Siswa dan siswi SMA GALAKSI memasuki kelas masing-masing, kini lapangan penuh dengan murid yang masih berlalu lalang. Inti Egryros lah yang paling mencolok diantara kerumunan lain, mereka bertujuh datang dengan menggunakan jaket hitam kebanggaan geng mereka.
Gio memimpin jalan di depan, dia tampak lebih gagah, sifat pemberani dan juga badboy nya mencuak ketika luka lebam menghiasi wajah tampannya.
Pandangan mata tertuju pada tujuh badboy kebanggan SMA GALAKSI. Tujuh siswa ini berjalan dengan tatapan elang mereka yang menjuru di segala arah.
"Gue ke kantin dulu," Lio, Vandro, Terri, dan Marcel berbelok menuju kantin, sedangkan sisanya berjalan menuju kelas.
Suasana kelas sangat hening, berbeda dari hari biasanya dimana mereka tidak melaksanakan ujian.
Suara riuh yang biasa terdengar, kini hanya ada suara langkah kaki yang menyapa telinga. Dan juga ada suara kecil perbincangan antara murid satu dengan murid lain.
"Suasana waktu ujian emang beda, ternyata ga selamanya kita rame kayak biasanya," ujar Marcel.
"Ga selamanya juga kita bisa tertawa, bercanda bahkan bermalas-malasan. Mereka mempersiapkan masa depan dengan matang, supaya mendapat masa depan yang cerah di kemudian hari," Devan menjeda ucapannya.
"Yang mereka lakukan adalah menjemput masa depan, bukan masa depan yang menjemput mereka. Karena sampai kapanpun, kalau masa depan yang menjemput mereka, masa depan itu ga akan pernah datang," lanjut Devan.
"Ga selamanya juga kita bisa tertawa dan bersenang-senang, akan ada saatnya juga kita akan menangis karena kehilangan seseorang yang berharga dan berarti dalam hidup kita," ujar Gio.
"Dan hari itu akan datang pada waktunya, hari dimana kita akan menurunkan air mata bahagia ataupun kesedihan yang mendalam dan sulit terlupakan," sahut Marcel.
"Harapan gue, kita akan menangis karena kebahagiaan bukan kehilangan," sahut Terri dari belakang mereka. Dia datang dengan membawa satu plastik es rasa melon.
"Udah heh, kenapa jadi sad gini dah, mending belajar, kita jemput masa depan yang baik," Lio membuka buku catatan miliknya dan mulai mempelajari yang telah ia pelajari selama 1 tahun di kelas XII.
"Ndro, Vandro," Gio memanggil Vandro.
"Paan?"
"Kayaknya kalo kita mati bareng seru deh," ujar Gio ngawur.
"Ngadi ngadi nih bocah, jangan gitu heh!"
"Kenapa emang?"
"Gue belum jadi aset negara, tunggu dulu napa"
"Ya kan mati itu ga ada yang tau, siapa tau besok kita udah ga bisa liat dunia luar lagi"
"Gio! lo bilang kayak gitu lagi, lo gue buang jurang!!!"
"Hahaha, bercanda boy"
"Kalo kejadian beneran gimana?"
"Bagus dong, nanti masuk ke surga bareng"
"GIO!! GEMES BANGET GUE SAMA LO, PENGEN CUBIT GINJALNYA!!"
"HAHAHA" tawa Gio pecah karena berhasil membuat Vandro kesal karena ucapannya.
"Teruntuk bapak Gio terhormat, mohon jangan bawa-bawa saya kepada kematian, belum siap saya," Vandro berteriak didepan kelas dengan menggunakan sapu ditangannya.
"Siap ga siap, ya harus siap," sahut Lio.
"Heh bocil, diem aja deh lo!" sentak Vandro.
"Bocil, bocil, padahal gue lebih tua dari lo"
KAMU SEDANG MEMBACA
EGRYROS
Fiksi RemajaPersahabatan yang terjadi antara 7 orang lelaki. Terbentuk awalnya hanya karena pertemanan biasa yang terjadi di sekolah ternama, pada kota Bandung. Semuanya berjalan dengan lancar dan kompak, tetapi suatu hari, sebuah takdir mengejutkan datang dian...