Hellow!
Wellcome to my world~~~~
Terimakasih ya sudah memberi support sampai sejauh ini.
Enjoy~~.
--
Ruangan gelap yang dipenuhi aroma rokok dan bir. Para lelaki berbadan kurus sedang menghisap rokoknya. Dan wanita memakai tang top lalu ia timbrukkan dengan jaket jeans lengkap dengan choker di lehernya sedang berbicara sesuatu yang nampaknya penting.
"Permintaan gue ga sulit..." ujar perempuan itu membuka percakapan.
"Gue Cuma butuh lo hapus instagram ini" lanjutnya menyodorkan akun Instagram yang memiliki lebih dari 600 pengikut. Bisa tebak instagram siapa? iya.... yang terlintas dipikiran kalian benar. Instagram Alin....
"Loh ini selebgram yang kena skandal bully baru-baru ini kan?"
"Bagus juga daya tangkap lo... gue mau lo pastiin dia ga bisa log-in lagi di akun ini. Hack terus habis itu hapus" balas wanita itu sambil mengigit bibir bawahnya.
"Oh... gampang lah. Tapi... cuannya harus sesuai" balas sang pria menyatukan telunjuk dan ibu jarinya menggerak-gerakkan mengisyaratkan 'Uang'
"Ck gampang lah kalo urusan cuan. Berapa hari paling lama?" tanya sang 'penyuruh' lagi.
"Kasi gue dua hari"
"Call... setuju. Ntar kalo sudah langsung gue transfer"
"Siap Min!"
Mina menyuruh seseorang untuk menghapus instagram Alin. Apa nasib Alin tanpa instagramnya? Iya.... dia akan mati karena tidak bisa memposting. Mina iri karena Alin populer, ia merasa itulah yang membuat Algar takluk kepada sang Ratu Bully.
--
Sedangkan satu sisi... Alin sedang memijit pelipisnya dikasur. Ia tidak akan bersekolah hari ini. Bukan karena malas. Hanya saja tenaganya habis untuk menangis. Apakah Alin akan menangis lagi saat instagramnya sudah tiada? Artinya dia juga tiada dong?.
"Brengsek.... seharusnya gue yang mati" Alin memandang dirinya dicermin dengan tatapan penuh kebencian. Iya... kebencian akan dirinya sendiri.
"Gue.... Amarilis Saffralin... wanita terkutuk.. seharusnya MATI" ucapnya lagi. Sumpah! Berhak kah ia untuk bahagia?.
Alin menatap arlojinya. "Mengapa gue dikutuk? Apa alasannya karena gue jahat doang?" ucapnya menekan tombol 'Q'. Setelah tombol 'Q' alias tombol yang akan memberi jawaban selengkap-lengkapnya Alin tekan. Arloji itu berkedip. 'Jawaban mu akan segera kami perlihatkan'. Alin berkedip "Apa lagi ini?" tanya Alin dan brakkk..... ia terjatuh.
Alin tidak pernah menggunakan fitur ini sebelumnya. Jadi Alin tidak tau akan dibawa kemana, bagaimana dan step yang akan terjadi. Ia benar-benar tidak tau. Ia pingsan.... namun.... tersadar disebuah ruangan asing.
"Ini dimana?" tanya Alin menelusuri kamar yang sama sekali tidak pernah Alin lihat sebelumnya.
"Please berhenti judge aku snake88 kamu akan menyesal" ucap wanita memakai gaun putih. Itu.... Hannah Marisa!. Bagaimana Alin tiba-tiba berada diruangannya? Apa ia teleportasi ke masa lalu?.
Tak-tak.... Hannah mematikan laptopnya kemudian menelungkupkan kepalanya di meja. "Bitch kenapa aku terkutuk kayak gini masih aja nerima hate komen sih?" cerca Hannah sebal kemudian menuangkan minum, meminumnya secara kasar bagai orang kehausan.
"Kalau aku akhiri disini dan End Game.... artinya... orang yang paling buat aku menderita akan terkena kutukan juga?. Saat ini.... orang yang membuat aku menderita adalah... snake88. Aku sudah memperingatinya agar berhenti mengeluarkan kata-kata kasar. Mengapa setiap aku live dia selalu menyumpahi ku seolah aku adalah manusia paling buruk?" ketus Hannah kemudian mengambil tali di loker mejanya.
"Nggak... Ngakk Hannah... Ngakkk.... maafin aku... maaaf!" teriak Alin dengan keras. Tapi... masa lalu tetaplah masa lalu. Tidak bisa diubah. Dan Hannah.. tentu tidak mendengar Alin sama sekali. Ini hanyalah ilusi yang diperlihatkan arloji agar semuanya jelas. Hannah mengantung tali kemudian mengikat lehernya ditali itu.
Mata Alin terbuka. Ia mengerti sekarang. Lebih singkatnya seperti ini. Hannah yang dibuat menderita oleh Alin ternyata adalah wanita yang terkena kutukan sama seperti Alin. Jadi... jika Hannah End Game alias memutuskan mati karena Alin. Alin lah target selanjutnya. Alin lah... seseorang yang terkena kutukan selanjutnya.
Dalam artian jika Alin mati karena Mina menghapus instagramnya. Mina lah yang akan terkena kutukan selanjutnya. Karena Mina membuat Alin menderita. Ini seperti rantai. Jika tidak terputus. Maka akan terus berlajut. Begitu seterusnya.
"Apa ini? Nggak mungkin... Hahaha.... apa yang baru aja gue liat? Hahaha kayaknya gue sudah gila" gelegar tawa Alin terdengar seisi ruangan. Ia bahkan tidak bisa menangis lagi.
Air matanya sudah habis terkuras. Menyesal? Jika kalian tanyakan hal itu... tentu saja Alin menyesal...menyesal mengapa ia membully Hannah dulu. Ralat! Mengapa ia berbuat jahat dulu.
Semua kacau karena Alin bertindak semena-mena. Jika saja ia tidak pandai berkata kasar. Jika saja ia terlahir menjadi gadis cupu dan pendiam. Jika saja ia tidak pandai menampar. Jika saja ia tidak pandai menjambak. Ini... tidak akan terjadi. Kesengsaraan Alin karena semesta menghkumnya. Tidak akan terjadi.
Hukuman ini amat berat bagi Alin... ia hidup penuh rasa sakit. Penuh air mata. Penuh penyesalan. Semua itu... hanyalah perasaan sampah yang tak ada artinya. Alin... hidup seperti cangkang kosong yang hanya diisi degan air mata, kesakitan, kesengsaraan. Semesta tidak akan mengizinkannya bahagia sebelum ia menebus dosa-dosanya.
Seperti takdir, kita bertemu dan berpisah dengan seseorang. Semua tau pasti, pertemuan dipasangkan dengan perpisahan. Namun, mengapa semua orang menanti pertemuan baru?. Keenan, Aliza. Mereka hadir hanya untuk memberi luka bagi yang ditinggalkan.
Alin mengambil selembar HVS putih. Ia menuliskan sesuatu disana.
'Keenan, terimakasih sudah hadir dalam hidupku. Terimakasih telah memberi warna baru bagi kehidupanku. Tarikan nafas terakhirmu didepan mataku tak akan pernah kulupakan.
Mata yang selalu melengkung karena tersenyum padaku, kini hanyalah kenangan yang abadi dihatiku. Aku tau pasti, aku tidak akan pernah melihatmu lagi. Tangan hangat yang merengkuhku, kini sudah mendingin persis seperti menyentuh es batu dalam kulkas.
Kau tau ini tak mudah bagiku kan? kau tau ini seperti menyelamkan diri di samudra yang dalam. Sesak, gelap, tak ada yang menolongku. Tolong aku. Diriku begitu lelah menerima mentahan rasa luka. Diriku begitu hancur, adakah yang mendengar jeritanku?.
No one... jika aku menceritakan semua lukaku. Mereka akan mengira ini adalah kisah fiksi. Tapi....inilah jeritan hatiku...yang tak pernah satupun orang tau.
-Alin'
Ia melipatnya menjadi pesawat kertas. Melangkah dengan kaki penuh luka tak terlihat, namun jujur.....tubuhnya serasa remuk. Hatinya hancur seperti debu. Alin membuka pintu balkonnya. Menerbangkan pesawat kertas itu.
Dengan matanya yang bengkak, dengan bibirnya yang pucat, rambutnya berantakan. Tak ada yang melihat betapa hancurnya dia. Beberapa korban bullynya akan berteriak bahwa ini sangat pantas ia dapatkan.
"Langit.....sampaikan pada Keenan" ucap Alin dengan suaranya yang serak. Tanpa melihat pesawat itu jatuh kemana. Alin meninggalkan balkon.. kembali memaksa tubuhnya berjalan. kini keluar dari unitnya, dengan kaki telanjang. Tatapan kosong.
Inilah takdir dari seseorang yang sering menyakiti orang lain. Tak ada yang berjalan baik. Alin turun kelantai dasar menggunakan lift. Kembali terluntang-luntang ke kolam bernang sedalam 2 meter. Jujur ia katakan..... ia sudah tidak kuat.
Alin memejamkan matanya. Membelakangi kolam bernang. Dan... byur..... ia sengaja menjatuhkan dirinya. Melebur bersama air, menyatu bersama air. Semakin lama....ia tenggelam semakin dalam. Tidak ada yang melihatnya, tidak ada yang menolongnya, bahkan....Alin terlalu enggan menolong dirinya sendiri.
Dan pesawat kertas yang tadi ia terbangkan....terombang ambing di kolam renang. Bersama riak-riak air... pesannya untuk Keenan berada disana. Alin juga berada disana...bedanya. Alin sudah menyentuh dasar kolam.{}
KAMU SEDANG MEMBACA
Likes For Lives.
Teen Fictionblurb: {FOLLOW SEBELUM BACA!} Kalian tau apa itu hidup? Kalian tau kapan kalian mati? Kalian tau... hal apa yang membuat kalian mati? yah... tak ada yang tau kecuali Tuhan pastinya. Namun, Alin selebgram dengan kehidupan sempurna tiba-tiba terken...