XLII : Muslihat dalam Jebakan

488 123 6
                                    

"Jadi, apa kalian sudah percaya padaku?"

Rezvon mengamati botol air mata dewa di tangannya dengan cermat. Sharley berpikir keras. Setelah berdebat dengan pikiran masing-masing, mereka pun mengangguk. Virgil tersenyum puas.

"Setelah kau menjatuhkan harga diri sampai segitunya, aku jadi sulit untuk tak percaya padamu. Tapi jika nanti terbukti ini salah satu tipu muslihatmu, aku akan menghadiahkanmu kematian," kata Rezvon dengan santai. Sharley merinding.

Virgil mengulurkan tangan, Rezvon menyambutnya dengan riang. "Jadi, kita sudah berdamai?" tutur Rezvon. Virgil tersenyum cerah, senyum yang belum pernah diperlihatkan olehnya sejak 16 tahun.

"Kita harus mengurus berita resminya, tapi benar, kita telah berdamai. Di tempat air mata dewa disembunyikan."

"Dan di hadapan leluhurmu sendiri. Lihat, tatapannya seolah mau menggorok kita," canda Rezvon. Virgil tertawa dengan santun, mempertahankan tata krama. Berbeda sekali dengan Sharley yang tertawa terbahak-bahak ketika sedang bersama teman baiknya.

Dia sangat bersyukur, hatinya bertambah adem melihat mereka berdamai dan melempar tatapan terima kasih. Hancurnya rantai perdamaian dua kerajaan kini telah diganti dengan rantai lain yang baru. Dia harap rantai itu bisa bertahan lama, tidak seperti rantai lama yang serapuh telur.

"Tapi bagaimana dengan anggota keluarga Vilita yang lain, Baginda?" tanya Sharley.

"Aku akan mengurus mereka, tenanglah. Akulah raja di sini, kuasa mereka tak sebesar milikku. Mau seperti apapun penolakan, tapi mereka takkan berkutik jika aku telah bertitah. Dibanding memikirkan mereka, lebih baik kita pikirkan teman-temanmu yang sedang dikurung oleh Rie."

Efek dari air mendadak lenyap dari tubuh Sharley. Dia kembali memikirkan nasib kedua temannya saat ini, mencoba berpikir positif. "Mereka... tidak mati 'kan saat ini?" guman Rezvon.

"Aku yakin tidak. Karena Rie ingin Tuan Putri Sharley datang sendiri ke sana, menjadikan dua temannya sebagai pancingan."

"Huh?" Rezvon bertanya tak paham. Virgil pun bercerita tentang bangsawan yang menjadi mata-mata Rie. Rezvon ternyata tak bereaksi berlebihan, cuma mangut-mangut paham.

Sharley melirik kolam. "Jika aku datang ke sana sendirian, bangsawan itu pastilah melapor pada Rie. Rie ingin membunuhku bersamaan dengan Asher dan Cleon. Ketika aku sampai di sana, mungkin dia akan akan membuatku tersiksa karena melihat kematian kedua temanku di hadapanku. Di saat itulah, dia akan membunuhku."

"Iya, itu jelas yang diinginkan Rie. Lagipula ide bodoh pergi ke pinggiran Ocelama sendirian. Sama saja dengan menyerahkan diri," timpal Virgil. Dada Sharley terasa ditusuk panah karena omongan Virgil sangat sesuai dengan rencananya.

Tapi sekarang rencana itu tersingkirkan. Kalau sudah begini, mana mungkin Sharley datang sendirian ke sana. Dia pun memutar otak, berusaha menyusun ulang rencananya supaya Rie tak berhasil membunuhnya. Saat memperhatikan botol air di genggaman Rezvon, dia tersentak.

Laiknya cahaya yang muncul dalam kegelapan nan membingungkan, dia mendapat sebuah ide. Dia menyeringai ala joker dan tertawa aneh layaknya hantu penunggu pohon. Itu membuat Virgil dan Rezvon merinding sampai ke tulang. Sharley segera memperbaiki ekspresi, bertepuk tangan sekali dan tersenyum penuh semangat.

"Aku punya ide yang cemerlang."

Rezvon tak percaya anaknya punya potensi cosplay menjadi hantu. "Be-benarkah?"

"Iya. Rie telah menjebak Asher dan Cleon untuk menjadi pancingan. Sekarang, aku juga punya ide untuk menjebaknya. Ini bukan jebakan sepenuhnya sih, tapi tujuannya adalah mengecoh Rie sekaligus menyelamatkan mereka berdua."

The Eternal Country (2):  The Secret's of the Hatrany (√) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang