27. Suara misterius

217 27 0
                                    

Cuaca malam ini sangat cerah, banyak bintang bertaburan dilangit malam. Mereka bertujuh keluar rumah bersama dengan Zira untuk melihat pemandangan indah tersebut.

"Woah keren banget bintangnya," mata Zira berbinar melihat taburan bintang itu.

"Ternyata ciptaan Tuhan seindah ini," ujar Lio.

"Ada yang lebih indah dari bintang ini," ujar Terri.

"Apa?" tanya Devan.

"Senyumnya gue," ujar Vandro.

"Emang, senyum lo paling unik dari semua anggota. Lo bisa nutupin segala kesedihan lo dengan senyum indah lo itu," ujar Devan.

"Hahaha bisa ae lo tong," Vandro tertawa renyah.

"Kita bisa sembunyiin luka dibalik senyuman, tapi mata kita tidak bisa menutupi luka. Karena setiap kita lelah dengan luka itu, maka mata kita akan menurunkan air mata luka," ujar Marcel.

"Stop, napa jadi sad dah?" tanya Gio.

"BANG, ADA BINTANG JATUH!!" tunjuk Zira pada salah satu bintang yang turun dari langit.

"Make a wish," ujar Devan.

Mereka menutup matanya dan mulai memanjatkan doa mereka. Selesai berdoa, mereka kembali duduk di tikar dan menikmati pemandangan itu lagi.

Karena terlalu asik melihat pemandangan bintang, mereka tidak peduli dengan keadaan sekitar. Bahkan mereka tidak menyadari bahwa dari tadi mereka tengah diawasi oleh seseorang.

"Saatnya beraksi," ujar orang tersebut.

"Hihihihi," tiba-tiba terdengar suara tawa yang memecahkan telinga, suara tersebut sangat nyaring ditelinga mereka.

"Bang, itu suara apa ya?" tanya Zira takut.

Dengan segala keberaniannya, Vandro dan Lio mendatangi asal muasal suara tawa tersebut.

"Zira, kamu masuk ke rumah aja ya," ujar Gio. Zira memasuki rumah dengan perasaan takut.

Vandro dan Lio melanjutkan langkahnya, ada anggota lain yang mengikuti mereka dari belakang.

"Ada siapa, ndro?" tanya Alex.

"Ga ada siapa-siapa dah, orang disini kosong," ujar Vandro setelah mengecek keadaan.

Gio ikut mengecek keadaan, dan lagi-lagi mereka tidak bisa menemukan siapa-siapa disana. Hanya ada suara jangkrik yang saking bersahutan, dan suara hembusan angin.

"Kok gue kayak kenal suara tadi ya?" ujar Terri.

"Sama gue juga, tapi dimana ya?" balas Alex.

Mereka bertujuh menengok ke belakang dan..

"KABOR!!!" mereka berteriak histeris setelah melihat pemandangan yang kurang mengenakkan.

Selama 45 menit, mereka berlari keliling kompleks untuk menghindari serangan yang menghantui mereka.

"Huh huh huh huh gila gue ca-cape banget," ujar Lio dengan peluh yang menetes di dahinya.

"Dia kaga kapok-kapok apa ya?" sahut Marcel.

"Gue kira dia ga bakal kapok, sebelum kita meninggal gegara dia," ujar Gio.

"Punya dendam apa sih dia sama kita?" ujar Devan.

"Lo terlalu tampan van, makanya dia suka sama lo dan ikutin kita terus," ujar Vandro.

Karena merasa tidak terima dengan ucapan Vandro, Devan berjalan mendekatinya dan menjewer telinganya. "Ha? apa lo bilang" Devan masih setia menjewer telinga Vandro hingga memerah.

EGRYROSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang