26. Heboh

230 26 0
                                    

Makanan telah siap dimeja makan, mereka makan dengan tenang. Selesai makan, mereka bermain di belakang rumah Gio.

"Eh, bentar lagi kita ujian," ujar Alex.

"Masih lama, nanti habis bazar, kita baru ujian," balas Devan.

"Bazarnya kapan dah?" tanya Gio.

"Dua minggu lagi," sahut Terri yang keluar dari dalam rumah.

"Kita buka bazarnya bareng sama anak kelas atau bazar Egryros sendiri?" tanya Marcel.

"Sendiri aja gimana?" usul Vandro.

"Kira-kira kita mau buka apa kalo buka bazar sendiri?" tanya Lio.

"Kaos? nanti kita ambil kaos sama sablonannya di distro Terri," ujar Gio.

"Kaos bisa sih, tapi kita harus mulai buat desain kaosnya," ujar Terri.

"Besok kita mulai desain," ujar Devan lalu dia berdiri masuk kedalam rumah untuk pergi ke kamar mandi.

"Oke kalo gitu, gue mau balik dulu," Vandro berdiri dari tempatnya lalu kembali ke rumah.

"Eits mau kemana?" cegah Lio.

"Mau balik"

"Ga boleh, lo harus tetep disini dulu. Kita nginep aja napa sih, toh juga ini dah mau malem"

"Ck, ya udah iya. Tapi kalo nginep, kita balik dulu terus ambil ganti buat besok"

"Iya, gio, gue balik dulu," pamit Devan, lalu diikuti dengan yang lain.

Mereka meninggalkan halaman rumah Gio dan kembali ke rumah untuk mengambil baju yang akan mereka gunakan.

"Kalo gitu gue beresin kamar dulu aje dah," Gio berjalan ke kamarnya lalu mulai membersihkannya.

Vania menghampiri putra tunggalnya, "Eh gio, ga biasanya kamu beresin kamar," cibir Vania.

"Hadeh bun, serba salah deh, aku beresin kamar salah, ga beresin juga salah"

"Emang cowo serba salah," daripada harus melayani sang bunda, dia memilih membereskan kamarnya.

Zira muncul dari belakang Vania, dia mengejutkan Gio.

"DOR!!!"

"Copot copot dor"

Mendengar kagetnya Gio, Zira tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi abang angkatnya ini.

"HAHAHA ekspresi bang Gio"

"Hih dasar bocah"

"Hih disir bicih," Zira mengikuti gaya bicara Gio.

"Eh bang, katanya nanti temen abang mau nginep disini?"

"Iya, tapi mereka lagi balik, ambil baju"

Zira hanya ber-oh ria saja. Dia keluar dari kamar Gio untuk lanjut bermain dikamarnya.

"PEH, PUNTEN!!" teriak Vandro dari arah pintu.

"Jaga sopan santun," peringat Devan.

"Ck, iya iya, eh Gio mana dah?"

"ABANG GANTENG!!!" teriak Zira yang baru saja keluar dari kamarnya. Dia berlari menghampiri mereka berenam lalu memeluk Vandro.

"Yang dipeluk Vandro doang nih?" goda Lio. Zira beralih memeluk erat Lio.

Mereka tertawa kecuali Devan, entah apa yang membuat dia seperti ini. Memang dia jarang tertawa, tetapi ketika bertemu Zira, dia akan tertawa lepas, tapi kenapa hari ini tidak?

"Bang Devan kenapa ga ketawa? kan biasanya bang devan ketawa pas ketemu aku"

"Gapapa," balas Devan singkat.

"Ih bang Devan cemburu ye?" Zira menaik turunkan alisnya.

"Ga," Devan berlalu meninggalkan mereka semua, lalu pergi ke kamar Gio.

"Napa tuh bocah?" tanya Terri.

"Mana gue tau, Zira abang ke kamar Gio dulu ya," Alex mengacak rambut Zira.

"Oke deh, eh tapi aku ikut, aku mau bujuk bang Devan dulu," Zira berlari kecil menuju kamar Gio.

"Bang Devan, udah dong ngambeknya"

"Aku ga ngambek"

"Terus kenapa diem aja?"

"Biarin"

"Tuh kan ngambek," mata Zira berkaca-kaca.

Karena tidak tega melihat Zira yang hampir menangis, Devan segera mendudukkan dia dipangkuannya. Dia mengelus surai hitam milik Zira dengan lembut.

"Cup cup cup, udah ya cantik jangan nangis, nanti kalo nangis, cantiknya hilang lho"

"Hiks... abang... hiks... udah... ga sayang... hiks... aku... lagi... hiks"

"Engga, bukan gitu, tadi abang cemburu liat kamu meluk mereka. Masa mereka doang yang dipeluk, terus abang engga. Kan abang juga kangen sama kamu"

"Jadi abang kangen Zira?" dia menghapus jejak air matanya sendiri menggunakan tangannya.

Devan mengangguk singkat menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Zira. Zira memeluk Devan, seolah tidak mau dilepas.

"HEH DEPAN!!! ITU ADIK GUE!!" Gio menghampiri Zira yang nyaman dipelukan Devan. Dia menggendong Zira ala koala.

"Bang gio, aku masih mau digendong bang Devan," Zira mengerucutkan bibirnya.

"Gio, itu adek gue!!!"

"Mana ada, Vandro, bawa adek gue," Gio menyerahkan Zira ke Vandro.

"Lo berani ambil Zira dari gue, liat aje lo!!" Gio mengambil bantal lalu menimpuk perut Devan.

"Rasain lo," Gio menjulurkan lidahnya.

Karena merasa tidak terima dengan perlakuan Gio, Devan membalas perlakuan Gio.

"CUKUP!!! DIAM KALIAN!!!" teriak Marcel.

"Diem deh kalian, rebutan Zira mulu. Heh kalian sadar dong, kan gue yang jadi idaman dia. Kenapa kalian ribut coba?"

"Hahaha iya juga sih, bener kata Marcel," sahut Terri.

"Jangan ribut, mending kita joget aja yuk," ajak Zira.

"Kuy!!!" sahut Lio semangat.

"ENTAH APA YANG MERASUKIMU," nyanyi Lio.

"HINGGA KAU TEGA MENGKHIANATI KU," sahut mereka kompak.

"YANG TULUS MENCINTAIMU"

"SALAH APA DIRIKU PADAMU"

"Gue lupa lirik," ujar Lio.

"Gue juga," ujar Vandro.

Keadaan kembali sunyi karena mereka tidak ingat dengan lirik lagu yang mereka nyanyikan.


Holaa, aku kembali☺️🙏🏻

maap lama up nya😭

jarang buka wattpad, buka wp pas waktu luang aja

aku usahain up double, setelah mulai aktif wp lagi

jangan lupa vote and komen

follow jugaa

ngasih paket komplit, aku serahin gio ke kalian

EGRYROSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang