X : Waktunya Gadis-Gadis 'Mengobrol'

671 149 7
                                    

Tok tok tok.

Sharley mengetuk pintu tiga kali dengan nada teratur, berharap-harap cemas. Hari ini, yang menemaninya cuma Asher. Cleon tak bisa menemani karena sibuk berlatih dengan kawanan Cliff untuk menjadi serigala sejati. Meski Sharley tak paham arti serigala sejati itu seperti apa, tapi dia hanya mengangguk saja ketika Cleon pergi.

Dia sudah tak canggung lagi dengan Asher, walaupun terkadang masih merona ketika mengingat Asher mencium tangannya selepas dansa. Belum ada jawaban dari pemilik kamar, Valerie, Sharley berpikiran positif kalau dia masih di kamar mandi.

"Bukannya ini waktu girl's time, tapi kenapa kau malah menyeretku segala?" protes Asher yang tak nyaman karena dia satu-satunya lelaki. Biasanya dia bersama Cleon, mereka berdua ini sudah satu klop. Di mana ada Cleon, di situ ada Asher.

Sharley bersedekap dada. "Padahal aku nyaris selalu menjadi perempuan satu-satunya di manapun. Saat latihan di Clexarius, di griya trio Demon, bahkan saat Alba juga ikut-ikutan dengan kita. Kau tahu perasaanmu dikelilingi oleh lelaki sepanjang hari?"

Untungnya mereka semua tampan, tambahnya.

Asher berekspresi aneh. "Seolah kau adalah kelinci tapi dikerumuni oleh para rubah?"

"Itu perumpamaan yang lumayan, tapi yah, kurang lebih begitu. Kau harus tahu betapa merananya diriku."

"Kau tidak kelihatan merana," balas Asher. "Lalu, apa?" timpal Sharley.

"Depresi gara-gara masalah Hatrany."

"Sip. Yang itu memang benar."

Tepat saat itu, pintu menjeblak terbuka dengan sangat pelan seolah penghuninya takut kalau yang masuk kamarnya adalah Chimera. Dari balik pintu, menyembul kepala Valerie dengan tangan gemetaran. Sharley cuma berharap Valerie tak mendengar ucapannya tadi, atau dia bakalan membuat Valerie susah hati. Dia mencoba tersenyum dua jari, yang malah lebih kelihatan mirip joker.

"Hai, Valerie," sapa Sharley sembari menurunkan senyumnya yang terlalu dipaksakan akibat kaget.

Valerie membuka pintu sepenuhnya. Sharley dan Asher cukup terkejut melihat penampilan Valerie yang dipermak oleh para pelayan. Rambut kusut Valerie berubah kinclong dan tampak lembut, kulitnya juga begitu meski masih ada bekas luka di sana-sini. Entah Sharley salah lihat atau bukan, tetapi mata kelabu pudar Valerie tampak lebih terang. Gadis Hatrany itu tak mengenakan gaun — tentu saja — dan dia memakai kemeja serta celana. Saat bertemu pandang dengan Sharley, Valerie langsung menundukkan kepala.

"Salam, Tuan Putri dan Tuan Asher. Maaf membuat kalian menunggu."

Gaya bicara Valerie yang kaku membuat Sharley merana. Dialah yang bersalah, membawa Valerie ke dalam masalah pelik ini. Kelihatannya Valerie lebih takut dibanding marah dengan Sharley, dan gadis itu tak tahu harus bersyukur atau kecewa.

"Silahkan kalian masuk," tawar Valerie. Mereka pun masuk, langsung duduk di sofa depan perapian. Ruangan itu kecil untuk ukuran kamar tamu dan gadis itu mendadak kesal karena meletakkan Valerie di sini. Tapi untungnya kamar ini terawat dan bersih. Jadi, dia tak punya alasan untuk mencerca atas ketidakbecusan pelayan.

Valerie duduk di seberang Sharley dan Asher, memainkan jari dengan gugup. "Apakah saya harus membuat teh untuk kalian?"

"Kau tidak perlu melakukannya, ingat, kau adalah tamu di sini. Kau tak punya kewajiban harus mengerjakan pekerjaan pelayan. Kami takkan lama, kok," balas Sharley. Valerie mengangguk saja.

"Aku langsung poin pentingnya saja. Aku ... minta maaf padamu, Valerie. Aku tak menyangka semuanya jadi seperti kemarin, aku tak pernah tahu seperti apa wajah tuanmu. Aku menyesal, sangat menyesal. Ini semua salahku."

The Eternal Country (2):  The Secret's of the Hatrany (√) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang