Tour (12)

30 12 2
                                    



SELAMAT DATANG LAGI DI CERITA INI. SEMOGA BETAH SELAMAT MEMBACA.

#KAWALHINGGAENDING. BACA SAMPE ENDING YOW! BIG LUV. MAKASIH BANGET YANG UDAH BACA SEJAUH INI YA.

--


Algar menyadari keberadaan Alin, ia menegak salivanya. Kemudian menyudahi atraksinya. Ia senyum ke Alin kemudian menghampiri Alin.

"Loh belum balik? Masih pake seragam gitu.." Algar menaik turunkan alisnya.

"Iya nih, lo sendiri ngapain disana?" balas Alin sambil menunjuk tempat atraksi Algar tadi

"Oh... kerja lah"

"Hmmm..." Alin menunduk, dia mati gaya, harus ngapain woy?

"Duduk disana yuk Lin" loh Lin? Al-nya mana? Ayo dong panggil Al lagi biar UwU.

"Iya" terus terang, Alin tak tau harus apa. dia jujur saja tidak tega melihat Algar kerja. Bahkan setelah dia sakit? Badannya sekuat baja!

"Gar.." Alin membuka pembicaaraan sewaktu ia duduk di kursi taman, kursi itu menghadap ke danau buatan yang dilengkapi bebek-bebekan goncangg pada tau kan yah?

"Kenapa Lin?" Algar menyahut, melihat kearah Alin dengan tatapan teduh.

"Lo gapapa kerja? Lo kan sakit.. nggak maksud gue, hmm gue ga hina tapi hmm" Alin bingung apa yang harus ia katakan? Sebenarnya simple sih seharusnya 'Lo gapap kerja? Kan baru sembuh, kalo ada butuh gue bantu kok' tapi memang seribet itu kalo sama si ono... si crush.

"Hahaha. Lin please, gapapa kok. Mukanya bersalah banget. Bukan lo banget tuh merasa bersalah" Algar merasa geli melihat tingkah Alin. Pake sok-sokan ga enak segala.

"Hah maksudnya?"

"Iya gue tau lo dari awal, jutek, judes,, ga ada baik-baiknya deh. Terus gue liat lo gini.. aneh aja hehe" ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Alin senyum sepintas, senyum yang melambangkan banyak arti. Kepedihan, kekecewaan pada diri sendiri. Pokoknya banyak deh.

"Maaf... gue memang brengsek, gue memang jahat Gar" Alin menunduk,

"Eh.. eh gue ga maksud gitu Lin..." yak! Algar merasa bersalah. Alin kembali senyum.

"Gapapa"

"Ssst gue ga maksud gitu, gue baru tau kalo lo sebenernya baik, tapi... ga tau caranya gimana."

"Udahlah Gar gapapa santuy. Tegang amat, emang lo dari mana tau gue baik?" tanya Alin dengan nada yang di santuy-santuy kan padahal hatinya lagi ga nyantuy.

"Semalem lo nolongin gue. Thanks banget. Dan soal dendam gue minta maaf"

"Eh..? haha santuy"

"Makasih juga Lin."

"Buat apa lagi?"

"Kecupan nya"

What the helll.

--

Alin masih di area taman, sedangkan Algar dengan tidak ber-akhlaknya setelah mengatakan 'Kecupan nya' pergi. kurang ajar emang. Tapi ganteng, gimana dong?.

Alin menatap kosong ke depan. The hell! Oy jantungnya rasanya mau patah, paham ga si deeg-degannya?

Ekor mata Alin menangkap sosok Weni, sasaran empuk bullynya. Ia segera menghampiri Weni. Eitss jangan salah paham, niatnya minta maap kok. Santuy-santuy.

Likes For Lives.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang