20. Pertandingan basket

291 29 0
                                    

Keesokan paginya, pemain basket perwalkilan dari SMA GALAKSI berkumpul di lapangan basket indoor, mereka menyusun strategi melawan SMA LANGIT.

Argo menggunakan headband  berwarna merah, dan ditangan kirinya dia menggunakan gelang berwarna hitam, sebagai tanda ketua basket.

"Oke, sekarang kalian siapkan tenaga buat pertandingan kali ini," ujar Pak Dodo.

"Siap pak!!" sahut mereka kompak.

SMA LANGIT sudah sampai di lapangan indoor SMA GALAKSI. Tahun ini tuan rumah pertandingan basket adalah SMA GALAKSI.

"Hey boy, udah ga jadi ketua basket ya? Oh iya, lo kan lemah," ujar Ilham meledek Gio. Ihlam merupakan salah satu anggota Vaxion.

"Bukan gue yang lemah, tapi Argo lebih pantes," balas Gio dengan muka datarnya.

Tim basket lain yang berasa dari SMA LANGIT menyusul sang ketua basket, Ilham. Mereka menatap remeh Zorio, nama tim basket SMA GALAKSI.

"Wah gio udah ga jadi ketua basket nih, mudah dong buat ngalahin mereka," Doy ikut menimpali.

"Ku kira jagoan!!" seru Lio.

"Ternyata nyali patungan!!!" lanjutnya.

"Ku kira cahaya!!" seru Vandro.

"Ternyata banyak gaya!!"

Pertandingan dimulai, suasana riuh para penonton memenuhi lapangan. Tatapan saling benci dilemparkan satu sama lain.

"Hey, gue denger lo mau jadi calon ketua Egryros ya? Bisa apa sih lo? Ga ada bakat juga," ejek Doy.

Karena merasa tidak terima dikatakan seperti itu, Argo hampir saja kehilangan kesabarannya, dia hampir meninju wajah Doy, tapi segera ditahan dengan Xio, teman satu timnya, "Fokus tanding, jangan kepancing emosi"

"Itu emang cara mereka buat ngabisin kesabaran kita," peringat Devan. Argo mengangguk lalu kembali fokus pada pertandingan ini.

Bola basket kali ini ada ditangan Savi, dia mengoper bolanya ke Terri. Dengan cekatan, Terri menangkap bolanya. Senyum smirk tampil dibibirnya.

Terri kembali mengoper pada Vandro, dan lagi-lagi bola itu ditangkap dengan sempurna, tapi sialnya Rajo menendang kaki Vandro hingga terjatuh. Wasit membunyikan sempritan, dan memberikan kartu kuning kepada Rajo.

Vandro mengerang kesakitan, semua tim Zorio mendekat ke arahnya, "Lo ke uks aja, kayaknya kaki lo terkilir," ujar Devan.

"Ga, gue masih bi–akh!"

"Gue bilang juga apa," Devan menuntun Vandro untuk duduk di pinggir lapangan.

Wasit menyuruh pemain cadangan Zorio untuk memasuki lapangan dan ikut mereka bermain. Pemain cadangan kali ini adalah, Merzo. Dia ber-tos ala laki-laki dengan timnya yang lain.

"Prittt, pertandingan kita mulai"

Mereka kembali bermain dengan hebat, teriakan dari cheerleader menggema.

"GIO!!! SEMANGAT!!!"

"YANG PAKAI BAJU BASKET ADA NOMOR PUNGGUNGNYA, SEMANGAT!!!"

"ZORIO, ZORIO, GO, GO!!!"

"YUHUUU ZORIO!!!"

"HOA HOE ZORIO, IIIHAAA!!!"

"ABANG GANTENG!!! SEMANGAT YA, CARI UANG BUAT ANAK KITA!!!"

"AAAAAAAAA LIO GANTENG BANGET!!!"

"A'A VANDRO!! AKU PADAMU!!!"

"TERRI BUAYA!!! CEMANGAT!!!"

"SEMANGAT SEMUA!!!!!"

Kira-kira seperti itulah teriakan dari penggemar. Tak menghiraukan teriakan dari para fans, Gio tetap fokus bertanding.

Senyum devil terukir dibibir indahnya, dia mengelabui lawan. Menggiring bola kesana dan kemari. Dan...

Yap

Satu poin untuk SMA GALAKSI. Semua berteriak senang dan heboh.

"WEHEE SEMANGAT BRO!!!" ujar Vandro semangat.

Bertanding lagi dengan kekuatan yang lebih dari babak pertama. Babak kedua akan dimulai selama 45 menit. SMA GALAKSI sudah mencetak 3 gol, sedangkan SMA LANGIT masih mencetak 2 gol.

Pertandingan semakin memanas ketika bola basket dibawa tim Ilham. Mereka tersenyum menang. Tapi hal itu tidak bertahan lama, karena Alaskar merebut bola itu dari tangan Ilham.

Alaskar melakukan lay up, kini bola basket yang dia pegang sudah masuk ke ring. Wasit menyatakan bahwa pemenangnya adalah SMA GALAKSI. Sorot mata penuh kebencian semakin membara dimata Ilham dan anak basket SMA LANGIT yang lain.

Gio mengulurkan tangannya, senyum miring tercetak dibibirnya. "Ucapin selamat buat gue dan yang lain," Ilham menepis tangan Gio, "Cih, ga perlu," Dia dan anak basket SMA LANGIT yang lain meninggalkan lapangan indoor, dan kembali ke sekolahnya.

"YUHUU KITA MENANG BRE!!!" teriak Xio.

"Thanks buat kerjasama kalian," ujar Gio.

"Makasih juga buat semangat kalian, gue bangga sama kalian. Walaupun kita beda tingkatan, tapi kalian tetep mau kerjasama," ujar Argo.

"Makasih juga buat abang-abang, udah bantu kita semua," ujar Alaskar.

Mereka ber-11 duduk di tribun pinggir lapangan menghampiri Vandro.

"Kaki lo masih sakit, ndro?" tanya Devan.

"Ehm udah mendingan, tapi masih agak sakit sih"

"Udah dipijit?" tanya Terri.

"Udah"

Syeila mendatangi Lio, dan dia membawa sebotol air minum untuknya.

"Nih kak, buat kakak," dengan senang hati Lio menerima pemberian gadis itu.

"Ekhem ada yang bucin nih," goda Savi.

Lio menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, dia tersenyum canggung, "Ehm, makasih," Syiela mengangguk.

"Kenapa kalian ga jadian aja?" pertanyaan itu terlontar dari mulut Xio, teman seangkatan Syeila.

Dua sejoli itu hanya menunduk mendengar pertanyaan Xio. Savi menyenggol lengan Xio, dia berbisik pelan tepat ditelinga Xio, "Jangan bilang kayak gitu, lo tau sendiri kan?"

Karena merasa suasana canggung, Savi, Xio, dan Alaskar pergi meninggalkan mereka.

EGRYROSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang