XXXIII : Skakmat

546 123 4
                                    

Suara pintu dibuka terdengar keras karena engselnya belum dipelumas. Lantai papan kayu berderit ketika langkah demi langkah dilewati dan suara burung kenari yang dikurung dalam sangkar sangat berisik. Seseorang masuk ke sebuah ruangan yang berisi perapian terbuat dari batu bata, sekadar untuk beristirahat setelah lama mengajari anak buahnya. Dalam artian ini, dia mencambuki mereka yang tak mau menurut. Dia mengipas-ngipasi wajah, kepanasan. Tapi tak berniat melepas topeng.

Seorang pria yang baru mandi duduk di sofa, sedang menyesap segelas alkohol. Tetes-tetes air jatuh dari rambut dan wajahnya yang berkulit sewarna perunggu, meresap ke dalam kain katun dari pakaiannya. Kemeja pria itu tak dikancingkan, alhasil menjadikan seseorang itu demikian tergoda. Mata safirnya tampak lebih terang terang disoroti cahaya matahari dari kisi jendela. Dia melirik ke tangannya yang kasar karena sering memegang pedang dan senjata-senjata tajam lain.

Pria bernetra merah itu menoleh padanya. Senyum terukir di bibirnya yang merah, alhasil menunjukkan lesung pipi. Pria itu tak mengenakan topeng, dan sang wanita lebih suka begitu. Dia harus memamerkan ke banyak orang tentang kekasih tampan yang telah menemaninya ratusan tahun.

"Kau datang, Rie," kata pria itu. Meletakkan gelas ke meja bundar.

Rie memelesat maju, langsung berpangku di paha kekasihnya. Badannya yang mungil bak kelinci, tapi tak ada kemauan baginya untuk dilindungi orang lain. "Lyme, pagi-pagi begini lebih baik jangan minum alkohol. Ada banyak yang harus kita urus dalam keadaan waras."

Lyme mencubit hidungnya. "Iya deh. Jadi, kapan kita menyerang lagi?"

Rie mendengus. Dibanding menyerang, dia punya rencana lain. Pasukannya bersiap terjun ke medan perang kapan saja, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Kekalahan telak Pasukan Malam membuatnya tertawa terbahak-bahak, akhirnya mengadakan pesta kecil-kecilan di malamnya. Dengan kakalahan itu saja, sudah memberitahu ke banyak orang bahwa pasukannya sangatlah kuat.

Tentu saja. Mereka semua 'kan bibit-bibit unggul yang dipilih Rie.

"Biarkan mereka menyerang dulu. Kita punya mata-mata, jadi ketika mereka menyerang kita mencegat. Untuk saat ini, prioritasku bukanlah memperluas teritori. Itu nanti, setelah aku mendapat semua bahan ritual." Rie memegang cambuk yang melilit pinggangnya seperti sabuk. Darah masih membekas di sana, berasal dari anak buahnya yang membangkang.

Lyme mengangkat bahu. "Aku mengerti. Kau fokus saja pada persiapan ritual, akan kuurus pasukan. Tapi Rie, semua anggota pasukan selain mata-mata sudah ada di sini semuanya 'kan?"

"Oh, belum. Masih ada sisa. Kemarin malam sudah banyak anak buahku yang datang dari segala penjuru negeri, aku membukakan portal untuk mereka. Sekarang, kita tinggal menunggu waktu sampai peperangan dimulai."

Di antara banyaknya penduduk, Rie adalah salah satu yang bisa menciptakan portal. Kemampuan itu hanya dimiliki sebagian kecil dari keseluruhan penduduk, kira-kira hanya 5% saja. Dengan portal, Rie sanggup memindahkan anak buahnya ke Arlez dengan mudah. Tapi ia sudah menduga kalau pihak kerajaan memperhatikan orang-orang Hatrany yang tiba-tiba menghilang.

Berita tentang hilangnya orang-orang itu pasti sudah tersebar. Tapi tak ada yang perlu dirisaukan Rie. Anak buah yang selama ini menjadi mata dan telinga untuknya, kini berkumpul menjadi satu. Semua Hatrany menghilang dalam sekejap, media massa dihebohkan karena itu. Sekarang pihak kerajaan direpotkan atas pertanyaan-pertanyaan dari publik.

Rie akan membukakan portal nanti sore, mengendalikan pikiran para Hatrany, dan menyeret mereka ke sini. Jika ada dari mereka yang membangkang setelah dia melepas kendali pikiran, siap-siap saja kena hukuman cambuk.

Pintu tiba-tiba terketuk ketika Rie sedang asyik melamun sementara Lyme memainkan rambut ungunya. Pintu yang terbuka membentuk bayang-bayang samar ketika menjumpai cahaya matahari. Burung kenari di sangkar yang ada di lorong kembali bercuit-cuit, memekkan telinga Rie tapi dia tak bisa membunuh burung itu karena milik Lyme.

The Eternal Country (2):  The Secret's of the Hatrany (√) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang