"Papa, apa aku boleh mengundang temanku ke pesta nanti?" tanya Sharley sambil mengambil kursi di depan meja kerja Rezvon. Rezvon yang awalnya berkutat dengan dokumen-dokumen mengalihkan perhatiannya pada Sharley. "Memangnya siapa yang kau undang? Kupikir kau tak memiliki teman selain dua cecunguk itu."
Sharley melemparkan selembar kertas. "Jangan memanggil mereka cecunguk. Yah, sebenarnya, aku bertemu dengan seseorang kemarin saat di ibukota Tenebris. Aku berniat untuk mengundangnya, tapi aku harus izin dulu dong dengan Papa."
Rezvon terus berfokus pada dokumen. Hari ini dia kelihatan lebih lelah, ada kantung samar di bawah matanya. Sementara tumpukan dokumen di meja Rezvon mencapai seperempat meter per tumpukan. "Kau bilang baru bertemu dengannya kemarin, apakah dia anak baik-baik? Jangan tersinggung, tapi aku hanya memastikan. Aku tak mau dia menyakitimu dan masalah saat di pesta."
"Dia anak baik-baik kok, Pa. Jangan khawatir."
Rezvon menaikkan kacamata yang melorot ke hidungnya. "Ah, oke. Kau bisa mengundangnya, tapi kau bertanggungjawab untuk menjaganya. Paham, nak?"
Sharley meletakkan tangan di sisi dahi, posisi hormat. "Aye aye, kapten!" Dalam hati Sharley bersorak senang karena dia mendapat izin dari Rezvon untuk mengundang Valerie. Dia berpikir kalau itu tak ada salahnya. Valerie pasti senang juga diundang ke pesta, dan semoga tak ada yang menyadari identitasnya.
"Papa, aku bisa membantumu mengerjakan ini." Sharley membaca beberapa dokumen, berisi data persebaran penduduk, tingkat kemakmuran, pendapatan per kapita di wilayah barat kerajaan.
"Memangnya kau mengerti?" Rezvon pura-pura tersenyum mengejek. "Eeyy, aku ini siswi akademi elit di Clexarius. Meskipun aku tidak sepintar Cleon atau duo pangeran Clexarius, tapi aku sedikit-sedikit belajar tentang masalah beginian dari Asher. Papa juga kelihatan lelah."
Rezvon terkekeh, kemudian mengacak-acak rambut Sharley. "Jika itu maumu, silahkan. Lagipula sudah waktunya kau belajar, karena nantinya kau akan menjadi putri mahkota." Gadis itu sempat tersentak ketika Rezvon menyebutkan putri mahkota, tapi dia tahu kalau posisi itu cepat atau lambat akan dia duduki.
"Aku tak sabar hari itu datang," sarkas Sharley. Dia pun mengambil pena bulu, membaca cermat dokumen dari atas sampai bawah, memikirkan berbagai solusi, dan mengutarakannya pada Rezvon. Sekejap, mereka berdua tenggelam dalam lautan dokumen sampai petang menjelang.
Sharley hanya berniat membuat Valerie senang dengan mengundangnya ke pesta, tapi ia tak tahu masalah besar justru terjadi di sana.
🌙🌙🌙
Gadis bernetra cokelat tersebut menenggak minuman dari piala untuk yang kesekian kalinya. Aula istana ramai, dipenuhi tamu undangan yang lebih didominasi oleh kaum bangsawan. Kandelir-kandelir membuat mata Sharley silau, dan ornamen-ornamen mewah mengelilingi aula.
Malam ini dia memakai gaun biru yang telah dipesan oleh Lamia jauh-jauh hari. Rambutnya dibiarkan tergerai sampai ke punggung, dan sepatu heels pun untungnya tak tinggi-tinggi amat. Kakinya pernah pegal bukan main karena memakai heels tinggi.
(Untuk lebih jelasnya silahkan liat mulmed:D)
Aldrich dan Lamia sedang sibuk mengurusi tamu-tamu yang memberi mereka hadiah dan ucapan selamat. Rezvon bersama kelompok kepala keluarga bangsawan, membahas tetek bengek bisnis. Cleon asyik memakan wafel dan daging panggang di samping Sharley.
"Woi, kau tak perlu melotot-melotot begitu. Kasihan punggung putri itu terbakar," kelakar Cleon. Sharley mengeratkan pegangannya pada piala, kemudian menghela napas dalam-dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Eternal Country (2): The Secret's of the Hatrany (√)
FantasyHatrany adalah kaum terendah di Negeri Hyacintho. Mereka dijadikan budak, sering disakiti baik secara fisik maupun mental. Mereka selalu dipandang rendah, diperlakukan layaknya binatang. Sebagian kaum-kaum lain pun tak ada yang mau menolong mereka. ...