Asher terbangun ketika fajar menyingsing. Cahaya perlahan membanjiri kelopak matanya yang gelap. Sakit di betis yang menyambutnya dengan gembira. Tapi rasa sakit akibat ramuan telah memudar. Kini, hanya punggungnya saja yang agak nyeri. Lukanya telah mengering, bau amis hanya tercium samar.
Slurp!
Sebuah lidah menjilat pipi Asher. Ia segera bangkit duduk, dan menemukan seekor serigala putih yang kulitnya memiliki bekas luka. Tali kekang tergeletak di sebelah serigala itu, sepertinya dipotong oleh Griffin yang memperhatikan dengan asyik di belakang mereka.
"Cleon? Kenapa kau tak berubah?" kata Asher. Dia melihat betis, bernapas lega lukanya tak terbuka. Tapi luka ini butuh perawatan.
Guk! Wuf! Wuf!
Ekor Cleon mengibas-ngibas, badannya berputar. Mungkin Cleon ingin memberitahunya sesuatu. "Apa ... yang terjadi?"
Kkrruuu! Wuf!
Serigala dan Griffin terus menerus memberinya kode. Cleon tak sabaran, mata hijaunya berkilat khawatir. Griffin menjejak-jejakkan kaki dengan risau. Asher memperhatikan sekitar, terkejut dengan jumlah kerangkeng yang bertambah tiga. Semua Griffin yang dibebaskannya kemarin berhasil ditangkap kembali. Malah ada Griffin tambahan.
Guk! Guk!
Asher mendesis, telinganya mau pecah saja mendengar gonggongan Cleon. "Oke, hentikan." Ia pun menaruh perhatian penuh pada Cleon yang menjulurkan lidah. Asher mendekat, mencium aroma yang lebih menyengat dibanding bangkai di mulut Cleon. Dan akhirnya ia sadar kalau mulutnya pun sebau itu. Ia butuh sikat gigi.
Ada sisa cairan ungu di taring Cleon yang sekinclong lantai. Tanpa ragu, Asher mengambil sisa ramuan. Ramuan itu agak lengket, sama persis dengan ramuan yang ditelan Asher kemarin. Mengingatnya, membuat Asher mual-mual.
"Ramuan apa ini?" gumannya. Guk! Krruu!
Asher menoleh sinis. "Makasih, kalian tidak membantu sama sekali." Kuping Cleon menurun sedih. Griffin berbaring lemas dan menutupi tubuh dengan sayap. Asher dengan ragu-ragu mengelus Griffin itu. Sang Griffin menerima kontaknya, bergeming dan menikmati gerakan Asher.
Setahu Asher, Griffin bukan hewan yang mudah dijinakkan. Tapi Asher cukup mengerti kalau Griffin yang bersamanya memahami kalau Asher berada di pihaknya dan bernasib sama. Itulah kenapa Griffin tak melawan.
Asher beralih ke lukanya. Ia berniat menyembuhkan luka dengan kekuatan, tapi mendadak tubuhnya terasa sekosong mangkuk. Tidak ada setetes kekuatan pun yang dirasakannya. Ia seperti menjadi manusia biasa. Peluh membanjiri muka Asher. Ia berusaha mengeluarkan kekuatan, tapi kekuatan sama sekali tak merespon. Lenyap dari tubuhnya.
"Apa? Apa yang terjadi padaku? Kemana kekuatan blasterku?" Asher panik. Di pusat kekuatan pun rasanya kosong melompong. Cleon kembali menggonggong, ekornya bergerak gelisah.
"Tidak! Tidak!" Asher meraung murka. Hidupnya tak pernah terpisah dari kekuatan, jadi saat kekuatannya menghilang tiba-tiba, dia sebagian dari dirinya kurang. Itu membuatnya frustasi dan mengamuk. Tapi sekarang pun tak ada gunanya marah-marah karena lukanya perlahan membuka.
Asher meringis. Darah kembali keluar dari luka, Cleon bergegas menjilatinya. "Aduh, pelan-pelan," kata Asher sambil menggigit bibir supaya tak berteriak. Cleon hanya berniat membantu, tapi dalam bentuk serigala ia tak tahu harus bagaimana.
"Kalian sudah bangun." Cleon melompat, cakar-cakarnya keluar, mulutnya menggeram, dan ekor tegak ke atas. Asher tak terlalu kaget, ia masih fokus pada rasa sakit di luka.
Gggrrr!
"Wow, tenanglah. Aku takkan melukai kalian." Mereka berdua melihat seorang lelaki kurcaci yang wajah dan tangannya berbekas oli yang menyamarkan luka-lukanya. Janggut kurcaci itu mungkin bisa dibuat sarang burung saking tebalnya. Kulitnya cokelat karena sering berada di dekat api. Dibanding kurcaci lain yang gemuk, dia termasuk kurus. Tatapan mata sendu tak membuat Asher bertanya-tanya karena pasti penyebabnya adalah Rie.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Eternal Country (2): The Secret's of the Hatrany (√)
FantasyHatrany adalah kaum terendah di Negeri Hyacintho. Mereka dijadikan budak, sering disakiti baik secara fisik maupun mental. Mereka selalu dipandang rendah, diperlakukan layaknya binatang. Sebagian kaum-kaum lain pun tak ada yang mau menolong mereka. ...