Gadis anak tunggal Rezvon, mengepalkan tangan dengan erat. Ia mundur selangkah, bahunya gemetaran. Sudah setengah tahun ia tak bertemu dengan orang di depannya, tapi orang itu tetap membuatnya takut. Ia masih ingat betul, malam di mana dirinya terjebak dalam kelompok vampir. Itu adalah pengalaman tak terlupakan seumur hidup.
Frank dan Carilla berdiri di depan Sharley dalam diam. Mata mereka menatap dengan menuduh karena Sharley, Asher, dan Cleon telah menyebabkan mereka membayar denda kepada istana dulu. Padahal mereka sendirilah yang penyebabnya.
Sharley memunculkan belati dan menyembunyikannya di balik badan. Ia tak bisa menjamin apakah mereka takkan menyerangnya meski ia adalah putri kerajaan. Ia siap-siap saja jika mereka tiba-tiba melesat. Ditambah, di pinggiran danau ini sangat sepi. Sepertinya Sharley bisa menceburkan mereka ke danau.
Frank berdehem. Mereka hendak menemui Baginda Aldrich, tapi malah tak sengaja bertemu dengan Sharley. Sebuah kebetulan menyenangkan. "Salam kepada bintang pertama Kerajaan Noctis," kata Frank santun dengan membungkukkan badan. Carilla mengikuti dengan menarik gaun merah berendanya.
"Ahahahaha, iya." Perkataan yang terlontar membuat Sharley merasa bodoh.
"Sudah lama tidak bertemu, Tuan Putri. Anda sekarang tambah cantik."
"Makasih." Tanpa perlu bertanya, Sharley tahu kalau itu cuma pujian omong kosong. Frank jelas bukan vampir yang mudah memberi pujian. Dia sangat tidak ramah, agresif, dan manipulatif. Sharley tak boleh terbuai, ia tak tahu apa yang terjadi selanjutnya. Bisa saja Frank dan Carilla menyakitinya sebagai balas dendam.
Berhenti berburuk sangka, mana mungkin mereka berani melakukannya di wilayah istana Noctis yang memiliki banyak sekali prajurit. Mereka jelas sudah dipusingkan oleh masalah kasus pembunuhan, sebagian hati Sharley memerintahnya.
Gadis itu menghela napas. "Aku tak menyangka bertemu dengan kalian seperti ini. Dan ehmm ... selamat atas prestasi klan vampir terbesar Kerajaan Noctis."
"Terima kasih, Tuan Putri. Sejak saya berurusan dengan Anda beberapa bulan yang lalu, saya jadi bersemangat memperluas kekuasaan saya," kata Frank. Sharley tanpa sadar bergidik, Frank menyisipkan sindiran. Ia membutuhkan bantuan. Ia melirik ke sekitar, tak bertemu dengan prajurit ataupun pelayan.
Mereka pasti takkan berani menyakitiku. Pasti. Tapi aku tak bisa berteriak minta tolong, karena nanti ditertawakan dan tindakan itu pun kekanakan. Baiklah, ayo hadapi dua vampir ini. Sharley teringat dia bisa meminta bantuan dengan memanfaatkan telepati. Ia berkonsentrasi, berusaha menyambungkan koneksi dengan Asher.
Dia tahu lewat penjelasan buku kalau seseorang berdarah Demon bisa melakukan telepati. Itu artinya juga termasuk blaster dan Mezcla. Pokoknya, selama orang itu memiliki darah Demon, ia bisa bertelepati dengan orang berdarah Demon lain.
Woy, Asher! Kau di mana? Aku butuh bantuanmu, nih. Ash! Kau di sana?!
Tapi tak ada jawaban dari Asher sama sekali. Hanya satu kemungkinan telepati tidak bekerja, yaitu si penerima telepati tidak sadarkan diri. Itu karena koneksi tak bisa tersambung jika kehilangan sadar. Berarti Asher sekarang sedang tidur. Itu alasan terbaiknya.
Sharley berusaha mengontrol ekspresinya sebaik mungkin. Tanpa Asher, tanpa siapapun, dia benar-benar menghadapi mereka sendiri. Betapa menyebalkan.
"Ah, untuk kejadian setengah tahun lalu, kami benar-benar minta maaf. Kami tak tahu kalau Anda ternyata putri yang hilang. Setelah kejadian itu, kami disuruh tutup mulut oleh Baginda Aldrich. Padahal ada banyak sekali pertanyaan yang terngiang-ngiang, termasuk sebenarnya cerita yang disampaikan Yang Mulia Rezvon adalah kebohongan belaka. Saya tak mengerti kenapa kalian harus menutupi kebenarannya," sambung Carilla sambil menyeringai.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Eternal Country (2): The Secret's of the Hatrany (√)
FantasyHatrany adalah kaum terendah di Negeri Hyacintho. Mereka dijadikan budak, sering disakiti baik secara fisik maupun mental. Mereka selalu dipandang rendah, diperlakukan layaknya binatang. Sebagian kaum-kaum lain pun tak ada yang mau menolong mereka. ...