End

1.3K 138 46
                                    

Vote dan coment! Jangan malah ngumpet di kamar masing-masing

▧▧▧▧

Kedatangan saudari kembar dan para sahabatnya membuat Misha tersentak, wanita itu merasa cemas karena overthinking mengenai respon mereka pada dirinya. "Lu kenapa dah?" heran Eva meletakkan keranjang buah di nakas rumah sakit.

Doeng!

Misha kebingungan dengan reaksi mereka, kenapa mereka terlihat tidak marah ataupun membenci dirinya?

Duaaar!

"HAPPY BIRTHDAY MAMAAAAA!"

Ah, hari ini dirinya ulang tahun? Kenapa Misha tidak menyadari hari lahirnya sendiri? Eh? Tapi, "Bukankah ini waktu yang tidak tepat?" tanya Misha.

Mereka mengangguk tanda setuju, tetapi karena yang terluka sudah sadar kemarin, tidak masalah bukan merayakan hari lahir ibu mereka?

"Kak, jangan pernah nyalahin diri sendiri karena bikin anak-anak terluka. Ini sama sekali bukan kesalahanmu seorang, kami pun ikut andil dalam perkara ini." Terang Eva menggenggam erat tangan sang kakak.

Lue melanjutkan, "Lagipula anak-anak tidak terluka parah, semua yang di katakan Aland itu berlebihan!"

Merasa namanya di sebut, Aland yang sudah asik memakan apel pun tersedak. Begitu dia menatap mata abu-abu sang ibu, benar saja tebakannya, pria berusia delapan belas tahun ini sudah mendapat tatapan tajam sang ibu. "Maaf, Ma."

Aland meringis sesal karena sudah menceritakan fakta terlalu berlebihan, mendengar rencana sang kakak, yaitu Luxe. Entah kenapa jiwa kejahilan yang turun dari sang ayah menggelora, tanpa sadar pria muda ini menjelaskan sangat berlebihan.

"Haih, kalian benar-benar tidak ada yang terluka parah kan?" tanya Misha memastikan.

Mereka mengangguk saja, ketenangan pun mengisi kepalanya. "Syukurlah," gumam Misha menghela napas lega.

Merasa situasinya sudah membaik, Eva pun meraih mangga dan mengupaskannya untuk sang kakak. "Makanlah yang banyak supaya kau cepat sembuh kak!" tegas Eva menyodorkan potongan mangga ke mulut Misha langsung.

Canda dan gurauan yang terjadi di ruang Misha di rawat membuat perasaan wanita itu membaik, matanya memperhatikan wajah-wajah orang yang harus dia lindungi dengan hangat.

"Apa apaab matamu itu Misha? Jangan bertingkah paling tua di sini," gurau Aixa terkekeh.

Sahabatnya mengajak semua orang di ruangan itu bermain kartu,"Yang kalah akan di hukum mengelilingi rumah sakit!" seru Lue membuat semuanya melongo.

"Oi, kalo lupa, kita sudah kepala empat lho." tegur Anes mendesah lelah, wanita satu itu aneh-aneh saja.

Bagaimana bisa mereka berlari mengelilingi rumah sakit yang segede gaban, "Keburu koid, lu mah kalo ngomong suka gak di saring!" keluh Eva memijit keningnya yang terasa pusing setelah mendengar usulan Lue.

"Bagaimana kalau hukumannya kita pikirkan nanti?" usul Ailee di setujui semuanya.

"Baiklah! Mari mulaii!" seru mereka bersama-sama.

Asherta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang