39. Ujian hari pertama

141 24 0
                                    

"Semoga ujian hari pertama ini, bisa menjadi hidayah bagi kita semua, diberi kelancaran dan juga kesuksesan," ujar Nando, teman satu kelas Gio.

"Hahaha cara ngomong lo kayak ustadz di rumah gue," ujar Kino.

"GOOD MORNING RAKYAT SETIA KU!!!" teriakan itu berasal dari mulut Lio, dia memasuki kelasnya dengan menenteng tas nya di salah satu bahunya.

"Diem lio, jangan bikin malu deh lo," Devan melempar tatapan sinis pada Lio.

"Ey ey ey, dan rajin ae lo pagi pagi," Lio menghampiri salah satu murid culun dikelasnya.

"E-eh Lio, iya ini aku belajar buat mapel hari ini, kamu ga belajar?" tanya murid culun itu ber name tag 'Qyo'.

"Ga usah belajar selagi ada contekan, ya ga?"

"Kebanyakan nyontek itu ga bagus lio, nanti masa depan kamu gimana?" Qyo tetap fokus pada buku bacaannya.

"Kek emak gue kalo ceramah gini nih," Lio menoyor kepala Qyo.

"Jangan jangan Qyo itu anak emak lo, terus lo itu cuma anak pungut," Vandro datang dan merangkul pundak Lio.

"Enak aja lo kalo ngomong!" sentak Lio.

"Siapa tau bener," sambar Gio.

"Gio, Vandro, gue ada salah apa sih sama kalian? sampe sampe kalian kompak bener nistain gue?"

"BANYAK!!" balas mereka kompak.

"Cie bareng, hati hati nanti jodoh lo"

"Jodoh jodoh, ogah gue sama bocah tengil ini!" balas Vandro tidak santai.

"Gue masih lurus ye!"

"Belajar atau gue suruh keluar kelas!" ancam Devan, konsentrasinya terganggu karena suara berisik temannya.

"Gapapa keluar kelas, asalkan ada aa' Devan," ujar Lio.

Devan sudah jenggah dengan kelakuan Lio, dia menarik kerah belakang temannya tersebut dan mengeluarkan Lio dari kelas, lalu mengunci pintu kelasnya. Suara gedoran pintu terdengar jelas di telinga murid kelas IPA 3.

"HUWAA DEVAN!!! BUKA PINTUNYA!!! GUE MAU UJIAN!!!"

Devan memilih menulikan telinganya daripada harus membukakan pintu untuk manusia kurang akhlak tersebut.

"LIAT AJA LO!!! GA GUE TRAKTIR JAJAN LAGI!!!"

"Emang pernah?" kepala Marcel menyembul dari dalam kelas, dia kembali menutup pintunya lagi.

"Dasar temen kurang akhlakes, gue doain semoga nilai kalian bagus!" ujar Lio asal.

"Lah kok bagus! Tau dah depresot gue! Ngadu ke guru bagus nih kayaknya," Lio menuju ruang guru untuk menggadu.

"Bu, masa tadi Lio yang ganteng bin tampan ini dikunci di luar sama Devan," adunya kepada bu Indah.

"Ngapain kamu ngadu ke calon istri saya?" Pak Dodo melempar tatapan tajam, tajamnya melebihi pisau psikopet. Ini bukan typo ya, emang gitu nyebutnya.

"Dih masih calon aja bangga, belum tentu sampe pelaminan," Pak Dodo menggulung lengan pakaian yang ia kenakan.

"Apa pak?! mau lawan?! meh meh"

"Lio!!! awas kamu!!!" Lio dan Pak Dodo berlari mengitari kawasan ruang guru yang luas.

"Lio, Pak Dodo!! udah!!" bu Indah mencoba untuk melerai mereka.

Sedangkan di sisi lain, teman Lio mencari kemana perginya anak heboh tersebut.

"Mana lagi tuh anak, ga dateng dateng, ngilangnya cepet banget kek demit," Marcel celingak-celinguk melihat keadaan sekitar. Tapi tetap saja belum ada tanda-tanda kehadiran Lio, teman laknatnya.

EGRYROSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang