XXXVII : Terjebak dalam Bayang Masa Lalu

486 117 4
                                    

Ego Vilita yang setinggi langit adalah penyebab kemunduran Mardiem. Vilita yang enggan meminta bantuan pada kerajaan lain dan malah memikirkan perluasan wilayah kekuasaan. Renea Vilita pernah berkata, "Aku tak membutuhkan bantuan kalian semua untuk kerajaanku. Aku bisa membangun Mardiem menjadi kerajaan berjaya."

Perkataan itu adalah landasannya. Hingga ratusan tahun kemudian, keturunannya tetap memegang perkataan itu. Meski saat ini sedikit ada perubahan dengan Virgil yang mengizinkan adanya ekspor-impor tapi masih menyusahkan karena bea cukai bagi pengimpor.

Virgil terdiam mendengar Rezvon, mulutnya seperti dibungkam sesuatu. Dia berpikir keras, mengolah kata-kata Rezvon dalam benaknya. Haintz tampaknya memilih tutup telinga, dia tak peduli perkataan Rezvon.

"Jangan menceramahi kami tentang pemimpin yang baik atau tetek bengeknya. Mentang-mentang Anda adalah raja bijaksana yang membawa Noctis ke puncak kesejahteraannya. Oh, apa Anda menghina kami yang keterbelakangan ini?" sembur Haintz tanpa pikir panjang. Sharley menggertakkan gigi.

"Sebelum Anda berbicara, berpikirlah dulu. Yang Mulia Rezvon berkata begini karena dia ingin menyadarkan kalian bahwa tak ada gunanya menutup diri dari tiga kerajaan lain dan memegang teguh perkataan leluhur kalian. Ratu Renea Vilita," jawab Sharley serta merta.

Katanya dia tak berpikir panjang saat Valerie datang, tapi Haintz pun tak ada bedanya. Haintz memakan perkataannya sendiri dengan tak tahu malunya. Haintz tersentak saat mendengar ucapan Sharley, mendadak terbungkam. Sharley bernapas puas.

Virgil mengetuk-ngetuk meja. "Tapi meskipun kerajaan ini menjadi terbuka, aku takkan semudah itu menyelesaikan perang dingin di antara dua kerajaan. Kesalahanmu di masa lalu fatal, Rezvon. Meski satu sengketa memang disebabkan karena kerajaanku, tapi dua sengketa lain saling berhubungan denganmu." Wajah Virgil menjadi sedingin es, seperti Asher. Sharley paham kalau Virgil sedang mengingat Thalia dan Heller.

"Aku mengakui kesalahanku atas kematian Heller. Aku ... telah ceroboh dalam menjaga keamanan dan membuat Heller dalam bahaya. Aku menyesal atas kejadian malam itu, sangat menyesal. Tapi apapun yang kulakukan, kau tak mau memaafkanku. Lantas, apa lagi yang harus kulakukan kali ini untuk menebus kesalahanku?" ujar Rezvon. Sharley melotot, tak menyangka Rezvon berkata begitu.

"Tidak ada. Apapun yang kau lakukan, takkan bisa menghapus kesalahanmu. Tentang Heller, tentang ... Thalia." Virgil kelihatan berat sekali mengatakan nama Thalia. Dan sebagai gantinya, Haintz tiba-tiba berdiri. Menatap Virgil dengan sengit.

"Wanita itu ... Baginda belum melupakannya?" tanyanya. Virgil megap-megap seperti ikan diangkat dari air. Sebelum dia menjawab, anaknya sudah pergi lebih dulu. Melesat dengan cepat tanpa mau mendengar Virgil yang memanggilnya.

Ya, tentu saja. Bagaimana seorang anak bisa tenang ketika ayahnya mencintai wanita lain? Meskipun wanita itu sudah meninggal, tapi ayahnya tak pernah bisa melupakannya, batin Sharley. Bahu Virgil merosot, dia salah bicara dengan menyinggung Thalia di depan anaknya sendiri.

"Lihat––"

"Bukan salahku kau menyinggung Thalia," sela Rezvon, Virgil melotot sengit padanya.

"Baginda, kau harus bisa merelakan masa lalu. Aku tahu ini sangat berat bagimu, tapi kau tak bisa terkekang dalam belenggu masa lalu. Jangan terus melihat ke sana, karena ada masa depan di hadapanmu," kata Rezvon menyemangati.

Sejujurnya, Rezvon juga prihatin dengan Virgil yang tak sanggup melupakan Thalia. Sharley juga. Tapi Sharley kehabisan akal untuk membuat Virgil merelakan kepergianmu Thalia. Kematian orang tua angkatnya sama sekali lain. Tidak bisa dijadikan panduan untuk permasalahan ini.

"Bagaimana aku bisa mudah merelakannya? Dia lebih berharga dibanding siapapun! Kau merebutnya dariku. Andai saja, jika Thalia menikah denganku ... dia takkan mengalami kejadian itu. Dia takkan mati di tangan orang tak dikenal!" bentak Virgil, murka.

The Eternal Country (2):  The Secret's of the Hatrany (√) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang