalian mati? Kalian tau... hal apa yang membuat kalian mati? yah... tak ada yang tau kecuali Tuhan pastinya. Namun, Alin selebgram dengan kehidupan sempurna tiba-tiba terken...