Sharley membaringkan badannya di kasur. Kamarnya masih sehangat dulu, berukuran lumayan besar dengan cat warna krem serta emas. Terletak di lantai tiga, bersebelahan dengan Cleon. Jendela-jendela menghadap bukit dan lembah, bukan jalanan kota. Dindingnya ditempeli stiker-stiker, dan di pojok ada rak berisi buku-buku yang dibelinya.
"Paman tidak senang kepergian kami. Aku mengerti dia, tapi aku sungguh-sungguh penasaran apa yang disembunyikan Papa. Dalam surat-suratnya, Papa tak menyinggung apapun tentang masalah negeri."
Sharley merangkak ke nakas. Dia menarik kotak kayu berisi tumpukan surat yang tak muat karena saking banyaknya. Dalam hati Sharley terheran-heran, Rezvon malah mirip ibu rempong yang tak tega melepas anaknya pergi bermain dengan sekumpulan bocah nakal.
Rezvon tak bisa selalu menemui Sharley karena ada urusan kerajaan yang harus dia kerjakan. Dia memang bukan raja lagi, kedudukan raja tetap dipegang Aldrich, tapi Rezvon bertanggungjawab atas pertahanan dan administrasi kerajaan. Jadinya, dia cuma mengirim surat rutin lewat portal antar-dimensi.
Dalam enam bulan ini, Sharley baru bertemu dengan Papanya tiga kali. Namun dia saja yang tak tahu kalau Rezvon sesekali mengawasinya saat tidur.
Sharley membuka surat-surat lama. Isinya mirip-mirip, Rezvon menanyakan kabarnya; bagaimana keseharian sekolah dan latihan; apakah ada masalah menimpa, dan lain sebagainya yang mending tak usah dibicarakan karena terlalu panjang.
Dan dari semua surat-surat itu, Rezvon tak pernah menyinggung masalah apa saja yang menimpa kerajaan ataupun negara. Sharley jadi tak bisa mengandalkan Papanya untuk mengetahui kabar terbaru Negeri Hyacintho. Selama ini dia mengandalkan informan Lespard.
Sharley menatap kertas berhiaskan gambar mawar putih di atas meja rias. Dia seharusnya mengirim surat saat ini, tapi dia juga harus mendapatkan izin dari Hogu dan Frea. Suara tik tok jam terdengar lebih keras di telinganya. Jarum jam sendiri telah menunjukkan angka pukul sembilan, waktu makan siang masih lama.
"Terlambat sedikit tidak apa-apa 'kan? Toh, Papa tidak separanoid itu hanya karena anaknya telat mengirim surat semenit." Sharley bersiap tidur, meletakkan bantal di bawah kepala.
"Hoaammm, tidur dulu ah." Lima belas detik kemudian, Sharley mendengkur halus.
🌙🌙🌙
Pukul satu, jadwal makan siang. Sharley dibangunkan oleh pelayan saat jarum jam menunjukkan angka dua belas. Tidak terasa dia tidur selama tiga jam, tapi rasa lelahnya memang sebanding.
Sharley menuju meja makan yang baru diisi oleh Frea dan Hogu. Cleon mungkin masih di kamarnya. Mereka berbisik-bisik dan berekspresi serius. Pelayan lalu-lalang di sekitar, membawakan menu makan siang dan tak ambil pusing dengan perbincangan majikan mereka.
Ketika semua makanan telah tersaji, barulah mereka undur diri ke dapur. Sharley duduk di samping bibinya, memperhatikan menu makanan dan akhirnya memilih steak dan pencuci mulut yaitu apel merah. Cleon muncul tak lama kemudian, mengenakan kaus polos celana panjang longgar, dan sandal rumahan. Dari wajahnya, Sharley tahu kalau dia juga baru bangun tidur.
Semua anggota kediaman telah lengkap. Frea menggunakan sihir kedap suara supaya tak ada yang menguping atau tak sengaja curi dengar.
Hogu dan Frea juga kehilangan ingatan. Mau tak mau, Sharley dan Cleon mati-matian menjelaskan semuanya pada mereka. Mereka menerima semua penjelasan dengan baik, juga meminta maaf karena sudah menyembunyikan identitas selama bertahun-tahun lamanya.
Sharley terima-terima saja, tapi susah untuk Cleon karena dia sendiri tak tahu identitas aslinya. Dia berhasil memaafkan orang tuanya dua minggu kemudian lantas mengirim surat ke kediaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Eternal Country (2): The Secret's of the Hatrany (√)
FantasyHatrany adalah kaum terendah di Negeri Hyacintho. Mereka dijadikan budak, sering disakiti baik secara fisik maupun mental. Mereka selalu dipandang rendah, diperlakukan layaknya binatang. Sebagian kaum-kaum lain pun tak ada yang mau menolong mereka. ...