13. Sadboy

494 38 0
                                    

Vandro menatap heran ke arah Lio. Karena sedari tadi, dia hanya mengetukkan jarinya di dagu. "Lo kenapa dah?" karena merasa dirinya di ajak bicara, dia memalingkan wajahnya menatap ke arah Vandro. Dia hanya menggelengkan kepalanya.

Dahi Gio mengernyit, "Heh saipul, lo kenapa?"

"Gue lagi bingung," balasnya.

"Bingung ngapain? kan lo ga mikir negara," sahut Devan.

"Aha!!" Lio menjetikkan jarinya. Semua mata tertuju padanya, "Mending kita nyanyi lagu galau aja. Nanti Devan yang gitar," dia tersenyum menampilkan deretan giginya.

Semua tersenyum senang mendengar usulan Lio. Mereka mengangguk setuju. Lio kembali termenung.

"Lo kenapa sih? heran gue," geram Marcel.

"Jangan Devan yang gitar, kita pake lagu dimusik gue aja. Lagunya yang di mix  enak kalo didengerin," Lio menyambungkan ponselnya dengan sound sistem menggunakan bluetooth.

"Meski aku takkan mungkin.." mereka mulai bernyanyi kompak sambil menikmati terpaan angin malam.

"Milikimu..."

"Satu doaku..."

"Suatu saat nanti kau kan.."

"Mencintaiku.."

"Ohh.. ohh.. ohh.."

"Mungkinkah aku meminta..."

"Kisah kita selamanyaa..."

"Tak terlintas dalam benakku.."

"Bila hariku tanpamu..."

Mereka semua terbawa suasana, tanpa disadari Lio menitikkan air matanya. Dengan cepat, dia mneghapusnya sebelum ada yang melihat.

"Lo kenapa nangis?" tanya Devan.

"Ha? gue?" Lio menunjuk pada dirinya sendiri.

Devan mengangguk sebagai jawaban, semua mata tertuju pada Lio, "Em itu anu, g-gue cuma nangisin nasib gue"

"Nasib? bukannya nasib lo baik-baik aja?" ujar Alex.

Tampak Lio menghela nafas sebentar sebelum lanjut berbicara, "Gue lagi berjuang buat seseorang, dia adek kelas. Kelas sebelas IPA"

"Terus kenapa lo nangis? kan harusnya lo kejar," ujar Marcel.

"Dia beda agama sama gue, dia islam sedangkan gue kristen. Gue ga tau dia suka sama gue atau engga. Kata temennya sih iya. Tapi gue ga percaya sebelum dia ngomong sendiri"

"Gue ga yakin kalo kita bisa bersatu, Tuhannya aja udah beda. Kan kata orang-orang, jodoh ada ditangan Tuhan. Kalo Tuhannya beda gimana mau jodoh"

"Lo bisa kalo terus berjuang," ujar Gio memberi semangat.

"Sekeras apapun gue berjuang, kalo bukan takdirnya ya mau gimana lagi"

"Nama adkel siapa?" tanya Terri.

"Syeila, dia yang gue suka. Sorry, baru bisa cerita sekarang"

"Selanjutnya lo gimana?" tanya Alex.

"Itu yang gue ga tau, di sisi lain gue pengen dapetin dia, tapi sisi lain gue sadar diri kalo kita beda. Ada tembok penghalang buat kita bersatu. Kalo masalah materi, ortu gue ga jadi masalah. Sempet waktu itu gue cerita ke ortu gue, mereka bilang kalo gue disuruh cari yang seagama, seiman, dan seamin, biar ga terlalu repot buat pindah agama"

"Coba lo tanya sama Syeila, dia mau ga sama yang beda agama. Dan dia mau ga ikut kepercayaan lo," Lio menuruti perkataan Gio, dia membuka ponselnya lalu mencari nomor Syeila untuk dihubungi.

EGRYROSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang