XIV : Sharley Tahu Rasanya Sekarat

644 146 8
                                    

Sharley membelalak ketika menyadari lehernya dicekik. Dengan kesadaran yang baru terkumpul setengah, dia megap-megap karena lehernya sangat sakit akibat dicekik terlalu keras. Tangan yang mencekiknya pun memiliki kuku tajam yang sepertinya kuku palsu, membuat luka selain cekikan menuju maut.

Dia menengadah susah payah dan berusaha meraup oksigen sebanyak-banyaknya, menemukan sesosok orang berpakaian serba hitam yang selaras dengan bayangan. Topeng yang dipakai mengingatkannya pada topeng pasukan Persee. Ah, laki-laki itu adalah laki-laki terburuk sepanjang masa. Seolah kau bisa melihat rupa hantu dan masa paling kelam darinya. Persee adalah mimpi terburuk bagi semua orang.

Dari balik topeng, Sharley tak sanggup melihat mata si sosok bertopeng karena kondisi gelap. Dia memegang tangan orang itu yang bersarung tangan kulit, berusaha melepaskannya. Di luar dugaan, tenaga yang dimiliki si sosok bertopeng sangat besar. Menyetarai laki-laki. Tapi Sharley yakin dia perempuan.

Dilihat dari bentuk tubuh, bahu, dada, dan struktur tangan yang ramping kurus. Tangannya tak berotot, tapi punya tenaga besar. "Kau, akh, lepaskan!" Sharley menggeliat-liat, kesusahan bernapas. Lehernya terasa mau putih dalam hitungan detik.

Dan dia susah bicara akibat pita suara yang sesak. Gadis itu tak bisa meminta bantuan dengan berteriak karena percuma saja. Bukannya berteriak, tapi justru cicitan bak tikus yang terdengar. Jika memaksakan, yang ada dia bakalan mati sedetik kemudian.

Sharley baru menyadari kalau sosok ini membawa belati cukup panjang dengan cairan racun putih kebiruan yang sekarang diarahkan padanya. "Apa—? Siapa kau?! Uhuk, uhuk."

"Kau tak perlu tahu karena sebentar lagi, nyawamu akan musnah. Ucapkan selamat tinggal pada kehidupanmu dan orang-orang yang kau sayangi," kata sosok itu. Ia melayangkan belati ke perut Sharley, dan sang putri menggeram layaknya serigala.

Tidak akan kubirkan. Aku takkan mati semudah ini, aku bukan bocah bodoh yang pengecut, sialan! Sedetik sebelum belati menusuk perut Sharley, gadis itu lebih dulu menendang selangkangan si sosok bertopeng. Kakinya yang telanjang jelas tak berpengaruh banyak, tapi cukup untuk membuat si sosok terhuyung-huyung dan melepaskan cekikannya.

"Uhuk, uhuk! Ukh, sakit sekali." Sharley bisa merasakan lehernya memerah.

"Haaa, ternyata kau masih bisa melawan ya, Tuan Putri Sharley Alerian?" Si sosok beranjak bangun, mengambil belati ke tangan kanannya.

Sharley berdiri di samping ranjang, bertelanjang kaki, masih terbatuk-batuk. Matanya menatap tajam perusuh itu, sangat tak suka tidurnya diganggu oleh seseorang yang melakukan percobaan pembunuhan. Seharusnya ini bukan hal yang diherankan.

Bagi orang yang anti-kerajaan, mereka bisa melakukan segala cara untuk membabat habis keturunan keluarga kerajaan. Percobaan pembunuhan hal lumrah yang terjadi bagi keluarga kerajaan. Bahkan satu keturunan, memungkinkan terjadinya banyak percobaan pembunuhan. Tapi dibanding Sharley, bukankah lebih memungkinkan jika yang dibunuh adalah anak dalam kandungan Lamia?

Bukannya Sharley ingin, tapi menggugurkan janin adalah sesuatu yang mudah ketimbang membunuh gadis yang telah diajari seni berpedang dan pertahanan diri. Belum pernah Sharley merasakan percobaan pembunuhan sebelumnya — tentu saja saat masih bayi tidak termasuk. Tapi, bukan saatnya memikirkan ini.

Sharley memunculkan pedang pendek. Dia siap bertarung dengan si sosok. "Apa yang kau inginkan?"

"Bukankah sudah jelas, putri? Aku menginginkan kematianmu. Dengan begitu, rencanaku akan selangkah lagi menuju keberhasilan. Dan meski kau menggunakan pedang, apa kau akan menyerangku dengan tangan gemetar begitu?"

Sharley melihat tangannya sendiri, baru sadar kalau memang tangannya gemetar. Tapi ini bukan karena takut, melainkan rasa tegang memicu adrenalin. Selain itu, lehernya masih sangat nyeri.

The Eternal Country (2):  The Secret's of the Hatrany (√) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang