Tidak Pantas (21)

15 11 21
                                    

Halo Welcome~

Terimakasih sudah membaca sejauh ini~

Happy Reading~

Komennya dund~

Vote nya dund~

Luv u~

Maaf part ini agak banyak... but hope u like it~

--

Alin melihat tangannya yang terselimuti darah karena ia menusuknya dengan pecahan. Kulitnya tersobek, darahnya mencuat keluar sampai mengenai wajahnya. Pecahan menancap dengan anggun sekalgus menyakitkan. Ia melihatnya dengan tatapan berapi-api. Terlalu lelah dengan drama yang terjadi.

Alin tersenyum final. Jangan tanya rasa sakitnya. Itu jelas serasa mengigit. Namun tak apa, Alin memilih kesakitan ketimbang harus berulang-ulang melakukan kesalahan yang sama.

"Kamu gapapa dek? Ya ampun kenapa pake acara tusuk-tusukan segala" ibu yang tadi berdebat dengan Alin terlihat menunjukkan empatinya. Memang, manusia begitu busuk. Berubah seketika hanya untuk menyembunyikan kesalahan.

"Yah... semua manusia memang munafik" Alin menjawab sepintas kemudian berbalik.

"Tunggu... ayo ke rumah sakit" ibu itu mencekal pergelangan tangan Alin

"Jangan sentuh aku!" Alin menepis tangan ibu itu yang membuat darah Alin menyiprat kemana-mana. Cafe ini sekarang persis seperti lokasi pembunuhan. Semua melihat kejadian itu tercekat. Tidak ada yang berani bertindak. Mereka solah melihat pembunuhan secara langsung.

Alin pergi keluar dari Cafe itu. tetes demi tetes darahnya jatuh kelantai.

"Kita terlahir untuk apa sebenarnya?" tanya Alin kemudian melangkah menuju lift.

"Alin?" suara dari belakang itu refleks membuat Alin berbalik melihat. Keenan, perlu dijelaskan jika kalian lupa. Mereka adalah tetangga.

"Keenan? Hai" Alin memaksakan senyumnya. Padahal luka ditangannya nyaris membuat pertahanannya runtuh.

"Astaga tangan lo kenapa?" Keenan melihat dari mana asal darah yang berceceran itu. alangkah terkejutnya dia darah mengucur dari tangan Alin.

"Gapapa" satu kata. Menunjukkan kebohongan besar.

"Ikut gue, gue obatin luka lo"

"Gue gapapa Kee!"

"Jangan membantah. Gue ga suka. Ikut gue!"

"GAK!" Alin berusaha melepaskan tangannya dari cekalan Keenan yang sangat kuat. Keenan menghapus jarak antara mereka. Mendekatkan wajahnya ke Alin.

"IKUT GUE...!"

"GAKKKK!" Alin berteriak. Jujur ia hanya ingin sendiri. Jiwanya sedang lelah.

Buppp.... Alin sekarang sudah berada di kuasa Keenan, Keenan menggendong Alin ala bridal style.

"Turunin gue Keee"

"Siapa suruh nolak rasain sekarang" Keenan menekan tombol lift dengan susah payah. Bagaimana mau gampang? Barang segede Alin nemplok.

"Ringan banget sih lo. makan yang bener!"

"Ih turunin..."

Mereka melangkah di koridor apart yang panjang. Setelah sampai di depan unit apart Keenan. Ia menempelkan card khusus kemudian Tarrrraaaa.... pintu yang semula tertutup rapat terbuka lebar. Ajaib kan?.

"Tunggu disini gue ambil P3K dulu"

"Iya" jawab Alin singkat. Ia mengedarkan pandangan keruang yang kosong melompong. Hanya ada satu sofa. Dan beberapa perlengkapan masak.

Likes For Lives.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang