Jarum jam hampir menyentuh tengah malam dan lonceng jam pun akan berbunyi, tetapi seorang gadis malah menyusuri koridor dengan piyama dan jaket yang membalut tubuhnya. Suara langkahnya tak terdengar karena ia menggunakan sandal tanpa hak. Ia tak bisa tidur karena terus kepikiran dengan Valerie. Lagi, ia hampir saja terbunuh.
Dengan bodohnya Sharley terpedaya dengan Valerie. Benar kata Haintz, ia berpikiran sempit. Sharley mendadak lesu, memaki diri sendiri.
Sharley memalingkan wajah ke taman yang dibanjiri cahaya bulan. Malam terasa sejuk, mengusir panas di siang hari. Atensinya tertuju pada seseorang yang duduk di bangku taman sambil memegang sebotol alkohol. Bau alkohol bahkan tercium begitu menyengat sampai ke hidungnya, menimbulkan mual di perut.
Ia memang tak suka mencium aroma alkohol. Apalagi meminumnya, pasti bakal muntah-muntah. Itulah kenapa keluarga Adonnis tak pernah meminum alkohol di dekatnya dan memilih minum-minum di tempat lain. Karena pernah suatu kejadian Sharley pusing-pusing karena aroma alkohol.
Ia merapatkan badan ke pilar dan menyumbat hidung supaya aroma tak masuk. Jubah merah dengan bulu-bulu angsa di bagian kerah yang dipakai sosok itu hanya boleh dipakai oleh raja, jadi itu pasti Virgil. Rambut Virgil seolah tambah bersinar bermandikan cahaya bulan, tertiup oleh angin sepoi-sepoi yang lewat. Suara burung hantu terdengar dari salah satu pohon, disusul gemerisik dari dahan-dahan yang bertabrakan. Langit memamerkan bulan purnama tanpa awan menghalangi. Malam inilah malam kesukaan Werewolf dan mereka akan melolong ke langit. Tak terkecuali dengan Cleon yang melolong di labirin istana.
"Sudah enam belas tahun lebih kau pergi, Thalia. Tapi hatiku tak pernah bisa melupakanmu. Cahaya di dalam kegelapan hidupku," racau Virgil yang mabuk. Sharley makin menajamkan telinga. Perkataan orang mabuk seringnya tak masuk akal, tapi tak jarang mereka membeberkan fakta tanpa disadari.
Virgil meneguk alkohol lagi. Satu botol sudah dihabiskannya. "Takdir ... aku membenci takdir. Seharusnya Rezvon tak udah datang dan mengacaukan semuanya, seharusnya aku yang melamarmu lebih dulu. Padahal aku sudah menentukan tempat untuk pernikahan kita nanti. Ugh."
Selalu saja Papa yang disalahkan. Tapi ini bukan masalah cinta segitiga biasa deh. Aku penasaran dengan maksud 'cahaya dalam kegelapan hidupku'. Apa jangan-jangan beliau menganggap Mama sebagai malaikat jatuh dari langit? Tak ada yang mau menjelaskan kenapa Mama seberharga itu bagi Baginda.
Virgil membuat suara seperti mau muntah. Dia bangkit berdiri, meninggalkan botol alkohol di bangku. Jalannya sempoyongan dan tak tentu arah, wajahnya merah, dan matanya tak fokus sama sekali. Sharley tanpa pikir panjang keluar dari tempat persembunyian, bergegas memapah Virgil sebelum pingsan.
"Ba-baginda .... " Sharley kesusahan menahan bobot tubuh Virgil dengan tubuh mungilnya. Ia meletakkan tangan Virgil di bahunya, sambil menahan diri supaya tak muntah. Bau alkohol sangat menyengat, tapi ia harus bertahan. Tidak ada siapapun yang bisa dimintai pertolongan karena di taman ini praktis sepi senyap.
"Baginda, tolong bertahanlah. Jangan pingsan dulu." Sharley terengah-engah karena menahan berat Virgil. Virgil hanya meracau tak jelas dan sama sekali tak membantu. Tapi yang pasti, Virgil terus menerus memanggil nama Thalia. Mamanya.
Sebelum ia menjadi penyet ditimpa tubuh Virgil, ia segera berteleportasi ke kamar Virgil. Kamar itu gelap, gordennya dibiarkan terbuka sehingga cahaya bulan tumpah ruah ke lantai. Barang-barangnya berkilauan karena ingin pamer, sempurna rapi. Di salah satu sisi dinding, lukisan seseorang yang tak diketahui Sharley tergantung begitu indah. Seorang remaja berahang tegas yang memberi kesan kecerdasan, mengamati Sharley dengan mata sipit nan tajamnya.
Sharley membaringkan Virgil ke kasur. Virgil meraih selimut di bawahnya, menaikkan hingga ke batas paha. Rambutnya sekusut jerami, sangat berbeda dengan yang terlihat di depan umum. Setitik air mata jatuh ke pipi Virgil, kemudian air mata selanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Eternal Country (2): The Secret's of the Hatrany (√)
FantasyHatrany adalah kaum terendah di Negeri Hyacintho. Mereka dijadikan budak, sering disakiti baik secara fisik maupun mental. Mereka selalu dipandang rendah, diperlakukan layaknya binatang. Sebagian kaum-kaum lain pun tak ada yang mau menolong mereka. ...