Haiii~
Maaf ya komen di part sebelumnya g di jawab. Ini aja numpang WiFi. Jadi harus buru2.
Terimakasih sudah baca part ini...
--
Alin berdiri. Ia harus menjaga sopan santun. Saat badan serta wajah wanita itu terlihat. Alin yang tadinya tersenyum merubah rautnya menjadi cemberut. Alin terkejut bukan main. Dia adiknya Algar?! What?. Dia adalah. Weni! Iya Weni yang menjadi sasaran empuk bully!.
"Kak Alin?" tanya Weni. Ia sama terkejutnya dengan Alin.
"Weni?" Alin masih shock. Bagaimana tidak? hancur sudah dirinya sekarang.
"Jadi.... pacar kak Algar... kak Alin?" Weni heran, Alin bisa bayangkan bagaimana terkejutnya dia. Weni mundur satu langkah. Ia mengingat bagaimana Alin bertindak padanya dulu, menjambaknya. Memukulnya, mendorongnya dari tangga. Bahkan.... kepala Weni sempat dijahit karena ulah Alin.
"Iya... kalian udah kenal? Bagus dong" Algar yang tidak tau apa-apa malah mengira ini baik. Ini adalah MALAPETAKA!.
Alin berlari keluar rumah. Ia menangis, bisa-bisanya dunia tidak memihak dirinya lagi dan lagi. Jika Algar tau semuanya. Pasti Algar akan kecewa bukan?.
"Alin... Alin... Alin kenapa Al?!" Algar mengejar Alin. Ia mencekal tangan Alin.
"Lepasin gue Gar!"
"Alin kenapa? ada apa?" Algar mulai panik. Asli Alin tiba-tiba berubah. Wajar kan ia bingung?.
"Gue harus pergi!" teriak Alin. Suaranya yang bercampur tangis amat mengerikan.
"Alin... hey!"
Sayangnya, Alin sudah pergi menjauhi Algar. Ia sudah sampai gerbang dan tak terkejar. Ada apa sebenarnya? Algar tak habis pikir soal itu.
--
Alin menangis tersedu-sedu didalam taksi. Sakit sekali rasanya. Ia bisa bayangkan betapa kecewanya Algar terhadapnya. Tapi haruskah? Haruskah saat Alin baru merasakan bahagia? Haruskah?!.
Hati Alin bagai lumbung padi yang hanya mengisi duka. Betapa menyedihkannya dirinya disaat satu-satu harapan kebahagiaannya hilang karena ulahnya dimasa lampau. Lampu yang biasanya terang benderang dihatinya redup. Bahkan Alin tak tau apakah lampu itu bertahan lama atau tidak. bisa jadi lampu itu akan mati selamanya.
Alin melangkah sewaktu sampai di lobi. Tatapan yang tak asing didengar oleh kalian. Tatapan kosong dan mata nanar kini tertampil lagi. Kapan keindahan sesungguhnya akan menemani? Hanya semesta yang punya andil.
Terkadang dunia adalah tempat paling mengerikan. Penuh kemunafikan, kejahatan, kebencian. Semua bersatu dalam bentuk bulat berdominasi warna biru. Dunia. Jika saja di ibaratkan, warna biru adalah air mata sedangkan warna hijau adalah luka. Bersatu padu dengan elegan.
Malam kali ini kembali terisi dengan tangis, tangis kekecewaan pada diri sendiri mengapa ia melakukannya dulu. Well, memang penyesalan muncul diakhir.
--
Pagi kembali hadir, dunia kembali menampakkan cahaya ditengah kegelapan dunia Alin. Terbesit dihatinya, indahkah harinya kini? Atau malah tambah buruk dari sebelumnya? Sudah Alin putuskan. Ia akan berbicara dengan baik pada Algar. Menurut kalian apakah berhasil?.
Alin merapikan rambut sebahunya, memakai seragam khas Sma Almeta. Dengan logo segi lima yang ditengahnya terdapat perisai. Lengkap dengan dasi merah berbentuk pita serta rok diatas lutut.
Alin memakai pantopel hak. Dengan kaos kaki biru. Agar tampak indah dan tidak melebih-lebihkan. Kalii ini Alin menimbruk bajunya dengan jaket hitam alih-alih memakai jas almamater. Karena Sma Almeta memiliki kebijakan wajib memakai jas almamater saat hari rabu dan kamis. Selanjutnya bebas mau pakai atau tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Likes For Lives.
Novela Juvenilblurb: {FOLLOW SEBELUM BACA!} Kalian tau apa itu hidup? Kalian tau kapan kalian mati? Kalian tau... hal apa yang membuat kalian mati? yah... tak ada yang tau kecuali Tuhan pastinya. Namun, Alin selebgram dengan kehidupan sempurna tiba-tiba terken...