Part 38

1.2K 150 13
                                    

Vote nya mana~

▧▧▧▧

Rintikan hujan terlihat cukup deras. Aroma khas hujan menguar dari tanah. Rasa dingin bercampur rasa nyaman Aretta rasakan.

Ia menatap hujan dari balik jendela kamarnya, memikirkan apa yang dia lakukan sudah benar, atau tidak.

"Menyebalkan," gerutu Aretta.

Aretta menghela nafas, memejamkan matanya guna menenangkan diri. Sepertinya ia tak dapat memilih sendiri, apa perlu ia memanggil sang ibu?

Ceklek..

Seolah mendengar suara hati Aretta. Misha membuka pintu kamarnya dan menjembulkan kepala dari balik pintu, bertanya apa ada masalah pada Aretta.

Aretta menghela nafas dan menatap ibunya, "Ma, aku bingung. "

Kening Misha tampak berkerut mendengar perkataan sang anak, ia memutuskan masuk dan mendekati Aretta yang duduk di sofa.

"Sepertinya kamu punya masalah yang besar," tebak Misha sambil duduk di sofa.

Aretta mengangguk, "Sangat besar."

Aretta menghela nafas kasar, memijit pelipisnya yang sakit dan mendesah kesal. Misha tak tega melihat itu, "Coba ceritakan pada mama."

Bukannya menjelaskan dirinya kenapa, Aretta malah bangkit dan duduk disamping Misha. Ia merebahkan kepalanya di paha Misha.

"Asher minta putus," jawab Aretta putus asa.

Doeng..

Mata Misha membola tak percaya, apa yang dikatakan putrinya itu benar? Tapi kenapa? Ia sangat yakin kalau Asher itu tergila-gila pada putrinya.

Dengan nafas tercekat Misha bertanya, "Kok.. Bisa?"

Tangis Aretta mulai terdengar, air mata nya menetes jatuh ke paha Misha. Rasa tak nyaman Misha rasakan saat melihat putrinya menangis.

"Sayang, ayo tenang.. Kenapa Asher minta putus?" tanya Misha lembut.

"Hiks.. D-dia.. Bilang.. Hiks.. Dia.. Hiks.."

Aretta tak dapat memberitahu ibu nya karena menangis, perkataannya putus putus. Misha menghela nafas dan memeluk putrinya.

Membisikkan kata-kata penenang untuk Aretta, menatap jendela yang ada disampingnya dingin. Asher menyakiti anaknya? Ini tidak benar.

Aretta tertidur setelah lama menangis, Misha menyelipkan lengannya diantara lutut dan bahu Aretta, lalu mengangkatnya.

Sebuah suara mengilukan berbunyi. Misha mendesah lelah dan berkata, "Uughh, ternyata aku sudah tua"

Mengerahkan sekuat tenaga nya untuk menggendong Aretta ke kasur itu melelahkan, hei berat Aretta 49 kg.

Prapak..

Suara tulang Misha terdengar setelah ia meregangkan badan, Misha menghela nafas dan duduk disamping Aretta yang sudah terbaring dikasur empuk.

Asherta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang