Di atas kendaraan beroda dua, Senja dan Queen tampak seperti sepasang kekasih. "Aku yakin mereka punya hubungan," ujar Leah yang mengamati dari dalam mobil. Luthfi mendengar ocehan kekasihnya. "Bisa jadi," imbuhnya. Leah menatap prianya. "Kamu kayak enggak sependapat dengan aku," celetuknya. Luthfi terkekeh. "Kalau aku enggak ngomong, kamu ngomong sama batu. Giliran aku ngomong, kamu enggak suka," terangnya.
"Bukan gitu!" serunya sambil bersedekap lalu menyandarkan punggungnya. "Aku lagi mikir aja. Mereka enggak sedekat itu, sayang," jelasnya.
"Kamu takut kalau Senja main-main dengan Queen? Benarkan?" Tepat sasaran. Kekasihnya bungkam. "Aku benarkan? Kamu takut. Aku yakin, Queen maupun Senja punya hubungan yang enggak biasa, tapi terlepas dari itu mereka dekat karena sesuatu. Bu Lana yang minta mereka kerjasama."
Leah menyakal. "Tapikan enggak harus bareng-bareng juga berangkatnya!"
"Ternyata tunangan aku lagi cemburu," goda Luthfi. Leah semakin kesal. Kepalanya panas. "Iya aku cemburu! Kenapa! Kamu mau marah!" ucapnya tanpa sadar. Emosi gadis itu menyeruak. Luthfi tersenyum lebar. Gadisnya ini memang ajaib, pikirnya.
***
Roda dua itu berhenti diparkiran. Queen turun dari sana, sedangkan Senja melepaskan helmnya. "Kita langsung ke ruang Osis," kata Senja. Queen terkejut. "Ngapain cepat-cepat ke sana kak?" tanya Queen sembari menyejajarkan langkah kaki mereka. "Aku lagi free. Soalnya, guru-guru lagi rapat karena event itu," ujar Senja menunjuk dengan dagunya-pusat kegiatan yang akan terjadi minggu depan.
"Lo ada kelas? Atau sebenarnya, lo enggak lihat pengumungan di mading sekolah? lambeh turah juga lagi aktif tu."
"Aku ketiduran," jawabnya. "Enggak tahu kalau guru-guru ada rapat. Sepulang sekolah langsung jalan bareng Leah. Terus makan malam bareng Kak Damar. Terakhir, pulang ke rumah lihat Papa Mama lagi romantis."
"Lo enggak bahagia?"
"Bahagia?" beonya. Kemudian, Queen bergumam. "Aku enggak tahu bahagia itu seperti apa." Gadis itu melangkah dengan tatapan kosong-meninggalkan Senja. Tubuhnya tampak layu. Senja jadi merasa bersalah.
Di sepanjang lorong, Senja tak sedikit pun mengedipkan matanya. Jangankan menatap kanan-kiri, menyahut panggilan orang-orang saja ia abai. Ia takut kalau gadis di depannya itu hilang dari jarak pandangnya. "Kalau lo sakit, enggak usah," ujarnya sembari menahan lengan Queen. Wajah sayu itu membuat Senja semakin merasa bersalah. "Gue minta maaf," ucapnya. Queen menggeleng. "Enggak kok, kak. Salah aku juga," balasnya lalu tersenyum tipis. Dua orang itu berdiri di depan pintu-ruang Osis. Dari dalam Gamma melihat Queen, lantas ia beranjak-tidak nyaman. Bahunya menubruk tubuh mungil Queen. Gadis itu tersentak. Ia menoleh ke arah Gamma dengan tatapan yang tak bisa diartikan. Senja menggeram. Rahangnya mengeras. Tangannya mengepal. Akhirnya, ia merangkul pundak Queen-mengalihkan objek. "Kita masuk," katanya terdengar seperti bujukkan.
"Oi! Kak Senja!" teriaknya heboh. "Bareng Queen, lo!" ujarnya Senang. Ia melepaskan rangkulannya. Memindai sekita. Ramai. "Lo semua sibuk?" tanyanya retoris. "Sibuklah!" Ia memukul kakak tingkatnya dengan kertas yang digulung.
"Oiya, ada rumor baru ni," ujarnya sembari menatap dua orang di hadapannya. "Rumor apa? Telinga lo sampai juga, ya," ledeknya. Senja mencari kursi agar Queen bisa duduk. "Lo tahukan kalo teater selama ini punya rahasia besar," ujarnya. Queen merutuki kebodohan anggota teater. "Kok bisa bocor, sih?" batinnya.
"Queen! Duduk," ujarnya sambil menepuk kursi di sampingnnya.
"Emang selama ini teater punya rahasia apa?" Senja penasaran. "Penulis naskah teater kitakan rahasia. Enggak ada yang tahu. Anak teater aja enggak semuanya tahu," terangnya.
"Gue enggak tahu," ujar Senja. "Lo sih, sibuk terus. Ini-itu lo kerjain," dumalnya. "Biasa. Artis terkenal," ujarnya. Lalu Queen hanya menyimak.
"Lo tahunya dari mana?" Senja tidak tahu kalau ada rahasia dibalik kisah anak-anak teater. Setahunya, penulis naskah teater mereka dari kalangan anak teater. "Gue dengar langsung dari mereka. Ada naskah baru buat event nanti. Mereka komplain."
"Komplain? Kenapa?"
"Gue kurang tahu. Yang gue dengar, mereka enggak suka dengan naskah itu."
"Isinya apa?"
"Mana gue!"
"Lokan di sana!" balas Senja.
"Gue enggak sengaja dengar, Bang!"
"Lo ngajak tawuran? Hum?" Senja berdiri. "Yaelah, manusia satu ni," ujarnya sembari melangkah mundur. "Sini enggak lo!" Senja mengejar. Adik tingkatnya terbirit-birit. Queen jadi tertawa. Padahal, tadi pikirannya sedang kusut-memikirkan skenario yang terjadi.
"Isi ceritanya bagus kok," batin Queen.
"Mereka enggak suka bagian yang mana?" Gadis itu beranjak. Matanya menerawang. "Gue enggak mungkin kasih yang biasa-biasa aja. Iyakan?" Queen menoleh ke arah Jendela. Langit di sana cerah. Namun, tidak dengan hatinya. "Kak Philip, Queen rindu." []
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In The Dark √
Teen FictionNaraya Queensha, seorang gadis remaja. Ia harus bertahan hari ini, esok, lusa, dan seterusnya. Berjuang dengan dua tungkai yang sewaktu-waktu akan berhenti. Tatkala ia sudah melabuhkan cinta pada seseorang. Namun, dengan lihainya semesta mengguncang...