"Panglima, kita harus mundur sekarang!" teriak Asher yang terbang dengan membawa busur ajaibnya. Eloz menggertakkan gigi, jumlah anggota pasukan yang tersisa hanyalah enam ditambah Asher dan dirinya. Sementara Cleon sudah tak sadarkan diri setelah berhasil membunuh Werewolf berbulu perak. Sekarang serigala itu ada di bawah Asher, dijaga olehnya.
Asher melepas dua panah, tapi dua-duanya meleset. Dia berdecak, entah sudah berapa kali panahnya meleset dari sasaran. Musuh mereka benar-benar lincah, gesit, dan kuat. Gerakannya seperti ninja, tapi Asher tahu kalau mereka semua bukanlah vampir. Ada Werewolf, Elf, dan penyihir.
Situasi sangat terdesak. Jika memilih bertahan, yang ada pihaknya akan mati. Jumlah penyerang dengan jumlah pasukan sangat berbeda jauh. Asher tak mau mati di sini.
Eloz menghunus pedang, dengan cepat ditangkis oleh pedang lain. Musuhnya adalah seseorang berambut ungu, perempuan. Tapi jelas perempuan inilah pimpinan penyerang. Dan Eloz yakin kalau dialah yang pernah melancarkan aksi percobaan pembunuhan.
"Panglima, kita harus mundur! Kita takkan bertahan," kata salah satu prajurit yang mulai putus asa melihat rekan-rekannya mati. Eloz semakin ditekan oleh medan pertarungan dan bujukan anak buahnya.
"Bagaimana, panglima? Apa kau akan membiarkan mereka mati begitu saja?" kata cewek berambut ungu. Mata safirnya memperhatikan Eloz dengan mengejek. Dia memutar pedang, Eloz menarik pedang sebelum dilucuti. Tapi ketika perempuan itu memutar, dia menendang perut Eloz.
Elozeir terhuyung. Sepatu heels membuat tendangan lebih menyakitkan. Dia menggertak, tak ada cara lain. "Aku takkan membiarkan mereka mati."
"Oh, iyakah?" Perempuan itu sok terkejut.
Sang panglima mengarahkan pandang ke Asher yang masih setia melindungi teman dekatnya. Keringat membanjiri wajah dan lehernya. Sudah banyak goresan di tubuh Asher, merusak pakaian tanpa zirah itu. Asher membuat tameng dari tanah, sekaligus memunculkan kerucut-kerucut es. Itu cukup untuk memberinya waktu istirahat sejenak.
"Asher!" teriak Eloz. Asher menoleh sambil terengah-engah. Eloz memberinya isyarat mata untuk kata-kata 'kita pergi sekarang'. Beruntungnya Asher pandai mengartikan isyarat. Jadi, Asher mengangguk kemudian mundur beberapa langkah.
Eloz tak bisa menggunakan naga untuk berpindah tempat. Naga sudah pergi, butuh waktu lama untuk sampai ke sini lagi. Hanya ini satu-satunya cara untuk selamat.
Eloz mendekat untuk melindungi Asher. Asher memusatkan perhatian pada telapak tangan. Seleret listrik menyambar, tapi tak berbahaya. Angin berpusing di sekitar sembari Asher dengan cuek melempar salah satu penyerang dengan sayapnya. Para prajurit lain mengelilingi Asher, tahu sekali kalau mereka akan pergi.
Perempuan bermata safir itu mendekat. "Eeiiy, apa kalian pergi secepat ini? Aku bahkan belum membantai kalian semua. Tidak asyik."
Andai saja Asher bisa melihat wajah perempuan itu, mungkin dia bakalan menyuruh Cleon untuk mencakar-cakar wajah tersebut. Dan entah kenapa, suara itu tidak asing. Asher pernah mendengarnya, tapi tak ingat.
"Wah, kalian akan pergi layaknya pengecut? Luar biasa," timpal seorang pria yang sepertinya rekan wanita itu. Dari tadi, hanya merekalah yang berbicara.
"Kau, ingat ini. Kami belumlah kalah. Ini baru permulaan, jangan bersenang-senang dulu. Suatu saat nanti, kalian akan membayar atas tindakan kalian ini. Selain itu, Nona, aku yakin kau adalah pelaku percobaan pembunuhan terhadap Tuan Putri Sharley," kata Eloz.
"Begitu, ya? Benar, akulah pelakunya. Coba tangkap aku. Tapi ingatlah, panglima, ini belumlah selesai. Berwaspadalah, karena aku akan menguasai seluruh negeri. Akan kubuat kalian mencium kakiku dan memohon kematian kalian sendiri. Hahahaha!" Dia tertawa terbahak-bahak.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Eternal Country (2): The Secret's of the Hatrany (√)
FantasyHatrany adalah kaum terendah di Negeri Hyacintho. Mereka dijadikan budak, sering disakiti baik secara fisik maupun mental. Mereka selalu dipandang rendah, diperlakukan layaknya binatang. Sebagian kaum-kaum lain pun tak ada yang mau menolong mereka. ...