Part 15

5.6K 433 94
                                    

Voment..

▧▧▧▧

Sekarang Misha tengah terbaring lemas di kasur queen size, disekelilingnya terdapat banyak orang.

Mereka menatap Misha khawatir, mereka takut Misha akan pergi meninggalkan mereka.

Apalagi saat Dokter menyatakan Misha koma, seolah olah jantung mereka berhenti seketika.

Sekarang adalah minggu kedua, kesadaran Misha belum saja kembali.

Jam sekarang tengah menunjukkan pukul 12 malam, semua orang tengah tertidur.

Jari jari Misha bergerak pelan, kelopak matanya berkerut dan akhirnya membuka mata.

Misha menatap langit langit kamarnya kosong, dia tengah mengingat apa yang telah terjadi.

'Ooh.!'

Musha bangkit untuk berdiri, namun badannya tak sanggup. Pandangannya seolah berputar putar.

"Astaga, datangnya sangat tidak pas"gerutu Misha pelan.

Misha memaksa badannya untuk bangkit, walau dengan cara berpegangan di dinding tak apa.

Dia berjalan keluar kamar menuju ruang khususnya, sepertinya yang terpintas dikepalanya adalah musuhnya.

Ting..

Lift telah berdenting, pintu secara cepat terbuka. Misha segera berjalan menuju meja penuh layar.

Tak..

Tak..

Tak..

Jari Misha dengan lincah bergerak aktif diatas Keyboard, tak lama sebuah tabung hijau berjalan mendekat kearah Misha.

Tak..

Misha membuka tombol disamping tabung, pintu kaca akhir nya terbuka dan menampilkan sosok menyeramkan yang sudah mulai kering.

"Berapa hari aku tertidur, ini tak baik. Aku harus segera mengambil sampel mereka semua"gumam Misha dan berbalik.

Bruk..

Kesadaran Misha belum sepenuhnya sadar, dia masih agak linglung karena koma.

"Mrs.!"seru Pyocha.

"Kenapa anda kesini.?! Kapan anda sadar dari koma.?!"tanya Pyocha, sambil membantu Misha berdiri.

"Ah, Pyocha. Aku baru sadar dan teringat mereka, aku harus segera mengambil sampel DNA mereka"ucap Misha.

"Kami para human robotic bisa mengumpulkannya untuk anda, sekarang kita harus menghentikan pendarahan anda"ucap Pyocha serius.

"Apa yang kau maksud Pyocha.? Aku harus mengambilnya sendiri."ucap Misha keras kepala.

"Lihatlah diri anda Mrs.! Wajah, punggung dan dada anda berdarah kembali.! Anda bergerak terlalu tiba tiba, itu membuat luka anda kembali terbuka.!"bentak Pyocha.

"Ah, aku terlalu fokus dengan mereka. Sampai sampai melupakan rasa sakitku"ucap Misha terkekeh.

"Aduh, sudah lama tak terluka. Ternyata sakit yah"ucap Misha setengah meringis.

Misha diantar Pyocha menuju kamarnya yang berada dilantai 3, saat di lift mereka berdua mendengar teriakan Barca.

"MAMA.!!"seru Barca.

Asherta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang