23. Masa lalu

384 27 0
                                    

Setelah lama mengerjakan soal matematika yang menguras otak, inti Egryros berjalan menuju kantin. Kali ini kantin lumayan ramai karena kehadiran Savia yang membuat heboh warga sekolah karena wajah cantiknya.

"Dih, cewe kayak gitu direbutin," ujar Lio julid.

"Selera orang beda-beda," sahut Devan.

"Ya tau, tapi selera mereka kayak gitu"

"Biarin aja, cape gue ngurus begituan,' ujar Vandro mendahului mereka berenam.

Mereka bertujuh memesan makanan di warung mbok Dayu, Alex dan Terri datang membawa nampan makanan berisi nasi goreng dan es teh pesanan mereka.

Terri menyodorkan piring dan gelas di depan mereka satu per satu, "Nih, pesanan kalian"

Mereka makan dengan tenang, hanya ada dentingan sendok yang bertabrakan dengan piring dan juga suara riuh para penghuni kantin sekolah.

Selesai makan, mereka menumpuk piring dan gelas mereka di tengah meja. Canda dan tawa memenuhi meja makan mereka. Tak lama kemudian, Savia mendatangi mereka, dan tanpa permisi dia duduk di samping Vandro.

"Hai, kalian ga kangen sama gue?"

"Ngapain kangen sama lo? ga penting," sahut Lio.

"Tau, kurang kerjaan banget dah kalo gue kangen sama lo," Terri ikut menimpali.

"Najis," balas Devan dengan muka datar.

"Biarin, wle," Savia menjulurkan lidahnya ke arah Devan.

"Jijik gue liatnya," sahut Gio dengan tatapan jijik.

"Nyenyenye," balas Savia.

Vandro berdiri dari bangkunya dan berjalan menuju warung Mbok Dayu. Savia yang menyadari hal itu, langsung memanggil Vandro, "Ndro, kamu mau kemana?"

Tanpa menghiraukan pertanyaan dari Savia, dia tetap berjalan santai menuju warung.

"Yahaha, di cuekin," ejek Lio.

Melihat Vandro sudah kembali dari warung, dia duduk disamping Alex dengan membawa seplastik es teh.

"Dari mana, ndro?" tanya Alex.

"Beli es teh," balasnya.

"Vandro, balikan yuk," ajak Savia dengan puppy eyes.

"MASA LALU," teriak Lio heboh.

"BIARLAH MASA LALU," sahut penghuni kantin.

"JANGAN BALIKAN, CARI YANG LAIN SAJA," lanjut Lio.

"NGAPAIN BALIKAN KALO TETEP MENYAKITKAN!!!" ujar Vandro dengan muka santainya.

"Aku ga akan nyakitin kamu lagi," ujar Savia.

"Dih, siapa yang bilang itu lo, orang gue cuma bilang qoutes yang ada di ig kemarin,"

"PEDE AMAT NENG," ujar Marcel.

"Pergi sebelum lo kena mental," peringat Devan.

"Mainnya kok sama mental," balas Savia.

"Mainnya kok ngomong doang," sahut Terri.

Karena merasa kesal, Savia pergi dari meja inti Egryros, dia berjalan menuju kelas.

☠️☠️☠️☠️☠️

Sepulang sekolah, mereka bertujuh menuju markas. Sesampainya disana mereka terkejut, karena keadaan markas sudah berantakan.

"WOY SIAPA YANG JAGA MARKAS!!!" teriak Gio dari bawah.

Semua anggota yang merasa terpanggil, mereka turun dari kamar.

"Lah, kok berantakan?!" tanya Samudra.

Mereka semua mencari asal muasal sumber kekacauan itu. Sampai pada titik akhir, mereka menemukan kucing dan burung yang keluar dari kandangnya.

"KALIAN TANGKAP MEREKA!!!" perintah Gio. Mereka menangkap satu persatu kucing dan burung, ada 3 burung yang terbang ke langit, sisanya hanya tinggal 4 burung saja.

"Masukin lagi ke kandang mereka," suruh Gio.

Dengan teliti dan hati-hati, mereka memasukkan kucing dan burung ke dalam kandangnya masing-masing.

"Mulai minggu depan, kita renovasi markas buat kandang para hewan," ujar Gio.

"Tapi, kita taruh pisah dari markas, jadi kita bakal beli rumah yang ada di belakang markas," lanjutnya.

"SIAP!!" sahut mereka kompak.

Karena merasa lelah, mereka kembali ke rumah masing-masing.

Pada malam hari, anggota inti kembali ke markas untuk mengurus rumah kosong yang ada dibelakang markas. Rumah tersebut akan dijadikan kandang untuk hewan yang mereka beli. Anggota lain berjanji tidak akan membeli hewan lagi.

Jika semua hewan sudah mati, rumah kosong tersebut akan direnovasi kembali untuk dijadikan markas kedua mereka selain markas utama.

"Itu sofanya lo taruh keluar dulu, gue mau nyapu ni lantai," ujar Vandro.

"Wah mas Vandro rajin ye bund," ujar Terri meledek Vandro.

"Harus dong, kan itung-itung jadi calon ayah yang baik"

"Calon ae belum ada, gimana mau jadi ayah," timpal Marcel.

"Bilang aje iri ngab"

"Vandro udah jadi ngabers," ujar Lio dengan tawa di akhir kalimat.

Tanpa memperdulikan perkataan Lio, Vandro lebih memilih melanjutkan kegiatan menyapunya.

"Nah, udah bersih," ujar Vandro.

Setelah selesai membersihkan rumah kosong tersebut, mereka kembali ke markas untuk berdiskusi tentang barang yang akan mereka beli untuk bangunan tersebut.

"Nanti beli sofa buat bagian ruang depan, kita beli dua. Untuk hewannya, nanti kita taruh di ruangan belakang," jelas Gio.

"Lah, bukannya kita beli cuma buat hewan?" tanya Alex.

"Ga semua ruangan juga, kan hewannya juga cuma dikit doang. Ya kali mau dipake semua, rugi lah gue," balas Gio.

"Dah yuk balik, dah malem ini," ujar Argo sambil mengambil kunci motornya yang tergeletak di meja markas. Mereka mengikuti langkah Argo.

Ditengah jalan, Gio, Alex, Devan, dan Lio dihadang oleh segerombolan laki-laki berpakaian hitam. Orang asing tersebut turun dari motornya dan mulai menghajar mereka satu per satu, karena kelihaian mereka dalam berkelahi, dengan cepat mereka menangkis hajaran tersebut.

"Kalian siapa, kenapa ngehajar gue sama temen gue?" tanya Gio emosi.

Mereka membuka helm full face-nya, tampak wajah Vin beserta anggotanya. Senyum devil terbit di bibir Vin, dia merasa bahwa dirinya dan anggotanya telah menang.

"Gue menang dan lo kalah," ujar Vin sombong dengan menunjuk Gio.

"Hah menang? cara lo itu BANCI!!" Gio menekan kata di akhir kalimatnya. Dia menghajar Vin hingga babak belur.

"Jangan ganggu gue atau lo bakal mati ditangan gue!!" ujar Gio, lalu perhi dari tempat itu meninggalkan Vin dan anggotanya yang sudah sekarat

EGRYROSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang