Pagi ini matahari tidak terlalu panas, suasana ini cocok untuk joging. Mereka telah bersiap dengan pakaian santai.
"Udah siap semua?" tanya Gio.
"Udah!!" sahut mereka kompak.
Mulai mengitari kompleks, langkah mereka dituntun sampai pada taman didekat rumah Gio. Keringat bercucuran, rambut basah, menambah ketampanan yang ada di wajah mereka.
"Eh ada apaan tuh rame-rame?" Terri menunjuk ke arah yang dikelilingi oleh banyak orang. Mereka memutuskan untuk mendatanginya. Ternyata disana ada anak kecil yang menyanyi dengan suara lembut. Suaranya yang merdu mampu membuat suasana menjadi lebih tenang, ditambah lagi sinar matahari yang tidak terlalu menyengat.
Anak kecil itu sudah selesai menyanyi, dia duduk ditanah karena kelelahan setelah lama berdiri. Gio menghampiri anak tersebut dan bertanya padanya, "Dek, nama kamu siapa?" Anak itu mendongakkan kepalanya. Menatap Gio lalau tersenyum.
"Nama aku Zira, kak. Nama kakak siapa?"
"Nama kakak gio, gabung sama temen kakak yuk. Disana ada banyak," Gio menggandeng tangan mungil Zira. Dia menuntunnya sampai pada temannya.
"Eh itu anak yang nyanyi tadi bos?" Gio hanya mengangguk mendengar pertanyaan Marcel.
"Hai kakak kakak ganteng!!! nama aku Zira!" ujarnya memperkenalkan diri.
"Haii juga dede cantik!! Kenalin, aku kak Terri, paling ganteng di antara mereka."
"Hai dede, nama aku kak Alex"
"Hai de, nama kakak Marcel"
"Haii cantik, nama kakak Devan," dia tersenyum hangat pada sosok anak kecil tersebut.
"Hai, nama kakak Lio"
"Hai sayangkuuu, nama kakak Vandro"
Zira tersenyum malu, pipinya sudah merah seperti tomat sekarang ini. Gio yang memperhatikannya merasa gemas dengan tingkah anak tersebut.
"Dek, kamu duduk sini deh," Terri membawa Zira ke pangkuannya.
Gio bertanya pada Zira, "Ra, kenapa kamu nyanyi disini?" tanyanya.
Tatapan Zira berubah menjadi sedih, terlihat matanya berkaca-kaca. Kira-kira umurnya masih 5 tahun, bukankah seumurannya seharusnya bermain di rumah?
Karena merasa tidak tega dengan Zira, Gio membawanya ke pangkuannya lalu memeluknya dengan sayang. Tangan Gio mengangkat wajah Zira, dia sedang menangis sekarang.
"Cantik kenapa nangis? hm?"
"A-aku harus kerja buat makan, kemarin kakakku meninggal, jadi aku tinggal bersama bibi, dia menyuruh aku kerja. Dia selalu memperlakukan aku dengan buruk, aku merasa kesepian. Aku juga tidak sekolah seperti teman yang lain"
Mereka saling tatap satu sama lain, kembali menatap Zira dengan tatapan sendu. Diumur lima tahun, dia sudah disuruh bekerja.
"Zira, mau ikut kak Gio kerumah?" Zira mengangguk antusias.
Akhirnya mereka membawa Zira kerumah Gio.
☠️☠️☠️☠️☠️
"Bunda, lihat deh aku bawa siapa," ujar Gio sambil menggandeng tangan Zira.
Vania datang dari arah dapur, dia terkejut karena Gio membawa anak kecil yang cantik parasnya, "Dia siapa, gio? kok bareng sama kamu?" Gio mulai menceritakan kejadian yang dialami Zira.
"Bun, dia siapa?" tanya Damian yang turun dari ruang kerjanya.
"Dia Zira, yah. Anak yang kuat, baik, dan cantik," ujar Vania bangga.
"Zira cantik, kamu tinggal dimana sayang?" tanya Damian. Zira hanya menatap Damian tanpa menjawab pertanyaan yang dilontarkan. Dia mengerjap lucu.
Damian melambaikan tangannya didepan wajah Zira, "Kenapa pertanyaan om ga dijawab?" Zira hanya menggelengkan kepalanya, "Aku jadi keinget papa sama mama, dia udah meninggal waktu aku masih kecil karena kecelakaan, yang selamat hanya aku dan kakakku, tapi kemarin kakakku sudah meninggal karena memiliki sakit yang parah. Aku tinggal bareng bibi, dia selalu menyuruhku"
Mendengar perkataan yang diucapkan Zira, Damian memeluk anak itu erat, "Kita kerumah kamu yuk sayang. Om mau bilang sesuatu sama bibi kamu," Zira hanya mengangguk, Vania ikut mengantarkan.
Dirumah hanya ada inti Egryros, mereka heboh sendiri karena mendengarkan lagu.
Sementara ditempat Zira tinggal...
"Maaf bu, saya ingin mengadopsi Zira menjadi anak saya," ujar Damian meminta izin pada bibi Zira.
"Bawa aja, lagian dia kerjaannya cuma nyusahin aja," balasnya.
"Tapi ga gratis, saya minta uang 100 juta sebagai bayaran," Damian segera memberinya cek uang sebesar 100 juta.
Senyum senang tercetak dibibir Naura selaku bibinya Zira. Damian segera menggendong Zira keluar dari rumah penyiksaan itu.
"Kamu sekarang tinggal sama kita ya sayang, biar ada temannya. Anggap bunda Vania sebagai bunda kamu, ayah Damian sebagai ayah kamu, dan kak Gio jadi kakak kamu mulai sekarang," ujar Vania senang.
"Beneran tante?"
"Jangan panggil tante, panggil bunda aja ya. Kan kamu sekarang jadi anak bunda sama ayah," Zira menangis terharu, dia menangis di gendongan Damian.
Mereka bertiga segera kembali ke rumah.
"Gio, sekarang Zira jadi adik kamu. Ayah udah ngadopsi dia," ujar Vania.
Mata Gio berbinar, dia tidak percaya dengan hal ini. Impiannya menginginkan seorang adik, akhirnya sudah terkabul. Sekarang dirinya tidak kesepian lagi, "Bener bun?" Vania membalas dengan anggukan.
Inti Egryros yang lain ikut senang. Mereka berpelukan seperti Teletubbies.
"Zira, kamu panggil aku, bang gio ya?"
"Ayay abang!!" sahut Zira semangat.
"Bunda tinggal masak dulu ya, kalian main dulu gih. Nanti malem kalian temenin kita belanja buat Zira. Kalian semua harus ikut, bunda ga terima penolakan," setelah mengatakan itu, Vania meninggalkan mereka.
"Bang, Zira bosen deh"
"Kita joget aja yuk, mau ga?" Zira mengangguk semangat.
"Lio, lo nyalain musik gih. Kita party!!!" perintah Gio.
"SIK ASIK ASIK YA CUMA DI GELENG-GELENG..."
"NAK ENAK ENAK YA CUMA DI GELENG-GELENG..."
Mereka menyanyi dengan kompak, terdapat senyum dibibir mereka semua. Senyum bahagia karena kehadiran malaikat kecil diantara mereka.
Zira tersenyum senang dan bahagia, kali ini dia kembali menemukan keluarganya. Keluarga yang baru, keluarga yang bahagia dan harmonis. Sosok yang dia rindukan telah kembali, menjadi orang baru. Orang yang menyayangi dia dengan waktu yang singkat. Belum ada 24 jam mereka bertemu, tapi dia sudah diangkat menjadi bagian keluarga mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
EGRYROS
Genç KurguPersahabatan yang terjadi antara 7 orang lelaki. Terbentuk awalnya hanya karena pertemanan biasa yang terjadi di sekolah ternama, pada kota Bandung. Semuanya berjalan dengan lancar dan kompak, tetapi suatu hari, sebuah takdir mengejutkan datang dian...