Who Are You? (09)

33 12 0
                                    



BAB SEBELUMNYA.

Dingin, gelap, sendiri, sunyi dalam. Telinganya mulai sakit, nafasnya susah keluar. beberapa air jelas terasa mengalir di paru-parunya.

Kematian kedua.... akankah Alin selamat?{}

---

Halo semuanya. Terimkasih sudah membaca dari awal sampai bab ini. 

Yang baru nemu cerita ini dan sudah baca marathon sampe sini WELCOME ya.. moga betah. aku ga private beberapa part. tapi aku yakin kalian sudah bisa tau cara menghargai karya penulis. 

Follow-Vote. Bagi aku itu udah cukup banget.

all love for u guys!.

----

Hidup kita sama seperti air, kita hanyalah air putih sewaktu kita dilahirkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hidup kita sama seperti air, kita hanyalah air putih sewaktu kita dilahirkan

-100 Likes 100 Lives.

--

Tangan Alin tertulur. Seolah meminta pertolongan namun tak tau pada siapa. tubuhnya membeku ditengah udara yang dingin. Matanya semakin samar. Telinganya tidak bisa mendengar apapun selain jeritan minta tolong yang keluar dari hatinya sendiri. Jeritan keputus asaan yang terdengar mengerikan ditengah kegelapan.

Alin memaksa membuka matanya lebar-lebar walau serasa perih, ia melihat arlojinya dan sisa waktu 5 menit. Mati. Satu kata yang berkeliling di kepalanya saat ini.

--

Keenan keluar dengan baju penuh tinta. Sebal memang, dirinya persis seperti tukang bengkel ketumpahan oli. Ia duduk di pinggir kolam, melihat betapa tenangnya air itu. keenan suka berenang, hidup kita sama seperti air, kita hanyalah air putih sewaktu kita dilahirkan, lingkungan yang membentuk kita menjadi teh, sirup atau air comberan. Quotes by Keenan.

"Eh itu manusia?" tanya Keenan memandang lekat kolam sedalam 3m itu.

"Gilak beneran manusia!" ia berteriak kemudian tanpa pikir panjang segera melompat.

Keenan berenang ke dasar kemudian mengambil tubuh Alin yang mulai terkulai. 2 menit sebelum kematian, air serasa jelas mengalir di paru-parunya. Seluruh badannya nyaris membeku, ditengah dinginnya udara pagi .

Mirisnya Alin masih sadar. Jadi, sakitnya serasa jelas menjalar. Setelah sampai darat. Alin duduk, kemudian dengan cepat mengambil Hp di tasnya, sumpah, ia harus keluar dari rasa sakit yang seolah akan mematikannya. Untung saja hpnya ditaruh kotak pensil plastik jadinya hp nya tak tersentuh air.

Alin memposting foto, ia memilih foto random, dirinya begitu panik, takut jika ini adalah hari terakhirnya. Keenan tentu bingung hal itu. Batinnya mengerutuki Alin yang sempat-sempatnya post foto waktu lagi sekarat?

Likes For Lives.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang