Ekstra Part

587 72 8
                                    

Woi!

Wkwk, pa kabar nih?

Dah lama aing ga buka wattpad, karena kepikiran sama ni cerita yaudah lah ya, kita lanjutin aja

Kali kali klean mo baca lanjutannya, (kalo kaga ya gapapa juga si)

Tanpa babibu, yaudah lanjut aja, moga sukaa

●●●

Ceklek!

Di malam yang dingin, suara pintu terbuka. Sinar bulan mengisi kegelapan di rumah kecil tersebut. Dengan langkah lelah Aretta masuk, "Bunda pulang, Neo? Elius?"

Sambil mengunci pintu, matanya menatap sekeliling rumah yang sudah gelap gulita. Apa kedua anaknya telah terlelap? Ah, mana ada anak kecil yang masih bangun ketika jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam?

Aretta mendesah lelah, dia berjalan ke dapur untuk mengambil minum karena lelah bekerja seharian. "Hm, apa gue berhenti aja yah, males juga harus ngelayanin orang kaya dia.." gumam Aretta menggaruk rambutnya bingung.

Dia mendudukkan diri di atas meja makan dan termenung mengingat beberapa kejadian tak mengenakkan yang terjadi di tempat kerjanya. Menjadi bodyguard orang kaya ternyata tidak mudah, apalagi Aretta memiliki tuan yang sangat sensitif dan kekanakan.

Psyzilie, adalah nama keluarga yang menjadi atasan Aretta selama dua tahun belakangan. Karena merasa keluarga itu harmonis, jadi lah dia memilih keluarga Psyzilie untuk Aretta lindungi sebagai bodyguard bayaran. Tetapi pikirannya sangat sempit.

Nyatanya, dibalik keharmonisan yang mereka publish ke publik itu hanya lah topeng. Keluarga Psyzilie sebenarnya adalah keluarga toxic, dimana kepala keluarga terang-terangan membawa selingkuhan ke rumah mereka, lalu sang istri yang tidak peduli dan asik menghambur-hamburkan uang suami.

Dan kedua anak berusia 10 tahun yang sangat, sangat nakal. Bagaimana bisa Aretta menjadi bodyguard mereka lagi! Boro-boro jadi bodyguard, akhir-akhir ini dia justru di buat jadi pelayan.

"Haaaaa, rasanya aku ingin memakai pistol yang Mama berikan." gumam Aretta lelah.

Ah, benar juga. Ini sudah tahun ke lima dirinya melepas marga dan pergi dari kediaman Mandhach, berat rasanya jika harus mengingat kejadian itu, dimana dia terpaksa mencoret namanya di kartu keluarga karena tidak ingin membuat orangtuanya malu.

Mana mungkin Aretta bertahan di tempat yang toxic, meski keluarganya tidak tahu, ada beberapa maid di kediaman Mandgach yang selalu mencibir Aretta. Dia pergi bukan malu karena hamil di luar nikah, Aretta hanya tidak senang kedua anaknya di caci padahal tidak salah apa-apa.

"ELIUS! JANGAN MENANGIS LAGI!"

Degh!

Lamunan Aretta buyar begitu mendengar teriakan dari sang Putri, dia bergegas mendatangi kamar yang tidak tertutup rapat meski lampu telah dimatikan.

Aretta membeku ketika mendengar perkataan tidak menyenangkan dari putrinya, "Eli, gausah nangis! Aku yang dipukuli saja tidak menangis seperti itu, berhenti lah sebelum Bunda pulang!"

"Hiks ... t-tapi, tapi ... Neo gak kesakitan? Mereka kan, hiks ... memukuli Neoo.." rengek anak laki-laki berusia 5 tahun.

Asherta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang