XVI : Tertangkap Sudah

626 132 0
                                    

Cleon menenggak mocachino dengan anteng, lantas meletakkan kembali ke tatakan. Kaki kanannya ditaruh di atas kaki kiri, tangan kiri mengetuk-ngetuk meja, dan satunya menyangga kepala. Sungguh posisi meresahkan! Cleon bertindak layaknya kakak betulan yang marah gara-gara adiknya pacaran padahal masih berumur sembilan tahun. Sementara Sharley susah payah menghindar tatapan Cleon.

Bagaimana perasaan gadis itu? T.e.r.t.e.k.a.n. Dia kepingin kabur saja, tapi tak bisa. Alhasil cuma meminum teh jahe yang bisa meredakan mual. Kafe tempat mereka minum adalah kafe di tengah ibukota dan tempat duduk mereka berdekatan dengan jendela. Otomatis mereka bisa melihat kesibukan ibukota ditemanu cahaya matahari cerah di tengah hari.

Cleon membawa Sharley pergi dari mansion Filkey ke sini. Dia tak langsung menuntut penjelasan pada Sharley dan selama perjalanan terbang tadi pun tidak berbicara sama sekali.

Sharley meletakkan cangkir ke tatakan. Ia tahu kesalahannya dan berharap Cleon tak menceritakan apapun pada keluarga serta Asher. Bisa-bisa Rezvon mengirimkan penjaga yang setia berjaga di sekitarnya dua puluh empat jam. Itu sangat merepotkan.

Cleon berdehem. "Dari kecil aku sudah tahu kalau kau cewek bandel. Rasa penasaranmu akan mengalahkan aturan yang harus kau patuhi. Dulu, kau pernah menyelinap untuk melihat festival diam-diam karena tidak diizinkan orang tua angkatmu. Sekarang, kau melakukan kesalahan yang mirip. Tapi seharusnya kau bisa melihat situasi, Arley!"

Sharley memainkan jari-jarinya. Sejak dulu, dia memang bukan tipe perempuan yang selalu patuh. Ada kalanya Sharley lebih memilih untuk memberontak dari aturan dan keharusan. Termasuk saat ini. Ia terkadang tak berpikir panjang saat bertindak, termasuk memikirkan resiko yang harus ditanggung.

"Di situasi kacau begini, dengan kasus pembunuhan ketiga, baru pulih dari sakit. Tapi sekarang kau menyelinap dari istana untuk menemui Valerie? Apa kau tidak berpikir risikonya? Nyawamu berada dalam bahaya, tapi kau dengan santainya pergi tanpa sepengetahuan siapapun." Cleon benar-benar marah, tapi berusaha menjaga intonasi suaranya supaya tak menarik perhatian pengunjung kafe. Ia menghela napas kasar.

"Maaf .... " Sharley kehabisan kata-kata. Dia tak bisa membela karena memang di sini dialah yang bersalah. Jadi, Sharley harus menerima semua cercaan Cleon tanpa membantah karena itu hanya akan membuat Cleon bertambah murka. Membuat Cleon murka termasuk daftar kegiatan paling dihindari Sharley.

"Untung aku mengikutimu karena sadar gerak-gerikmu sejak keluar dari ruang makan sangat aneh. Arley, bisakah kau jangan bertindak impulsif? Sadar situasi saat ini! Salah-salah, kau bisa diserang di tengah perjalanan lantas ... aku takkan mengatakannya. Setelah kau membuat kami semua panik gara-gara sekarat, kau ingin membuat kami panik menyadari kau menghilang entah ke mana?"

Sharley membelalak. "Tidak, aku tak bermaksud demikian."

Cleon membuang muka, tampak tak mau menunjukkan amarahnya memuncak. Pemuda pirang itu menatap jalanan ibukota dalam diam. Ia butuh sesuatu untuk meredam api amarahnya. Ia tak mau membuat Sharley makin tertekan meski gadis itulah penyebabnya marah. Cleon mengharapkan sepupunya bisa lebih mengerti keadaan sekitar. Itu juga demi kebaikan sendiri. Tapi susah membuat Sharley mengerti. Susah untuk meminimalisir tindakan impulsif itu.

Cleon menghabiskan waktunya untuk mengerti jalan pikir Sharley, sepupu yang sudah dianggap adik sendiri. Di mana tentu berbeda dengan jalan pikirnya. Laki-laki lebih mementingkan logika, perempuan mementingkan perasaan. Dan nyatanya, Sharley terlalu mudah ditebak karena sifat blak-blakan. Tindakan impulsif tadi, Cleon harus mendengar penjelasan Sharley.

"Sekarang beritahu aku kenapa kau nekat menemui Valerie."

"Aku cemas padanya. Dia tak mengirim surat, seharusnya aku tenang-tenang saja. Memang tak mudah mengirim surat dengan keadannya begini. Selain itu, aku khawatir Valerie kenapa-napa. Majikannya, Tuan Filkey, jelas bukan orang pengertian. Valerie bisa saja dicambuk, disiksa, atau bahkan dijual ke pedagang budak."

The Eternal Country (2):  The Secret's of the Hatrany (√) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang