"Aku percayakan air mata dewa kepadamu. Kaulah yang menyadarkanku atas kesalahanku. Kau pantas mendapat tugas ini."
Suara Virgil berdentang di telinga Sharley, mengirim sensasi tegang di sekujur badan. Botol air di saku celananya terasa lebih berat, kacanya pun lebih dingin. Suara-suara ledakan dan denting pedang terdengar lebih samar, dia tenggelam jauh ke dalam pikiran.
"Tapi Baginda, Sharley masih kecil. Jangan bebani dia dengan tugas seberat ini. Aku bisa melakukannya." Suara penolakan Rezvon bergaung. Sharley juga merasa bimbang, sepertinya dia tak pantas menerima tugas ini. Tapi Virgil telah bertitah.
"Dia pantas, Rezvon. Dia lebih pantas dibanding siapapun. Aku melihatnya, di mataku dia adalah gadis yang pemberani dan cerdas. Dia membuatku sadar atas kesalahanku selama ini hanya dengan kata-kata. Dan di atas semua itu, dia tak takut pada Rie."
Memangnya aku terlihat sangat pemberani ya? batin Sharley. Dia merasa tak seistimewa itu, tapi Virgil memberinya kepercayaan. Dengan pasrah, dia menerima kepercayaan itu. Sekarang semua ada di tangannya. Keberhasilan dan kegagalan tergantung dari tindakannya. Dan karena dia tak mau mengecewakan rekan-rekannya, dia akan berusaha sekuat tenaga.
"Aku tidak menyangka bakal tertipu begini. Padahal kupikir sebentar lagi aku memenggal kepalamu," kata Rie. Dia menggunakan kekuatan penyembuhan karena bola petir tadi. Sharley menaikkan dagu. "Wah, kau gagal kalau begitu. Karena kepalaku masih terpasang di sini."
Sharley merangsek, sulur-sulur berduri mencuat dari tanah, menjerat kaki Rie. Rie dengan mudahnya melepaskan jeratan, kemudian menangkis pedang Sharley. Dia menebaskan pedang, Sharley menunduk. Gadis itu meninju perut Rie. Tapi Rie tak bergeming, dia menarik tangan Sharley dan memutarnya. Rie mengunci Sharley, memaksanya berjongkok.
Rie melayangkan pedang ke leher Sharley, tapi mendadak anak panah melesat dari belakang. Tepat mengenai lengannya. Pelakunya jelas Floretta yang nagkring di pohon.
"Argh!" Rie melepas pedangnya, berteriak kesakitan. Sharley keluar dari kuncian Rie, menendang dagu wanita itu sampai terjungkal. Sharley melemaskan lengan yang dikunci tadi. Rie melepas anak panah dan mengirim sepuluh bola petir pada Floretta.
Floretta berusaha menghindar, tapi dua bola mengenai badannya. Floretta jatuh ke semak-semak, kepalanya terbentur lebih dulu.
Sementara itu, pertarungan dikuasai oleh pihak Sharley. Anak buah Rie berjatuhan satu per satu, tapi pihak Sharley masih utuh. Kalau pertarungan di pinggir pantai sana, Sharley tak tahu pasti. Semoga saja Pasukan Langit Biru berhasil mendominasi pertarungan karena Virgil telah mengirim penyihir-penyihir berbakat sebagai bantuan.
Sharley menarik botol, dia menjerat tubuh dan tangan Rie dengan sulur berduri. Rie meronta-ronta. Sharley menembakkan lima bola api biru, menjadikannya semakin lemah. Khusus untuk Rie, Sharley tak memberi ampun. Dia bahkan ingin menyiksa Rie lebih lanjut, tapi teringat dengan tugas pentingnya.
Dia merenggut dagu Rie, wanita itu dipaksa mendongak. Di sela-sela jeratan, Rie mengeluarkan kekuatan bayangan untuk menahan kaki Sharley. Tapi itu tak berarti bagi sang gadis. "Kau pikir bisa menghentikanku dengan ini?" bisik Sharley bak setan.
"Kau! Apa itu?" Rie menunjuk botol dengan matanya. Tak ayal, mata safirnya bergetar. Aroma wangi air mata dewa mengusik badannya yang sempurna berisi sihir hitam.
"Sesuatu, yang sanggup memusnahkan sihir pengunci kekuatanmu."
Rie menggeram. "Air mata dewa, bagaimana?"
Mata Sharley berubah merah. "Kau pikir aku takkan berhasil? Aku berhasil membuat Baginda Virgil dan ayahku berdamai. Itu adalah prestasi terbaikku sepanjang hidup. Kenapa, Rie? Kau berpikir aku ini bocah bodoh dan ingusan? Benar, aku baru hidup 17 tahun. Tidak sepertimu yang sudah tua bangka. Tapi, apa kau lupa kalau aku adalah Mezcla dan keluarga kerajaan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Eternal Country (2): The Secret's of the Hatrany (√)
FantasyHatrany adalah kaum terendah di Negeri Hyacintho. Mereka dijadikan budak, sering disakiti baik secara fisik maupun mental. Mereka selalu dipandang rendah, diperlakukan layaknya binatang. Sebagian kaum-kaum lain pun tak ada yang mau menolong mereka. ...