XXV : Ups, Ketahuan!

594 124 2
                                    

Cleon dan Asher menyalurkan kekuatan mereka ke batu setelah mencari-cari tempat sepi supaya tidak menarik perhatian tapi masih dekat dengan mansion Filkey. Jika seseorang mengetahui mereka memiliki artefak sihir, bisa-bisa pertarungan meletus. Artefak sihir sering diperebutkan karena nilainya yang begitu berharga.

Sinar lembut tapi kecil mengalir keluar, mengirim sensasi seperti digelitiki tapi tak tahu di mana tampatnya. Sengatan semacam listrik tapi dalam volt lebih kecil, menyengat ke dalam tangan mereka. Cleon meringis, Asher mengernyitkan dahi. Ini kali pertama mereka menggunakan artefak sihir.

Artefak menunjukkan apa yang mereka inginkan. Yaitu mengungkap tabir sihir penyamaran. Dalam pikiran mereka, tergambar dengan jelas semua orang di mansion Filkey. Kesemuanya berwarna hitam-putih, pertanda kalau tak ada yang menggunakan sihir penyamaran. Orang yang memakai sihir itu akan menunjukkan warna hijau keemasan. Tapi mereka tak menemukan di manapun.

Asher justru melihat Tuan Filkey yang sedang berteriak-teriak di dalam kamarnya yang dikunci. Cleon melihat anak-anak Filkey yang menangis karena ayahnya menggila dan kehilangan ibu mereka belum lama ini. Tidak ada yang baik-baik saja di rumah besar itu. Semua kacau balau.

Cleon membuka matanya, selama menyusuri bagian depan mansion tak ada tanda-tanda penggunaan sihir penyamaran. Asher yang bagian belakang pun merasa sama. Mansion itu memang diselubungi sihir, yaitu kedap suara. Tapi selain itu, tak ada apa-apa.

Asher tak boleh kecewa, pun dengan Cleon. Dalam pencarian ini, semuanya tidak semudah mengupas biji kacang. Mereka harus menyelesaikan ini secepatnya, sebelum Sharley mengetahui dengan sendirinya kalau Valerie menghilang.

Bahu Cleon merosot. Ia sebenarnya sangat lelah, tidur hanya tiga jam saja. Dirinya dan Asher ikut dalam patroli, penyelidikan tak resmi, mengungkap identitas mayat tak, bertemu Sharley untuk mendiskusikan minimal sekali dalam sehari, dan latihan. Dalam waktu singkat, liburan musim panas ini tak pantas disebut liburan lagi.

"Tidak ada apa-apa. Bagaimana kalau kita pergi saja?" kata Cleon. Asher mengangguk, memasukkan batu artefak ke dalam saku jaket. Tak ada gunanya juga mereka terus berada di sini. Besok mereka harus mengecek kembali.

"Ayo ke Arlez," ajak Asher. Cleon menurut, mereka pun menuju pegunungan di belakang Arlez dengan teleportasi menggunakan batu sihir.

🌙🌙🌙

Singkat waktu karena jangka menggunakan batu sihir lebih cepat dibanding teleportasi biasa, Cleon dan Asher sampai di Arlez dengan selamat. Mereka mendarat di hutan dekat desa. Tempat yang cukup tinggi sehingga bisa melihat kondisi desa secara keseluruhan.

Arlez sekarang sudah seperti bekas pengeboman. Puing-puing rumah banyak berserakan di jalanan, anak buah Rie memungutinya dan membakarnya sampai habis. Rumah kepala desa masih berdiri kokoh, tapi menampakkan aura suram bak rumah hantu. Di pinggir desa, ada beberapa penjaga. Di menara jam, ada dua orang penjaga yang membawa teropong. Bel di atas mereka akan dibunyikan jika ada pasukan kerajaan menyerang.

Tidak ada keberadaan Rie di manapun. Dengan rambut ungu cerah, mana mungkin Rie tidak mencolok. Asher saja pasti bisa melihatnya meski tak punya mata super tajam milik Werewolf.

Pihak kerajaan masih mengadakan perundingan, belum tahu pasti kapan perang akan meletus. Tinggal menunggu waktu sampai kerajaan mengirim balasan atas kekalahan pertarungan dulu. Tak hanya Noctis, tapi dua kerajaan lain juga ringan tangan membantu. Tenebris dan Mane.

Ke mana Mardiem? Raja mereka, Virgil, belum mengirim balasan surat. Konflik Noctis-Mardiem akan diungkit-ungkit di meja perundingan atau rapat. Virgil jelas tak sudi mengirim bantuan, tapi dia harus mempertimbangkannya jika tak mau kerajaannya ikut hancur.

The Eternal Country (2):  The Secret's of the Hatrany (√) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang