Hari ini begitu suram. Matahari bersinar cerah rasanya tak ada apa-apa, tak membuat semangat membara sama sekali. Sharley mengenakan pakaian ala petualang seperti di Gunung Wintergrass dulu. Bedanya, ia tak memakai jaket musim dingin.
Bahkan setelah mandi dan keramas, Sharley tak merasa segar sama sekali. Ia muncul di ruang kerja Aldrich sambil tersenyum tipis dan tak mempermasalahkan dengan Asher yang memberitahukan tentang hilangnya Valerie. Asher dan Cleon pasti merahasiakan ini beberapa hari karena takut menyakiti hati Sharley. Tapi kali ini, gadis itu tak sempat bersedih atas Valerie.
Apapun yang terjadi pada Valerie, dia akan mengurus nanti. Ada hal lebih penting yang harus diurus.
Rasa tak sabar menanti hari ini menghilang seketika setelah Asher berkata Valerie menghilang. Jurang keputusasaan seolah ada di seberang Sharley, menanti gadis itu untuk terjun ke dalamnya. Tapi Sharley memundurkan kaki, menolak putus asa karena percaya masih ada harapan. Mau bagaimana pun, ia tak sendiri.
Cleon merangkul Sharley dari samping. "Dik, kau kelihatan sangat lesu." Pemuda itu menusuk-nusuk pipi Sharley, sang gadis menepis tangannya karena risih. "Kau jangan menguji kesabaranku," peringatnya.
Cleon menyengir. "Baiklah."
Asher masuk ke ruang bersama Rezvon. Aldrich dan Lamia menyusul tak lama kemudian dengan bergandengan tangan. Rezvon membawa batu artefak sihir yang digunakan kemarin.
Lelaki bernetra ungu itu mengelus Sharley. "Sudah siap?"
"Oh ayolah, Pa, aku hanya pergi ke desa Springflow, bukan medan perang." Sharley menggembungkan pipi. Rezvon mencubit hidung putrinya karena gemas.
Mereka berkumpul membentuk lingkaran. Aldrich dan Rezvon mengumpulkan sihir ke telapak tangan mereka, cahaya keemasan keluar dari sana. Itulah sihir penyamaran. Sharley belum bisa menguasainya, masih membutuhkan artefak sihir untuk bantuan dan latihan lagi.
Cahaya keemasan itu melayang di sekitar Sharley, Asher, dan Cleon. Menerbangkan rambut mereka seperti angin sepoi-sepoi bertiup. Sharley menjadi lebih tenang sejenak.
Dalam sekejap, penampilan mereka berubah. Asher dan Sharley berambut pirang dan Cleon berambut perak. Mata Sharley berubah menjadi heterochromia — warnanya hijau dan emas — mata Asher berubah kelabu dan Cleon berubah biru. Melihat ke cermin, Sharley seakan tak mengenal wajahnya lagi karena saking cantiknya.
Mendadak, ia merasa penampilan sihir penyamaran ini lebih baik dibanding penampilan aslinya.
"Sepertinya kita jadi tambah mencolok, deh," keluh Cleon. Rambut perak menjadikannya tambah bercahaya bak cahaya ilahi.
Asher menatap rambut pirang cepak. "Aku tak suka warna terang," komentarnya. Sharley melihat mata heterochromia dengan takjub. "Aku lebih cantik."
Aldrich menggeleng-gelengkan kepala. Dialah yang merubah kedua remaja lelaki. "Kak, kau sengaja menjadikan Sharley memiliki mata heterochromia supaya terlihat lebih mencolok? Sharley 'kan sedang menyamar, kalau begini bisa-bisa dia dianggap sebagai artis ternama."
Rezvon mengangkat bahu, sama sekali tak mempermasalahkannya. "Kenapa sih? Aku 'kan cuma menjadikan putriku lebih cantik meski ini hanya penyamaran. Dia cocok dengan warna apapun."
"Hhmmmm." Semuanya berkata hal yang sama kecuali Rezvon. Rezvon memutar bola mata, tanpa basa-basi mengeluarkan batu artefak. Dia menyalurkan kekuatan ke sana dan menyampaikan tujuan, rune di batu memancarkan cahaya hangat. Rezvon memberikan batu pada Cleon setelah batu siap menteleportasikan mereka.
Sharley dan Asher menumpukan tangan ke atas tangan Cleon, sekali lagi ia melihat Papanya. "Sampai jumpa, semua!" Sharley melambaikan tangan, bersamaan dengan ledakan cahaya yang melenyapkan mereka bertiga seperti tersedot di udara kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Eternal Country (2): The Secret's of the Hatrany (√)
FantasyHatrany adalah kaum terendah di Negeri Hyacintho. Mereka dijadikan budak, sering disakiti baik secara fisik maupun mental. Mereka selalu dipandang rendah, diperlakukan layaknya binatang. Sebagian kaum-kaum lain pun tak ada yang mau menolong mereka. ...