VI : Menolong itu Tak Pandang Status

759 154 15
                                    

"Halo semua, perkenalkan saya Layland Evrard." Pemuda yang sekitar berusia dua puluh tahun itu membungkukkan kepala ala kadarnya. Sharley membalas dengan kikuk, terpesona dengan ketampanan Layland yang bisa saja membuat air liurnya menetes.

"Halo, Yang Mulia Pangeran," balasnya.

Layland memiliki senyuman yang kelewat manis. Rambutnya berwarna perak keputihan, mata sewarna lautan, hidung agak bengkok, dada bidang, tinggi semampai, bibir tipis kemerahan seolah dia habis meminum anggur. Rambutnya dipotong pendek, belah tengah. Dilatarbelakangi sinar matahari, Sharley jadi tambah terpesona.

"Sebuah kehormatan bagi saya bisa bertemu langsung dengan Anda, Tuan Putri." Layland menarik tangan Sharley, lantas mengecupnya. Tindakan itu membuat Sharley merona malu. Padahal mengecup tangan wanita di kalangan bangsawan dianggap sebagai tanda kehormatan dan penghargaan, tapi Sharley tetap tak terbiasa.

Layland terkekeh, tampaknya memaklumi karena Sharley tidak dibesarkan di istana kerajaan dan terlebih gadis itu sangat lucu di mata Layland. Raja Opiter dan sang ratu baru saja pamit keluar. Membiarkan anak-anak muda bercengkrama. Namun situasi ini justru membuat kecanggungan luar biasa.

"Saya juga terhormat bisa bertemu dengan Anda, Pangeran."

"Apa boleh kita berbicara dengan bahasa informal saja? Saya ingin akrab dengan kalian."

"Maaf menyela, tapi menurut saya sepertinya itu kurang sopan, Pangeran. Mengingat kita baru bertemu," sela Asher dengan wajah datarnya.

"Oh, begitu ya. Baiklah, tidak apa-apa. Saya juga takkan memaksa."

Sharley diam-diam memelototi Asher. Ada apa sih dengannya? Biasanya juga cuek-cuek saja dengan orang lain yang menggunakan bahasa informal, batinnya. Melihat ekspresi Asher, dia jadi tambah bingung. Asher memang berwajah datar seperti biasa, tapi sorot matanya menunjukkan kesengitan dan tak suka. Dan semua itu dilakukan sambil menatap Layland.

"Nah, ayo duduk."

Sharley duduk di samping Cleon yang kelihatan menahan kentut atau menahan tawa. Yang mana yang benar, Sharley tak tahu. Asher duduk di sebelahnya, memperlihatkan tampang sebal. Dari gerak-geriknya Sharley menebak kalau Asher tak tahan di ruangan ini, tapi dia tak tahu mengapa. Sejak bertemu dengan Layland, mukanya sudah cemberut terus.

"Anda sangat cantik, Tuan Putri ... dan mirip dengan Ratu Thalia," puji Layland. Sharley kembali merona tapi berusaha ditahan. "Anu, terima kasih atas pujiannya. Anda juga tampan."

"Pfftt." Cleon menundukkan kepala dan menutup mulut. Sharley hampir saja mencubitnya karena bertindak tak sopan. "Ah, maaf, Pangeran. Sepertinya ada hewan yang menggelitik perut saya," kata Cleon. Layland berkedip bingung, tapi akhirnya mengangguk.

Asher mengetuk-ngetukkan kakinya ke lantai, seolah dia tak sabar segera keluar. Sharley benar-benar heran dengan kedua temannya.

"Selamat atas kehamilan Ratu Lamia, ya. Maaf saya tidak bisa datang ke acara pesta karena ada persoalan penting. Padahal saya sangat ingin pergi ke sana, dan langsung memberikan hadiah kepada beliau. Tapi apalah dikata, sepertinya takdir tidak berpihak pada saya,"  ujar Layland dengan ujung tawa pelan.

"Tidak apa-apa, Yang Mulia Pangeran. Anda tak perlu memaksakan diri. Saya juga berterima kasih atas ucapan selamatnya. Kalau boleh tahu, memangnya Anda memiliki urusan apa? Anda tak perlu menjawabnya jika tak berkenan."

"Ada pemberantasan monster. Akhir-akhir ini banyak monster yang mengganggu warga, jadi saya dengan Yang Mulia berusaha memberantasnya. Saya harus ikut serta dalam pemberantasan ini."

"Ehm, apakah Anda pintar berpedang?"

"Lumayan, saya juga suka menggunakan pisau belati dan tombak. Kalau boleh jujur, saya tak pandai menggunakan panah dan busur." Layland mengatakannya seolah dia hanya memberikan rahasia hanya kepada Sharley.

The Eternal Country (2):  The Secret's of the Hatrany (√) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang