IV : Kejutan yang Menyenangkan

881 174 6
                                    

Sharley baru membaca sepuluh halaman ketika pintu menjeblak terbuka dengan keras. Dia yang baru saja menyeruput teh langsung menyemburkan teh karena terkejut dan berakhir mengotori buku sejarah.

Gadis itu menatap bukunya dengan sayang.

"Putrikuuu!!" Belum sempat menyingkirkan cangkir teh, seseorang memeluknya dari samping lebih dulu. Hampir saja Sharley ambruk, tapi karena refleksnya lebih bagus dibanding dulu, maka tidak jadi ambruk.

Tentu saja pelakunya Rezvon. Tidak ada yang berani memanggil Sharley dengan sebutan 'putriku' bahkan Aldrich sekalipun. Berada dalam pelukan ini membuat Sharley seperti kelinci. Tubuhnya demikian mungil meski tak kurus-kurus amat. Dibanding Rezvon yang kekar dan memiliki aroma khas hutan.

Teh langsung tumpah lagi ke buku. Sharley dongkol, padahal itu buku dari Akademi Mavexy. Sekarang dia harus mengeringkan buku itu karena tidak boleh meminta buku lagi.

Rezvon mengelus-elus rambut Sharley dan memainkannya. "Papa, kau merusak buku sekolahku," rengek Sharley. Rezvon hanya nyengir tak bersalah dengan tatapan yang mengatakan 'tak masalah, 'kan bisa pakai sihir untuk mengeringkannya.'

"Papa darimana saja? Aku datang bukannya  disambut malah sibuk dengan urusan sendiri. Paman dan Bibi juga begitu." Sharley meletakkan cangkir teh dan buku ke meja. Untung roknya tidak kotor.

Rezvon menggeser posisi duduk. Hari ini dia dia mengenakan pakaian formal, dan di hari-hari lainnya juga begitu. Hanya beberapa saat saja Rezvon menggunakan pakaian kasual. "Maaf Sharley, urusanku benar-benar mendesak. Sebenarnya aku juga ingin menyambutmu juga. Maafkan Ayah, ya. Nanti aku kasih cokelat segunung deh."

Sharley menampar pelan lengan Rezvon. "Memangnya aku bisa disogok semudah itu? Aku bukan anak kecil, Papa!"

"Oke, oke. Maafkan aku."

"Memangnya ada masalah serius sampai Papa meninggalkan sambutan untukku dan malah mengirim Panglima Eloz?"

Rezvon berhenti memuntir-muntir rambut Sharley. "Apa hukumnya aku memberitahumu?" balasnya yang justru membuat Sharley tambah dongkol. Sambil menggerlingkan mata, dia menjawab. "Wajib."

Rezvon mengangkat alis. "Oh, oke. Itu hanya masalah ehm ... pembunuhan. Kau tak perlu khawatir, aku dan raja yang lain akan menyelesaikannya segera."

Kau melupakan sesuatu, Papa. "Kenapa harus semua raja yang mengurus itu? Bukankah itu bisa diurus oleh para bangsawan dan panglima-panglima. Raja tak perlu turun tangan, setahuku begitu. Kecuali jika masalah pembunuhan itu lebih rumit dibanding lainnya."

Sang papa segera mengalihkan wajahnya ke arah lain, mana saja pokoknya jangan melihat Sharley. Sharley menghela napasnya lelah, Rezvon benar-benar menutup masalah kerajaan darinya. Dia berpikir kalau kasus ini bukan kasus pembunuhan biasa. Kenapa pula semua raja harus berkumpul dan Eloz dilarang memberitahu yang sebenarnya?

Menatap Rezvon yang tampaknya tetap tutup mulut dan mengabaikan Sharley, gadis itu pasrah. Rezvon tak bisa diandalkan, tapi Sharley masih punya orang lain yang bisa dijadikan sumber informasi.

"Di mana  ibi? Aku ingin menemuinya," kata Sharley. Tatapan Rezvon yang awalnya tertuju lantai kini berubah lagi. "Oh, di kamarnya. Dia tidak bisa menyambutmu karena kondisinya kurang sehat. Pusing, mual, muntah-muntah."

"Loh, kenapa? Dia masuk angin?" Tiba-tiba Sharley lupa tentang pembicaraan mereka sebelumnya. Rezvon menyeringai, dari situ Sharley langsung tahu kalau ada sesuatu lagi yang disembunyikan papanya tercinta. Aduh, dia jadi tak sabar merotan Rezvon.

Rezvon berdiri, mengulurkan tangan untuk membantu Sharley. "Bukan, tapi kami punya kejutan untukmu."

"Kami? Maksudnya Papa dan Paman?" Rezvon mengangguk. "Ini bukan lelucon 'kan? Aku tak mau nanti Papa justru menyiramku dengan semangkuk tepung terigu seperti dulu." Ceritanya panjang, pokoknya Rezvon mengerjai Sharley, mengguyur dengan tepung, dan Sharley harus mandi untuk menghilangkan tepung dari rambutnya.

The Eternal Country (2):  The Secret's of the Hatrany (√) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang