12. Ketemu lagi

545 43 3
                                    

Setelah kejadian dikantin tadi, mood Gio hari ini hilang sudah. Dia kembali berjalan ke arah loker, untuk mengambil baju basket. Setiap hari Rabu, dan Sabtu mereka berlatih basket untuk turnamen yang akan diadakan selama tiga minggu lagi.

Disaat dia sedang membereskan lokernya, ada tangan mungil yang melingkar sempurna dipinggangnya. Dia melirik ke belakang, dan benar saja ada Nayla yang tengah memejamkan matanya.

"Kalo tidur di kasur, bukan di punggung gue"

"Hih, kan aku pengen manja ke ayang"

"Dih ogah! lo ga ada hak buat gue"

Gio melepas kasar tangan Nayla. Dia berjalan menuju kamar mandi untuk mengganti pakaiannya. Gio berjalan ke arah lapangan indoor. Sudah ada pak Dodo dan yang lain menunggu dia.

"Kenapa kamu lama sekali?" tanya Pak Dodo.

"Biasa pak, ada setan yang nempel sama saya," jawab Gio.

"MASA AKU YANG CANTIK KAYAK GINI DIBILANG SETAN!!" ujar Nayla dari arah pintu.

"Siapa yang bilang lo setan, ga ada ya!" sela Vandro.

"Bagus deh kalo lo merasa diri lo mirip sama setan," ujar Alex.

"Gue udah cantik kayak princess kayak gini dibilang setan," ujar Nayla cemberut.

"Iya cantik banget kok, kalo dilihat dari lobang sedotan. Trus neglihatnya dari pucuk monas," ujar Marcel. Gelak tawa mereka pecah, Pak Dodo tertawa dengan memegangi perutnya.

Nayla menekuk wajahnya. Orang yang melihatnya pun merasa jijik, pasalnya tidak ada keimutan sama sekali diwajahnya itu.

"Nayla, kamu pergi dulu ya, kita mau lanjut latihan," Pak Dodo mengusir Nayla secara halus.

"Oh ya udah deh pak, saya lihat disini aja," ujar Nayla.

"Baiklah anak-anak, sekarang kita mulai saja ya latihannya," ujar Pak Dodo.

Argo melempar bolanya ke arah Alaskar, dia menangkap dengan tepat.

Mereka berlatih sekitar 45 menit. Selesai latihan, mereka duduk di tribun basket yang ada didepan, sedangkan Nayla duduk di tribun tengah.

Nayla menghampiri mereka dan memeluk Gio dari samping. Menghirup aromanya kuat-kuat.

"Lo kenapa sih?" kesal Gio.

"Nanti pulang bareng yuk, sayang,"

"Ga, gue ada urusan"

"Urusan apa?"

"Buang lo ke jurang," Gio memutar bola matanya malas.

Ingin sekali rasanya Gio mendorong Nayla ke jurang, supaya dia tidak mengganggu hidupnya lagi.

"Hiks.. kok.. kamu gituu.. hiks.." Nayla menangis.

"Jangan nangis, nanti bedak lo luntur," ujar Lio santai.

"Hahahaha," tawa mereka pecah. Karena tidak ingin mendengar Nayla lebih menangis, mereka meninggalkan Nayla sendirian di lapangan basket indoor.

☠️☠️☠️☠️☠️

Lio dan Vandro menyandarkan punggungnya di sofa, menunggu makanan yang dibuat oleh Vania selesai. Malam minggu ini inti Egryros menginap di rumah Gio.

Gio keluar kamar mandi dengan keadaan rambut setengah basah, "Devan sama Terri mana dah?" tanyanya pada Lio.

Lio yang sedang sibuk main game online itu menyempatkan dirinya untuk menjawa pertanyaan dari sang ketua, "Belum dateng, katanya mereka sekalian mandi di rumah"

Gio hanya ber-oh ria lalu segera duduk di samping Vandro. Dia membuka ponselnya, dan banyak notifikasi WhatsApp dari Nayla.

Nyla
by
by
jwb chat akuu
byby
ayang:(
sayang:(
ihhhh ayangggg:(

Dia menghela nafasnya, lalu menutup aplikasi WhatsApp dan beralih ke aplikasi game online.

"WOY MUSUH ITU WOY!!! SERANG!!!!" ujar Vandro heboh.

"Pe, puntenn!!" teriak Marcel.

Ada Alex dibelakangnya, tak lama kemudian, ada Terri dan Devan yang membawa cemilan snack.

"Permisi, ini benar dengan rumah markus gio?" ujar tukang ojek yang mengantar minuman.

Gio menghampirinya, "Iya pak, benar," Dia mengeluarkan uang cashnya lalu membayar minuman itu.

Mata Lio dan Vandro berbinar ketika menemukan minuman kesayangannya.

Vania datang dari arah dapur dan mendatangi anak remaja yang ada di ruang tamu, "Anak-anak kalian makan dulu sana gih"

"Iya bun, nanti kita makan kok," ujar Devan. Ketika dia bersama dengan orang yang lebih tua, apalagi orangtua sahabatnya, dia akan menjadi sosok yang hangat, murah senyum, dan mudah tertawa.

Vania menaruh tangannya di pinggang, "Jangan nanti-nanti! keburu makanannya dingin, tau gitu tadi bunda ga usah masak aja"

"Bunda sayang, jangan ngambek ya," ujar Alex membujuk.

Tatapan tajam Vania mengamati mereka satu persatu, "Kalian makan atau buda usir dari sini!" ancamnya.

Mereka ngacir ke ruang makan, sebelum Vania ngamuk. Bisa - bisa mereka beneran diusir dari rumah Gio.

Damian dan Vania berjalan menuju ruang makan, sepasang pasutri itu menyusul makan.

"Ayah udah pulang?" tanya Gio.

"Belum, ayah masih di kantor," balas Damian.


"Terus ini siapa dong, yah?"

"Gio, udah deh kamu diem aja. Daripada nanti ayah darah tinggi"

Gelak tawa memenuhi rumah keluarga Mahendra.

"Ngapain ketawa?" Damian menatap sinis ke arah kumpulan pemuda.

"Gepepe kok, yah," balas Gio.

"Kayak bunda kalo ditanyain pasti jawabnya gepepe, heran ayah," Merasa tidak terima dengan ucapan sang suami, Vania melempar tatapan tajam.

"Nanti malem ga ada jatah," ancam Vania.

"Heh bunda! ga ga ga mana bisa kayak gitu," ujar Damian yang merasa tidak terima.

Tanpa memperdulikan suaminya yang masih mengomel, Vania meninggalkan meja makan untuk membersihkan piring dan gelas.

"Hayo lho ayah, ga ada jatah, ga ada jatah," ejek Gio.

"Ini juga gara-gara kamu!" sentak Damian.

"Kalo ga ada ya ga ada lah yah, masa nyalahin aku"

"Terserah kamu lah, ayah mau bujuk bunda dulu," Damian berlari kecil ke dapur untuk menyusul sang istri tercinta.

"Hadeh ada aja kelakuan mak sama bapak," gumam Gio.

EGRYROSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang